Indonesiainside.id, Jakarta – Dubes China untuk Amerika Serikat membantah pemberitaan media bahwa Rusia telah meminta bantuan Beijing peralatan militer dan logistik lainnya untuk operasinya di Ukraina. Liu Pengyu, juru bicara kedutaan, menyatakan laporan itu ngawur.
Kementerian Luar Negeri China juga telah mengecam klaim oleh para pejabat AS bahwa Rusia diduga meminta Beijing untuk peralatan militer setelah dimulainya operasi khusus untuk mendemiliterisasi Ukraina. China menyebut itu sebagai ‘disinformasi’.
“Amerika Serikat mestinya mengklarifikasi kegiatan militer-biologis di wilayah Ukraina,” tambah Kementerian Luar Negeri China.
“Situasi saat ini di Ukraina memang membingungkan,… Prioritas tinggi sekarang adalah mencegah situasi meningkat atau bahkan lepas kendali,” kata diplomat China itu menanggapi pertanyaan wartawan, Senin (14/3).
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan bermaksud untuk bertemu dengan diplomat senior China, Yang Jiechi, di Roma pada hari ini, Senin (14/3) untuk memperingatkan bahwa Beijing akan menghadapi hukuman ekonomi jika memperpanjang bantuan Rusia dalam operasi yang sedang berlangsung untuk demiliterisasi Ukraina. Berpihak pada Rusia, menurut pejabat AS, akan mengakibatkan isolasi global lebih lanjut dari China.
Pekan lalu, Menteri Perdagangan Gina Raimondo mengatakan perusahaan-perusahaan China yang menentang pembatasan Ekspor Amerika ke Rusia dapat terputus dari peralatan dan perangkat lunak buatan AS yang mereka butuhkan untuk membuat produk mereka.
“AS pada dasarnya dapat menutup “Semiconductor Manufacturing International Corp atau perusahaan China lainnya yang terus memasok chip dan teknologi canggih lainnya ke Rusia,” kata Raimondo dalam sebuah wawancara untuk New York Times.
Sejak Rusia mengumumkan pada 24 Februari operasi militer khusus di Ukraina, berusaha untuk mendemiliterisasi dan mencapai “de-nazification” Ukraina, China telah berada di bawah tekanan dari Washington atas hubungan Partai Komunis China (PKT) dengan Kremlin.(Nto)