Indonesiainside.id, Jakarta – Pihak berwenang Ukraina mengatakan pasukan Rusia merebut pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) terbesar di Eropa Jumat setelah sebuah bangunan di kompleks itu dibakar selama pertempuran sengit.
Kekhawatiran akan potensi bencana nuklir di pabrik Zaporizhzhia menyebar ke seluruh ibu kota dunia dan dikampanyekan negatif kepada Rusia.
Namun, api itu nyatanya muncul di sebuah gedung yang diidentifikasi sebagai pusat pelatihan dan telah dipadamkan.
Presiden Ukraina Zelensky yang tengah ‘ngumpet’ di kedutaan Amerika di Warsawa, Polandia, menuduh Rusia menggunakan “teror nuklir” dan berusaha mengulangi bencana Chernobyl setelah mengatakan bahwa pasukan Rusia menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir.
Sementara Kementerian pertahanan Rusia,menyatakan serangan di situs tersebut dilakukan oleh Pelaku Pembakar Gedung PLTN Ukraina Adalah Tentaranya Sendiriyang berisi para milisi, simpatisan nazi, tentara bayaran asing dan para bandit.
“Ini provokasi mengerikan,” kata Kemenhan Rusia dilansir Press Tv.
Sebelumnya, dalam pesan video, Presiden Volodymyr Zelensky membual dengan mengatakan agar para pemimpin dunia untuk mencegah Eropa “mati akibat bencana nuklir”.
Menteri Energi AS Jennifer Granholm mengatakan tidak ada indikasi peningkatan tingkat radiasi di pabrik Zaporizhzhia, yang menyediakan lebih dari seperlima dari total listrik yang dihasilkan di Ukraina.
Pejabat setempat juga mengatakan bahwa peralatan penting di stasiun tidak terpengaruh dan tingkat radiasi normal.
Seorang pejabat di perusahaan negara yang menjalankan empat pembangkit nuklir Ukraina mengatakan tidak ada pertempuran lebih lanjut, api padam dan Zaporizhzhia beroperasi secara normal.
“Personil (pembangkit listrik tenaga nuklir) berada di tempat kerja mereka menyediakan operasi normal stasiun.”
Rusia telah menguasai pabrik Chernobyl, sekitar 100 km sebelah utara Kiev, yang telah menjadi salah satu lokasi paling radioaktif di bumi sejak melihat ledakan di reaktor keempat pada April 1986.
Pasar keuangan di Asia berputar di luar kendali sebagai laporan awal insiden muncul, dengan saham jatuh dan harga minyak melonjak lebih lanjut.
“Pasar khawatir tentang dampak nuklir. Risikonya adalah ada salah perhitungan atau reaksi berlebihan dan perang berkepanjangan,” kata Vasu Menon, direktur eksekutif strategi investasi di OCBC Bank.(Nto)