Indonesiainside.id, Jakarta – China mengerahkan personel militer dan ribuan petugas kesehatan untuk membantu melakukan tes COVID-19 bagi 26 juta penduduk Shanghai, dalam respons kesehatan masyarakat terbesar di negara itu.
Hal ini dilakukan setelah hampir seminggu pusat keuangan negara itu ditempatkan di bawah penguncian sebagian atau lockdown dalam upaya untuk menahan wabah COVID-19 yang baru.
Mengutip sebuah surat kabar angkatan bersenjata China, menyebutkan, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) telah mengirim lebih dari 2.000 personel medis dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan pasukan pendukung logistik gabungan ke Shanghai.
Menurut laporan media, lebih dari 10.000 petugas kesehatan dari provinsi seperti Jiangsu, Zhejiang, dan Beijing telah direkrut untuk misi kesehatan besar-besaran.
Ini adalah respons kesehatan masyarakat terbesar di negara itu sejak wabah COVID-19 di Wuhan, tempat virus corona baru pertama kali ditemukan pada awal 2020.
PLA telah mengirim lebih dari 4.000 personel medis ke provinsi Hubei, tempat Wuhan berada, saat itu.
Presiden China Xi Jinping telah mendorong para pejabatnya untuk melakukan upaya habis-habisan dalam menahan wabah virus corona baru sambil mematuhi kebijakan sterilisasi wilayah terbatas.
Pada hari Sabtu, Wakil Perdana Menteri Sun Chunlan, selama kunjungan ke Shanghai untuk meninjau kemajuan pengujian massal, meminta para pejabat untuk “membuat langkah tegas dan cepat” untuk mengalahkan penyakit itu.
Daratan China melaporkan 13.146 kasus COVID-19 lokal pada hari Minggu, jumlah peningkatan harian tertinggi sejak wabah terbaru.
Shanghai memulai penguncian dua tahap minggu lalu dengan penduduk kota diminta untuk tinggal di rumah dan bandara utama serta kawasan bisnis yang dikenal sebagai Pudong akan dikunci.
Kota itu melaporkan 8.581 kasus COVID-19 tanpa gejala dan 425 kasus COVID bergejala pada hari Minggu, ketika pihak berwenang meminta penduduk untuk melakukan tes sendiri menggunakan tes antigen untuk virus tersebut.
Komisi Kesehatan Nasional, sebuah badan pemerintah yang bertanggung jawab untuk merumuskan kebijakan kesehatan nasional, mencatat bahwa “tidak ada kematian baru”.
Lonjakan COVID-19 terbaru di Shanghai telah dikaitkan dengan varian virus corona Omicron yang sangat menular, terlihat pertama kali di Afrika Selatan akhir tahun lalu, yang telah menghentikan kota komersial yang ramai itu.
China menyebut pendekatan “tanpa toleransi” sebagai strategi pencegahan paling ekonomis dan efektif melawan pandemi.
Langkah-langkah anti-coronavirus negara itu, termasuk pengujian massal, vaksinasi, dan penguncian kota dan provinsi bahkan untuk sejumlah kecil infeksi, sebagian besar telah berhasil mengendalikan penyakit itu.(Nto)