Indonesiainside.id, Jakarta – Presiden Rusia mengecam milisi ultranasionalis Ukraina yang menggunakan warga sipil sebagai tameng hidup.
Hal ini disampaikan Vladimir Putin dalam kontak telepon dengan Presiden Dewan Eropa mendesak Uni Eropa untuk menekan Ukraina agar menghormati aturan hak asasi manusia (HAM).
Dikutip Sputnik, Senin (7/3), Presiden Rusia Vladimir Putin dalam kontak telepon dengan Presiden Dewan Eropa Charles Michel menegaskan bahwa kelompok ultranasionalis Ukraina menjadikan warga sipil sebagai perisai hidup.
“Pasukan Rusia melakukan semua cara yang mungkin untuk melindungi nyawa warga sipil di Ukraina,” kata Putin.
Menurut Putin, pasukan Rusia beberapa kali mengumumkan gencatan senjata sehingga keamanan warga sipil saat evakuasi bisa dipastikan, tapi kelompok ultranasionalis Ukraina malah mengganggu proses kemanusiaan ini.
Presiden Rusia mendesak Uni Eropa memainkan peran dalam menyelamatkan rakyat Ukraina, dan menekan pemerintah Kiev untuk menghormati aturan HAM.
Dilansir dari Al Jazeera, Senin (1/3), resimen Azov merupakan unit militer infanteri sukarelawan sayap kanan.
Resimen Azov merupakan kelompok ultra-nasionalis yang berideologi neo-Nazi dan supremasi kulit putih. Unit ini awalnya dibentuk sebagai kelompok sukarelawan pada Mei 2014 dari geng Patriot Ukraina ultra-nasionalis, dan kelompok neo-Nazi Majelis Nasional Sosial (SNA).
Kedua kelompok terlibat dalam cita-cita xenofobia dan neo-Nazi serta menyerang migran secara fisik, komunitas Roma, dan orang-orang yang menentang pandangan mereka.
Resimen Azov bertempur di garis depan melawan separatis pro-Rusia di Donetsk, wilayah timur Ukraina.
Unit tersebut secara resmi diintegrasikan ke dalam Garda Nasional Ukraina pada 12 November 2014, dan mendapat pujian tinggi dari presiden Ukraina saat itu Petro Poroshenko setelah berhasil merebut pelabuhan Mariupol.
Resimen Azov awalnya dipimpin oleh Andriy Biletsky, yang menjabat sebagai pemimpin Patriot Ukraina dan SNA. Kelompok yang sering menyerang minoritas di Ukraina.
Pada 2010, Biletsky juga mengatakan bahwa tujuan kelompoknya adalah untuk “memimpin ras kulit putih dunia dalam perang salib terakhir melawan Untermenschen (ras inferior) yang dipimpin Semit”.
Biletsky kemudian terpilih menjadi anggota parlemen pada 2014 dan meninggalkan Azov karena pejabat terpilih tidak boleh berada di militer atau kepolisian. Namun tangan jahatnya masih mencengkeram organisasi rasis dan ultra radikal tersebut.
Pria berusia 42 tahun itu juga dijuluki Bely Vozd atau Penguasa Putih oleh para pendukungnya. Dia mendirikan partai sayap kanan Korps Nasional pada Oktober 2016, yang basis intinya adalah veteran Azov.
Azov menerima dukungan dari Menteri Dalam Negeri Ukraina pada 2014, karena pemerintah telah mengakui bahwa militernya sendiri terlalu lemah untuk melawan separatis pro-Rusia dan mengandalkan pasukan paramiliter sukarelawan.
Azov juga didanai secara pribadi oleh oligarki, yang paling terkenal yakni Igor Kolomoisky, seorang miliarder raja energi dan gubernur wilayah Dnipropetrovsk saat itu. Selain Azov, Kolomoisky juga mendanai batalyon sukarelawan lainnya seperti unit Dnipro 1 dan Dnipro 2, Aidar, serta Donbass.
Presiden Ukraina Zelensky Adalah Boneka Igor Kolomoisky

Penyelidikan Pandora Papers yang dilakukan para jurnalis di seluruh dunia menghantam Ukraina. Penemuan rekening luar negeri menyerang jantung pemerintahan saat ini dan struktur kekuasaan kelas penguasa yang naik ke tampuk kekuasaan dengan janji memerangi korupsi, termasuk komedian atau pelawak yang menjadi Presiden Volodymyr Zelensky.
Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional (ICIJ), menghubungkan transaksi keuangan rahasia antara perusahaan produksi program televisi tempat Zelensky, Studio Kvartal 95 dengan oligarki Ukraina Igor Kolomoisky. Ada aliran pencucian uang yang melewati lembaga keuangan di Siprus dari Privatbank milik Kolomoisky, menurut petugas penegak hukum.
Selain Zelensky, pejabat utama Ukraina yakni Ivan Bakanov, kepala Dinas Keamanan Ukraina, Serhii Shafir, pembantu utama presiden, namanya tercantum dalam dokumen Pandora Papers.
(Nto)