Di sisi Allah, harta dan anak tidak berguna bagi seseorang kecuali orang yang datang dengan hati yang beriman, ikhlas dan bersih dari kekufuran dan kemunafikan.
Demikian Tafsir Al-Wajiz, Syaikh Prof Dr Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah, terkait dengan Surat Asy-Syuara ayat 89, tentang Qalbun Salim.
Menurut Tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H. Menurut dia, Qalbun Salim yang berarti hati yang selamat, adalah hati yang selamat dari syirik, keraguan, cinta kepada keburukan, suka melakukan bid’ah dan dosa. Keselamatan tersebut membuat orang yang berhati Qalbun Salim senantiasa berpegang teguh dalam ikhlas, ilmu, yakin, cinta kepada kebaikan, dan menghiaskannya di dalam hati, dan mengharuskan kehendak dan kecintaannya mengikuti cinta Allah, serta hawa nafsunya mengikuti apa saja yang datang dari Allah.
Allah SWT berfirman dalam Surat Asy-Syuara ayat 87-89:
وَلَا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ (87) يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89
“dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (qalbun salim).”
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, maksud ayat di atas, “dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan”, (Asy-Syu’ara’: 87), lindungilah aku dari kehinaan di hari kiamat dan di hari semua makhluk dibangkitkan dari yang pertama sampai yang terakhir.
Imam Bukhari mengatakan sehubungan dengan ayat ini:
قَالَ إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ، عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “إِنَّ إِبْرَاهِيمَ رَأَى أَبَاهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ الغَبَرَةُ والقَتَرَةُ”
Bahwa Ibrahim ibnu Tahman telah meriwayatkan dari Ibnu Abu Zi-b, dari Sa’id ibnu Abu Sa’id Al-Maqbari, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Kelak di hari kiamat Ibrahim menjumpai bapaknya dalam keadaan berdebu dan hitam.
Menurut riwayat lain, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW bersabda: Ibrahim bersua dengan bapaknya, maka Ibrahim berdoa, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah berjanji kepadaku bahwa Engkau tidak akan menghinakanku di hari berbangku.” Maka Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Aku telah mengharamkan surga atas orang-orang kafir.”
Firman Allah SWT:
{يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلا بَنُونَ}
“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna.”(Asy-Syu’ara’: 88)
Yakni tiada yang dapat melindungi seseorang dari azab Allah harta bendanya, sekalipun ia memiliki emas sepenuh bumi. Tidak dapat pula menebusnya dari azab Allah, sekalipun dengan seluruh manusia yang ada di bumi. Tiada yang bermanfaat pada hari itu kecuali iman kepada Allah dan mengikhlaskan diri hanya kepada-Nya dalam beragama serta berlepas diri dari kemusyrikan dan para penganutnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{إِلا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ}
“kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (Asy-Syu’ara’: 89)
Yaitu bersih dari keyakinan yang kotor dan kemusyrikan. Ibnu Sirin mengatakan bahwa hati yang bersih itu ialah bila pemiliknya mengetahui bahwa Allah adalah hak, dan hari kiamat pasti terjadi tiada keraguan padanya, dan bahwa Allah akan membangkitkan semua makhluk dari kuburnya.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (Asy-Syu’ara’: 89) Hati yang bersih ialah yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.
Mujahid dan Al-Hasan serta lain-lainnya mengatakan, hati yang bersih maksudnya bersih dari kemusyrikan.
Sa’id ibnul Musayyab mengatakan bahwa hati yang bersih ialah hati yang sehat, yaitu hatinya orang mukmin, karena hati orang kafir dan orang munafik sakit. Sebagaimana firman Allah SWT:
{فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ}
“Dalam hati mereka ada penyakit.” (Al-Baqarah: 10)
Abu Usman An-Naisaburi mengatakan bahwa hati yang bersih ialah yang bersih dari bid’ah dan mantap serta tenang dengan sunnah. (aza)