Indonesiainside.id, Jakarta – Kepala Departemen Ilmu Politik di Universitas Columbia, Robert Y. Shapiro menyalahkan NATO sehingga Rusia menggempur Ukraina. Menurutnya, NATO telah lama membuat Rusia gelisah dengan memperluas kehadirannya di wilayah sekitarnya sehingga menyebabkan ketegangan.
“Rusia telah menunjukkan kekhawatiran, tetapi NATO makin membuat Rusia gelisah dan ekspansi tersebut telah menyebabkan ketegangan yang jauh lebih besar seperti yang terjadi pada akhir Uni Soviet dan pendukungtnya,” kata Shapiro kepada Tehran Times.
“Tidak seperti krisis Kuba, ekspansi NATO memang melibatkan senjata nuklir di tangan anggota NATO baru yang lebih dekat ke perbatasan Rusia,” tambahnya.
Pada bulan Desember, Rusia menerbitkan proposal untuk dua perjanjian dengan Amerika Serikat dan NATO yang akan menghentikan aktivitas militer Barat di Ukraina dan di tempat lain di Eropa Timur. Rusia akan membangun kembali lingkup pengaruhnya di bekas wilayah Uni Soviet.
“Isu Afghanistan dan penjualan kapal selam nuklir ke Australia telah meningkatkan ketegangan antara Eropa dan AS. Di satu sisi, para pejabat AS mengatakan bahwa negara-negara harus dapat memilih aliansi mereka sendiri,” tambahnya.
Di sisi lain, intelijen Rusia sangat prihatin bahwa AS akan secara sembunyi-sembunyi menyuplai senjata, termasuk rudal, ke wilayah tersebut dan khususnya ke Ukraina di bawah kedok yang disebut “sistem anti-rudal”.
Dikatakannya, Amerika tidak akan berani melakukan konfrontasi langsung dengan Rusia, namun akan menanggapi dengan sanksi berat. (Nto)