Indonesiainside.id, Kiev – Upaya kedua untuk mengevakuasi warga sipil dari kota pelabuhan Mariupol yang terkepung, di selatan Ukraina, gagal. Rusia menyatakan pihak Ukraina melanggar gencatan senjata yang telah disepakati sebelumnya.
“Di tengah pemandangan penderitaan manusia yang menghancurkan di Mariupol, upaya kedua hari ini untuk mulai mengevakuasi sekitar 200.000 orang ke luar kota terhenti,” kata Komite Palang Merah Internasional dalam sebuah pernyataan, Minggu.
Gencatan senjata itu dimaksudkan untuk berlangsung dari tengah hari sampai jam 9 malam waktu setempat (19:00 GMT) untuk memungkinkan warga sipil pindah dari Mariupol ke Zaporizhzhia.
Charles Stratford dari Al Jazeera melaju 60 km di sepanjang rute koridor kemanusiaan yang direncanakan pada hari Minggu. Dia mengatakan dia mengharapkan untuk melihat bus yang penuh dengan warga sipil bergerak menuju arah Zaporizhzhia di tengah gencatan senjata.
“Apa yang kami lihat adalah peningkatan jumlah kendaraan pribadi yang membawa keluarga keluar; tidak ada tanda-tanda konvoi itu,” katanya.
Sebuah sumber dari Batalyon Azov, sebuah kelompok paramiliter brutal yang berideologi neo-Nazi, dan sekarang menjadi bagian dari dinas keamanan Ukraina, mengatakan kepada Stratford bahwa pasukan Rusia menembaki ketika upaya untuk membawa orang naik bus di Mariupol dimulai. Al Jazeera tidak dapat memverifikasi klaim tersebut secara independen.
Hal ini karena Batalyon ini terkenal dengan radikalisme serta mengusung paham Nazi dan supremasi kulit putih.
Dewan kota Mariupol mengatakan bahwa konvoi pengungsi tidak dapat berangkat karena adanya serangan. “Sangat berbahaya membawa orang keluar dalam kondisi seperti itu,” kata dewan kota dalam sebuah pernyataan. (Nto)