Selubung syahwat berada di tepi neraka. Demikian pesan Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim. Kata Nabi SAW: (وحُفَّت النار بالشهوات), artinya: “… dan neraka itu dikelilingi oleh keinginan.
Sebelum terlambat dan semasih ada waktu. Peganglah 6 nasihat ini agar kita diselamatkan dari Selubung syahwat. Karena ia adalah kilauan yang menyilaukan mata dari bunga-bunga api. Nikmat sesaat namun hakikatnya adalah kesengsaraan yang berkepanjangan.
Selubung syahwat ditempatkan di tepi neraka. Barang siapa yang menembus tabir ini maka ia akan masuk ke dalamnya. Barang siapa yang menahan diri dari syahwat yang mengelilinginya, dia menyukai ketaatan dan terbiasa dengannya, membenci kemaksiatan, serta dia menahan diri darinya, maka ibadah menjadi mudah baginya.
Coba renungkan. Apakah bangun shakat malam, berat atau ringan? Baca Qur’an satu jam atau lebih, berat atau ringan? Menuruti nasihat orang tua, berat atau ringan? Puasa sunnah, shalat, dzikir, dan sebagainya, berat atau ringan? Jika jawabannya berat, maka mungkin ada selubung syahwat di baliknya sehingga semua terasa berat.
Gampang marah, tersinggung, iri, dengki, ghibah, menggunjing, memfitnah, suka menonton dan membaca objek sensual, dan semisalnya, jika terasa ringan, maka mungkin selubung syahwatlah yang menggiring jiwa ini ke semua perbuatan buruk tersebut.
Maka kuncinya adalah belajarlah untuk menekan syahwat dan motivasi diri sendiri agar semua energi negatif tersebut dapat dialihkan untuk hal-hal positif. Jika membutuhkan tahapan-tahapan dalam implementasinya, maka tidak mengapa dilakukan sedikit demi sedikit namun konsisten.
Sebelumnya, mari kita pahami dulu makna sebuah keinginan. Keinginan adalah di mana jiwa kita cenderung tanpa alasan atau wawasan, tanpa pertimbangan agama atau nilai.
Contoh: Melihat apa yang diharamkan, jiwa cenderung kepadanya tanpa alasan atau wawasan, atau pertimbangan agama. Ini adalah nafsu di tepi neraka. Siapa yang menembusnya akan menggiringnya ke tepian neraka. Namun, bagi seseorang berakal dan berwawasan, dan menjaga agamanya, dia akan berjuang sendiri untuk melawan keinginan dan dorongan tersebut. Dia akan menahan diri dari itu. Katakan pada diri sendiri, misalnya berkata seperti ini: nafsu untuk percabulan, nafsu adalah cinta buta, nafsu hanya kenikmatan sesaat, nafsu akan cinta uang, nafsu menuhankan harta, nafsu untuk selingkuh dan segala hawa nafsu lainnya.
Renungkan lagi! Mengapa Allah SWT menciptakan nafsu? Dan bagaimana kita menghadapinya? Ibnu Taymiyyah mengatakan, “Allah menciptakan dalam diri kita keinginan dan kesenangan, sehingga kita dapat meminta bantuan dari mereka untuk menyelesaikan kepentingan kita. Nafsu itu sendiri adalah berkah, dan melaluinya ada kelangsungan hidup manusia. Misalnya, keturunan tercapai. Jika kita meminta bantuan dari kekuatan ini untuk melakukan apa yang kita perintahkan, itu akan menjadi kebahagiaan bagi kita di dunia dan akhirat, dan kita termasuk orang-orang yang Allah anugerahkan berkat yang mutlak.”
Karena itu, tidak semua keinginan itu tercela, tetapi beberapa di antaranya terpuji dan sesuai dengan penggunaannya. Untuk membedakan yang taat dari yang tidak taat, dan yang jahat dari yang baik. Karena seseorang hanya hanyut dalam syahwat karena lemahnya iman, pergaulan yang buruk, kehampaan yang mematikan, dan kedekatan dengan rangsangan syahwat, yang kesemuanya itu merupakan ujian.
Bagaimana manusia berusaha sendiri untuk meninggalkan hawa nafsu? Peganglah 6 nasihat ini, semoga bisa membimbing kita dalam menekan dan menahan syahwat yang berakibat pada keburukan.
1. Katakanlah: Allah melarang, dan aku takut kepada Allah
Allah SWT melarang, aku takut kepada-Nya, adalah perkataan Nabi Yusuf AS saat mendapat rayuan dari istri Al-Aziz yang bernama Zulaikha. Zulaikha yang menggoda adalah permaisuri raja (berarti wanita terhormat) dan kaya. Inilah yang disebutkan Nabi Muhammad SAW di antara orang yang akan mendapatkan naungan Allah di hari kiamat kelak:
وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ
“Seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah.’” (HR Bukhari, no. 660 dan Muslim, no. 1031)
2. Ingat Allah dan turunkan pandangan
Mari kita perhatikan firman Allah ta’ala berikut:
“يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ”
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang tersembunyi dalam dada”. (QS. Ghafir (40): 19)
Ibn Abbas RA menjelaskan maksud ayat di atas, “Yaitu seorang lelaki yang sedang bersama dengan teman-temannya. Lalu lewatlah wanita di depan mereka. Lelaki tersebut berpura-pura menundukkan pandangan mata. Bila merasa teman-temannya tidak memperhatikannya, maka dia melirik wanita tadi. Namun jika ia khawatir mereka memergokinya, maka iapun kembali menundukkan mata. Sungguh Allah mengetahui keinginan hatinya untuk melihat aurat wanita tersebut”. Diriwayatkan oleh Ibn Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (no. 17396).
Menundukkan pandangan adalah perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
”Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.'” (QS An-Nur [24] : 30).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata”
هذا أمر من الله تعالى لعباده المؤمنين أن يغضوا من أبصارهم عما حرم عليهم، فلا ينظروا إلا إلى ما أباح لهم النظر إليه ، وأن يغضوا أبصارهم عن المحارم
“Ini adalah perintah dari Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk menjaga (menahan) pandangan mereka dari hal-hal yang diharamkan atas mereka. Maka janganlah memandang kecuali memandang kepada hal-hal yang diperbolehkan untuk dipandang. Dan tahanlah pandanganmu dari hal-hal yang diharamkan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/41)
Menundukkan pandangan mata merupakan dasar dan sarana untuk menjaga kemaluan. Karena itu, dalam ayat ini Allah menyebutkan perintah untuk menahan pandangan mata daripada perintah untuk menjaga kemaluan.
Jika seseorang mengumbar pandangan matanya, maka dia telah mengumbar syahwat hatinya. Sehingga mata pun bisa berbuat durhaka karena memandang, dan itulah zina mata. Rasulullah bersabda:
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَا، مُدْرِكٌ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ، وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الِاسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ، وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
”Sesungguhnya Allah telah menetapkan atas diri anak keturunan Adam bagiannya dari zina. Dia mengetahui yang demikian tanpa dipungkiri. Mata bisa berzina, dan zinanya adalah pandangan (yang diharamkan). Zina kedua telinga adalah mendengar (yang diharamkan). Lidah (lisan) bisa berzina, dan zinanya adalah perkataan (yang diharamkan). Tangan bisa berzina, dan zinanya adalah memegang (yang diharamkan). Kaki bisa berzina, dan zinanya adalah ayunan langkah (ke tempat yang haram). Hati itu bisa berkeinginan dan berangan-angan. Sedangkan kemaluan membenarkan yang demikian itu atau mendustakannya.” (HR. Bukhari no. 6243 dan Muslim no. 2657. Lafadz hadits di atas milik Muslim)
3. Menikah atau Berpuasa
Sebagaimana sabda Nabi SAW, “Hai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang mampu menikah, hendaklah dia menikah, dan siapa yang tidak mampu, maka berpuasalah, karena telah terpenuhi, yaitu perlindungan. (HR Al-Bukhari)
Allah SWT berfirman:
وَلْيَسْتَعْفِفِ ٱلَّذِينَ لَا يَجِدُونَ نِكَاحًا حَتَّىٰ يُغْنِيَهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِ
Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya.” (QS An-Nur: 33)
Syekh Prof Dr Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir, dalam Tafsir Al-Wajiz, mengatakan, sebaiknya orang yang tidak mampu menanggung beban pernikahan seperti mahar dan nafkah agar bersungguh-sungguh menjaga diri dari zina dan perbuatan haram, sampai Allah memberi rejeki mereka dari keutamaan-Nya dan melapangkan pemberian-Nya kepada mereka, sehingga mereka mendapatkan sesuatu yang bisa digunakan untuk menikah.
4. Jangan mendekati rangsangan seksual
Zaman ini mendekatkan kita pada zaman penuh fitnah, terutama yang berkaitan dengan perbuatan, tontonan, atau bacaan di media sosial. Lihat saja konten-konten media sosial berbagai platform, dari video hingga foto-foto yang mempertontonkan aurat. Godaan internet, medsos, seperti Twitter, Instagram, Facebook, Hello, Tik Tok, dan banyak lagi lainnya yang bisa lebih seperti medsos live streaming.
Bukan lagi sekadar foto atau tontonan, namun sudah mengarah pada perbuatan yang mendekati zina. Banyal sekali rangsangan dan gangguan darinya, dan buang-buang waktu. Masih adakah pemuda saat ini yang bisa menahan diri dari berbagai gangguan dan godaan syahwat di internet saat ini? Masihkah ada pemuda yang lari dari gangguan dan godaan syahwat tersebut? Tentu saja banyak, namun tak sedikit pula yang mulai ketagihan dan kecanduan. Wahai pemuda, marilah belajar dari kisah Nabi Yusuf dalam Al-Qur’an.
5. Sibukkan diri dalam kebaikan
Jika kita tidak menyibukkan diri dengan kebenaran, maka kepalsuan yang akan menarik perhatian kita. Jika kita tidak menahan diri, maka kita akan terseret arus hingga pada titik yang menjerumuskan hidup kita.
6. Tobat
Renungkanlah ayat ini:
قَالَ رَبِّ ٱلسِّجْنُ أَحَبُّ إِلَىَّ مِمَّا يَدْعُونَنِىٓ إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّى كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ ٱلْجَٰهِلِينَ
“Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh”. (QS Yusuf: 33)
CUkuplah satu ayat ini menjadi pintu yang menguatkan kita untuk segera bertobat. Syekh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di atau dikenal As-Sa’di megatakan, Nabi Yusuf AS berlindung diri kepada Rabbnya dan memohon pertolongan kepadaNya dari bahaya makar mereka. Ayat ini menunjukan bahwa para wanita itu menyarankan Nabi Yusuf untuk patuh terhadap tuan putrinya, dan mengupayakan untuk memperdayanya.
Nabi Yusuf ternyata lebih menyukai masuk penjara dan siksaan duniawi ketimbang kenikmatan sesaat yang akan mendatangkan siksaan pedih. Maka dengan pertolongan Allah, Nabi Yusuf terhindar dari tipu daya mereka. Karena manusia pada dasarnya adalah orang yang lemah, dan tak berdaya. Nabi Yusuf menghindari kenikmatan secuil yang akan menyusahkan diri pada kenikmatan yang kontinyu dan kesenangan yang beraneka macam di surga yang penuh kenikmatan. (Aza)
Sumber: alukah.net