Indonesiainside.id, Jakarta – Seorang pejabat tinggi Rusia telah memperingatkan bahwa larangan Barat terhadap impor minyak Rusia dapat mengakibatkan harga minyak naik lebih dari dua kali lipat menjadi sekitar USD 300 per barel. Rusia juga mengancam akan menutup pipa gas utama dari Rusia ke Jerman.
Dalam sebuah pernyataan di televisi pemerintah pada hari Senin, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan “benar-benar jelas bahwa penolakan minyak Rusia akan menyebabkan konsekuensi bencana bagi pasar global”.
“Lonjakan harga tidak akan dapat diprediksi. Mungkin menjadi USD 300 per barel jika tidak lebih,” tegasnya dilansir AlJazeera, Selasa (8/3).
Peringatan itu muncul ketika Amerika Serikat – yang berusaha meningkatkan tekanan pada Moskow atas serangannya ke Ukraina – mengatakan Washington dan sekutu Eropanya sedang mempertimbangkan untuk melarang impor minyak Rusia.
Gedung Putih mengatakan Presiden AS Joe Biden, yang menghadapi seruan yang berkembang dari anggota parlemen AS untuk memotong Rusia dari uang yang didapatnya dari ekspor minyak dan gas alam, membahas masalah ini selama panggilan konferensi dengan rekan-rekannya di Prancis, Jerman dan Inggris pada hari Senin.
Tetapi Biden belum membuat keputusan “pada saat ini”, kata seorang juru bicara.
Negara-negara Barat telah memukul Moskow dengan serangkaian sanksi setelah serangannya terhadap Ukraina, dengan Washington menjatuhkan sanksi terhadap ekspor teknologi ke kilang Rusia dan Nord Stream 2 yang menghubungkan pipa gas dari Rusia ke Jerman.
Berlin, yang sangat bergantung pada minyak mentah Rusia, juga membekukan sertifikasi pipa itu.
Tetapi Kanselir Jerman Olaf Scholz sebelumnya pada hari Senin memperingatkan terhadap larangan minyak dan gas Rusia, dengan mengatakan impor energi Rusia “penting” bagi kehidupan sehari-hari orang Eropa.
Rusia merupakan pemasok 40 persen gas Eropa. Rusia juga merupakan pengekspor utama produk minyak mentah dan minyak dunia dengan nilai sekitar 7 juta barel per hari atau sekitar 7 persen dari pasokan global.
(Nto)