Indonesiainside.id, Jakarta – Kekayaan 22 orang terkaya Rusia turun secara kumulatif hingga USD39 miliar dalam waktu kurang dari 24 jam setelah peluncuran operasi militer Moskow di Ukraina, dan sanksi selanjutnya dikenakan padanya. Indeks Miliarder Bloomberg menunjukkan melorotnya nilai kekayaan terjadi sebagai akibat dari jatuhnya pasar saham Rusia, yang membuatnya anjlok 33% pada hari Kamis.
Miliarder Rusia kehilangan lebih banyak uang pada 24 Februari dibandingkan hari Rabu sebelumnya. Statistik menunjukkan sesaat setelah serangan diumumkan, nilai kekayaan mereka langsung menurun tajam hingga USD32 miliar setelah mengalami kemerosotan sejak awal tahun.
Salah satunya adalah CEO perusahaan minyak Rusia Lukoil, Vagit Alekperov, telah memimpin daftar, dengan kekayaannya turun sepertiga dalam sehari menjadi USD13 miliar karena harga saham perusahaannya turun 32%.
Diikuti oleh Alexey Mordashov, pemilik raksasa baja Severstal, hartanya lenyap USD4,2 miliar dalam sehari. Kekayaannya saat ini mencapai sekitar USD23 miliar.
Taipan baja lainnya, Vladimir Lisin, telah kehilangan USD3,9 miliar, dengan kekayaannya menyusut menjadi USD22,4 miliar.
CEO dan pemegang saham utama perusahaan gas Rusia Novatek, Leonid Mikhelson, mengalami penurunan kekayaan bersihnya sebesar USD3,8 miliar pada hari Kamis, menjadi USD22,2 miliar. Kekayaan pengusaha itu telah turun sekitar USD10 miliar sejak awal tahun.
Daftar sepuluh orang terkaya Rusia yang terkena sanksi juga termasuk Vladimir Potanin (turun USD3 miliar), Roman Abramovich (turun USD1,8 miliar), Alisher Usmanov (turun USD1,2 miliar), serta Viktor Vekselberg, Mikhail Prokhorov, dan Andrey Melnichenko.
Pada hari Selasa, Amerika Serikat mengumumkan sanksi yang mencakup tindakan terhadap oligarki Rusia dan anggota keluarga mereka. Sedangkan pada Kamis, Presiden AS Joe Biden menggandakan dengan putaran sanksi lainnya. Inggris juga telah mengumumkan sanksi terhadap lima bank Rusia dan tiga individu. Swiss telah memberikan sanksi kepada tiga bank Rusia dan memberlakukan pembatasan perjalanan pada 361 pejabat negara. (Nto)