Indonesiainside.id, Jakarta – Ukraina meminta bantuan persenjataan anti-pesawat di tengah serangan Rusia yang sedang berlangsung. Presiden Volodymyr Zelensky mengaku siap membelanjakan dana negaranya yang tersisa bahkan jika perlu berhutang untuk mendapatkannya.
“Agar ada pertahanan anti-rudal yang dapat dipasang di negara ini. Kami siap untuk membeli sistem seperti itu dari siapa pun yang siap memasoknya, terlepas dari biayanya.,” kata Zelensky, Sabtu (13/3).
“Kami siap untuk membeli [sistem ini], kami siap untuk mengambil pinjaman, kami siap untuk menarik uang terakhir dari anggaran kami dan memberikannya segera,” lanjutnya.
Dia juga mengaku kecewa dengan keengganannya NATO dan Barat menetapkan zona larangan terbang di atas Ukraina untuk melawan serangan militer Rusia yang sedang berlangsung.
“Beberapa politisi di Barat akan menolak gagasan itu sampai sebuah bom menghantam ke kafe tempat mereka duduk sambil ngopi,” kata Zelensky.
Sementara Kiev telah berulang kali mendesak aliansi NATO yang dipimpin AS untuk memberlakukan zona larangan terbang, blok itu telah mengesampingkannya, memperingatkan bahwa setiap upaya untuk menerapkannya dapat menyebabkannya dalam konflik langsung dengan Rusia.
Pada saat yang sama, Barat telah meningkatkan pengiriman senjata ke Ukraina. Ini termasuk sistem anti-pesawat ringan, yaitu Singer MANPAD buatan AS, serta rudal Strela yang dirancang Soviet, yang masih ditimbun oleh negara-negara Eropa tertentu.
Rusia melancarkan serangan besar-besaran terhadap tetangganya pada akhir Februari, menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Ukraina untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk 2014-15, dan pengakuan Rusia atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang ditengahi Jerman dan Prancis telah dirancang untuk mengatur status wilayah-wilayah tersebut di negara Ukraina dan untuk mengakhiri konflik selama bertahun-tahun di timur negara itu.
Moskow sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral dan bersumpah untuk tidak bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS. Kiev menegaskan serangan Rusia tidak beralasan dan telah membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.(Nto)