Indonesiainside.id, Jakarta – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa sekitar 1.300 pasukan Ukraina telah tewas sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai.
Pada konferensi pers, Volodymyr Zelensky mendesak negara-negara Barat untuk menjadi lebih aktif dalam pembicaraan damai dan memuji upaya Perdana Menteri Israel Naftali Bennett untuk menengahi antara Ukraina dan Rusia.
Ukraina mengklaim telah menewaskan hampir 12.000 tentara Rusia dan menghancurkan 1.205 kendaraan lapis baja, 58 pesawat, 83 helikopter, 362 tank, 585 kendaraan, dan 135 artileri, menurut lembar data yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Ukraina pada hari sebelumnya.
“Pada hari Jumat, antara 500 dan 600 tentara Rusia menyerah kepada pasukan Ukraina,” menurut Zelensky.
Pada hari Sabtu, kerumunan besar berkumpul di pelabuhan selatan Melitopol untuk memprotes dugaan penculikan wali kota kota, Ivan Fedorov, oleh pasukan Rusia, sebuah tindakan yang ditandai oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai “kejahatan terhadap demokrasi.”
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan percakapan telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz pada hari Sabtu, dan mendesak mereka untuk mempengaruhi pihak berwenang Kiev untuk menghentikan “tindakan kriminal” dari “batalion nasionalis” Ukraina, menurut Kremlin.
Pemerintah Jerman menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Macron dan Scholz menganjurkan gencatan senjata mendesak dan solusi diplomatik untuk situasi di Ukraina, mengutip pertemuan 75 menit sebagai bagian dari upaya internasional yang sedang berlangsung untuk mengakhiri kekerasan, menurut Xinhua.
Ketiga pemimpin membahas isu-isu yang berkaitan dengan perjanjian yang sedang dikerjakan mengenai pelaksanaan tuntutan Rusia sebelumnya, menurut Kremlin. Putin memberikan secara terperinci tentang serangkaian pembicaraan yang diadakan melalui konferensi video oleh perwakilan Rusia dan Ukraina selama beberapa hari terakhir,” dan ketiga pemimpin meninjau masalah yang berkaitan dengan perjanjian yang sedang dikerjakan mengenai pelaksanaan tuntutan Rusia sebelumnya, menurut Kremlin.(Nto)