Indonesiainside.id, Jakarta – Divisi Pasukan Perlindungan Nuklir, Biologi, dan Kimia Angkatan Bersenjata Rusia, mencurigai laboratorium di Lvov, Ukraina sedang mengembangkan senjata biologis dengan menggunakan berbagai virus termasuk antraks, dan brucellosis.
Sedangkan laboratorium di Kharkov dan Poltava bekerja dengan memanfaatkan agen infeksi jenis difteri, salmonellosis, dan disentri.
Laboratorium itu berkerja dalam jaringan 30 laboratorium biologis lainnya di Ukraina, dengan kegiatan yang dilakukan disponsori oleh Kementerian Pertahanan AS.
Letnan Jenderal Igor Kirillov, kepala Pasukan Perlindungan Nuklir, Biologi, dan Kimia Angkatan Bersenjata Rusia, menyatakan bahwa kegiatan biolabs, serta “apa yang disebut program reformasi sistem perawatan kesehatan Ukraina yang dijalankan oleh AS” telah menyebabkan peningkatan kasus “infeksi yang sangat berbahaya dan signifikan secara ekonomi.”
“Laboratorium biologis di Lvov sedang melakukan percobaan melalui infeksi wabah yang mematikan, antraks, dan brucellosis, sementara laboratorium di Kharkov dan Poltava bekerja dengan agen infeksi difteri, salmonellosis, dan disentri,” ujarnya dilansir Sputnik.
Kirillov juga menyatakan bahwa pemerintah di Kiev telah mengirim ke Walter Reed Army Institute of Research di Amerika Serikat ribuan sampel serum pasien, terutama dari pasien “etnitik Slavia,” dengan dalih menguji metode pengobatan COVID-19.
Dijelaskannya, laboratorium itu telah dibumihanguskan begitu pasukan Rusia mengepung berbagai wilayah Ukraina. (Nto)