Indonesiainside.id, Jakarta – Salah satu Komandan Angkatan bersenjata Rusia mengaku telah menyelesaikan “tahap pertama” misi mereka di Ukraina. Dikatakannya, kini kemampuan tempur Ukraina telah sangat berkurang setelah lebih dari sebulan pertempuran.
Berbicara dalam jumpa pers hari Jumat, Kolonel Jenderal Sergey Rudskoy menyatakan bahwa Moskow telah mencapai tujuannya untuk tahap pertama serangan militernya, menambahkan bahwa ini akan memungkinkannya untuk memberikan perhatian penuh ke wilayah Donbass.
“Secara umum, tugas utama tahap pertama operasi telah selesai,” kata Rudskoy, yang menjabat sebagai kepala Direktorat Operasi Utama militer Rusia. “Potensi tempur angkatan bersenjata Ukraina telah berkurang secara signifikan, yang memungkinkan… kami memfokuskan upaya kami untuk mencapai tujuan utama – pembebasan Donbass.”
Pejabat itu mencatat bahwa meski pasukan Ukraina telah menyiapkan “zona pertahanan yang dibentengi dengan baik” di wilayah yang memisahkan diri selama delapan tahun. Dia mengatakan pasukan Rusia telah berhasil memutus jalan stasiun kereta api utama untuk memotong pasokan militer seperti bahan bakar dan amunisi serta pasokan pangan pasukan, dan hampir akses lainnya sepenuhnya terputus.
Dalam pembaruan yang jarang terjadi tentang kerugian tempur, Rudskoy juga mengumumkan bahwa 1.351 prajurit Rusia tewas dalam pertempuran, dengan 3.825 lainnya terluka. Ukraina, sementara itu, mengklaim telah membunuh sekitar 16.000 tentara Rusia dan menghancurkan ratusan tank, kendaraan lapis baja dan senjata artileri.
Meskipun Kiev belum memberikan perkiraan korban untuk tentaranya sendiri sejak pertengahan Maret – ketika dikatakan 1.300 tewas – kolonel jenderal menyebutkan angka yang jauh lebih besar dari 30.000 untuk mereka yang tewas dan terluka.
Ribuan pejuang asing telah berbondong-bondong ke medan perang sejak Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada akhir Februari. Sekitar 23.000 sukarelawan dari 37 negara telah menyatakan minatnya untuk berperang, kata Rudskoy.
Tapi pejabat Donbass menolak tawaran itu, tambahnya. Pejabat Ukraina telah menawarkan perkiraan serupa untuk legiun asing yang baru dibentuk, dengan Brigadir Jenderal Ukraina Kirill Budanov menyebutkan jumlahnya lebih dari 20.000.
Operasi militer Rusia menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Kiev untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk, dan pengakuan Moskow kemudian atas republik Donbass Donetsk dan Lugansk. Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Prancis dirancang untuk mengatur status dua wilayah di dalam negara Ukraina.
Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan NATO. Meskipun Kiev telah mengindikasikan beberapa kesediaan untuk tetap berada di luar blok militer pimpinan AS, ia menegaskan bahwa serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan telah membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.(Nto)