Ramadhan berlimpah kebaikan, keutamaan, dan keberkahan. Jika mau dihitung, tak sanggup kita menghitungnya. Ramadhan sebagai bulan yang agung dan penuh berkah saja memiliki makna tak terbatas karena keagungan dan keberkahan di baliknya.
Di antara lapis-lapis keutamaannya adalah Ramadhan sebagai bulan puasa, bulan qiyamullail, bulan membaca Al-Qur’an, bulan pembebasan, dan bulan pengampunan. Selain itu, Ramadhan menjadi bulan sedekah, bulan dibukanya pintu-pintu surga, dan ditutupnya pintu-pintu neraka. Ramadhan juga menjadi bulan amal baik dilipatgandakan, bulan doa-doa dikabulkan, bulan dinaikkannya derajat orang-orang yang beriman, dan dosa-dosanya yang telah lalu semuanya diampuni.
Derajat hamba-hamba diangkat menjadi hamba yang bermartabat. Allah SWT yang langsung memberikan pahala bagi orang yang berpuasa dan Allah juga yang melimpahkan karunia kepada mereka. Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya Allah menjadikan puasa sebagai salah satu rukun Islam, maka Nabi SAW berpuasa dan memerintahkan manusia untuk berpuasa. Barang siapa yang mengerjakannya dengan iman dan mengharap pahala, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Inilah bulan yang di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Yaitu Malam Lailatul Qadr dan malam diturunkannya Al-Qur’an. Ramadhan juga menjadi bulan di mana kebaikan ringan dilaksanakan, konsistensi dan istiqamah dalam ibadah mudah ditegakkan, lisan-lisan mudah dijaga dari berbicara yang buruk, dan segala keburukan mudah ditinggalan.
Jangankan yang makanan haram dan perbuatan batil, makanan yang halal saja dengan mudah ditinggalkan bagi orang yang berpuasa sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Jika yang halal saja kita ridha meninggalannya karena taat pada perintah Allah SWT, maka yang lain pun jelas lebih mudah.
Karena itu, menjadi pertanyaan kita semua, kenapa masih ada orang berat berbuat kebaikan pada bulan yang mulia ini? Mengapa masih ada yang gampang menggunjing, berat dalam membaca Al-Qur’an, berat qiyamullail, berat dalam bersedekah, dan amal saleh lainnya? Jika demikian, berarti ada yang salah dari orang tersebut dan saatnyalah mengoreksi kesalahan-kesalahan agar kita dimudahkan dalam berbuat baik dan meraih berjuta pahala di bulan mulia ini. Yaitu dengan bertobat.
Maka selamat datang dengan suka cita, penuh kesenangan, dan tekad yang tulus untuk berpuasa dan qiyamullail. Kemudian berlomba untuk kebaikan dan bersegera di dalamnya untuk tobat yang tulus dari semua dosa dan perbuatan buruk. Jangan lupa saling menasihati dan bekerja sama dalam kebajikan dan ketakwaan, amar ma’ruf nahi munkar, dan mengajak untuk semua yang baik sehingga kita dapat mencapai kehormatan dan pahala besar.
Puasa memiliki banyak manfaat dan hikmah yang agung, antara lain menyucikan jiwa serta membersihkannya dari akhlak yang buruk seperti munkar dan kikir. Selain itu, membiasakan diri dengan akhlak yang mulia seperti kesabaran, kedermawanan, berjihad di jalan yang diridhoi Allah dan mendekat kepada-Nya.
Di antara keutamaan puasa adalah seorang mengetahui kebutuhan, kelemahan, dan kemiskinannya kepada Tuhannya, dan mengingatkannya akan nikmat Allah yang besar atas dirinya, dan mengingatkannya akan kebutuhan saudara-saudaranya yang miskin. Maka wajib baginya untuk mengucapkan syukur kepada Allah SWT, dan meminta pertolongan dari rahmat-Nya untuk ketaatannya, dan bersimpati dengan saudara-saudaranya yang miskin.
Allah SWT menunjukkan manfaat ini dalam firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (QS Al-Baqarah: 183)
Allah Yang Mahakuasa menjelaskan bahwa puasa itu wajib bagi kita untuk takut kepada-Nya. Puasa adalah cabang besar bagi orang-orang bertakwa, dekat kepada Allah, dan menjadi sarana ampuh untuk takwa dalam urusan agama dan dunia.
Nabi SAW menunjukkan beberapa manfaat puasa dalam sabdanya: “Wahai para pemuda, barang siapa di antara kamu yang mampu menikah, hendaklah dia menikah, karena itu merendahkan pandangan dan melindungi kesucian, dan siapa yang tidak mampu hendaknya berpuasa.” (HR Bukhari 5065, Muslim 412)
Nabi SAW menjelaskan bahwa puasa datang kepada orang yang beriman sebagai sarana penyucian diri. Jika disebutkan bahwa setan mengalir di aliran darah anak Adam, maka puasa akan mempersempit jalannya setan di dalam tubuh kita. Dengan kebesaran Allah SWT, setan akan dilemahkan agar orang-orang beriman berlimpah rahmat dan kembali pada ketaatan.
Puasa memiliki banyak manfaat selain yang di atas. Di antaranya, membersihkan racun dalam tubuh kita dari campuran yang tidak baik dan memberikan kesehatan dan kekuatan. Banyak dokter mengakui dan mengobati banyak penyakit dengan puasa.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR Muslim no. 1151)
Dalam riwayat lain dikatakan:
قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ ، فَإِنَّهُ لِى
“Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku”.” (HR. Bukhari no. 1904)
Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِرَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ. وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ، وَ ذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ
“Apabila datang awal malam dari bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin yang sangat jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang terbuka, sedangkan pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satu pintu pun yang ditutup. Dan seorang penyeru menyerukan: ‘Wahai orang yang menginginkan kebaikan kemarilah. Wahai orang-orang yang menginginkan kejelekan tahanlah.’ Dan Allah memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka, yang demikian itu terjadi pada setiap malam.” (HR. At-Tirmidzi dalam Sunan-nya no. 682 dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya no. 1682, dihasankan Asy-Syaikh Albani rahimahullahu dalam Al-Misykat no. 1960)
Pada bulan yang penuh berkah ini, kejahatan di muka bumi lebih sedikit, karena jin-jin yang jahat dibelenggu dan diikat, sehingga mereka tidak bebas untuk menyebarkan kerusakan di tengah manusia sebagaimana hal ini dapat mereka lakukan di luar bulan Ramadhan. Di hari-hari itu kaum muslimin tersibukkan dengan ibadah puasa yang dengannya akan mematahkan syahwat. Juga mereka tersibukkan dengan membaca Al-Qur`an dan ibadah-ibadah lainnya. (Al-Mirqah, Asy-Syaikh Mulla ‘Ali Al-Qari pada ta’liq Al-Misykat 1/783, hadits no. 1961)
Berdasarkan hadits shahih yang diriwayatkan dari Aisyah, beliau berkata:
مَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلّ الله عليه و سلّم يَزِيْدُ فِي رَمَضَانَ وَ لاَ فِي غَيْرِهِ إِحْدَ عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّى أَرْبَعًا، فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَ طُوْلَـهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّى أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَ طُوْلَـهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّى ثَلاَثاً
“Rasulullah SAW tidak pernah menambah bilangan pada bulan Ramadhan dan tidak pula pada bulan selain Ramadhan dari 11 Rakaat. Beliau shalat 4 rakaat sekali salam maka jangan ditanya tentang kebagusan dan panjangnya, kemudian shalat 4 rakaat lagi sekali salam maka jangan ditanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian shalat witir 3 rakaat.” (HR Muslim)
Di hadits lain, Rasulullah SAW shalat 4 raka’at dengan 2 kali salam, kemudian beristirahat. Hal ini berdasarkan keterangan Aisyah RA, “Adalah Rasulullah melakukan shalat pada waktu setelah selesainya shalat Isya’, hingga waktu fajar, sebanyak 11 rakaat, mengucapkan salam pada setiap dua rakaat, dan melakukan witir dengan satu rakaat.” (HR Muslim)
Juga berdasarkan keterangan Ibn Umar RA bahwa seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana shalat malam itu?” Beliau menjawab, مَشْنَى مَشْنَى فَإِذَا خِفْتَ الصُّبْحَ فَأَوْتِِرْ بِوَا حِدَةِ “Yaitu dua rakaat-dua rakaat, maka apabila kamu khawatir (masuk waktu) shubuh, berwitirlah dengan satu rakaat. (HR Bukhari)
Dalam hadits Ibn Umar yang lain disebutkan: صَلاَةُ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ رَكْعَتَانِ رَكْعَتَانِ “Shalat malam dan siang dua rakaat-dua rakaat“. (HR Ibn Abi Syaibah Ash Shalah, 309; At Tamhid, 5/251; Al Hawadits, 140-143; Fathul Bari, 4/250; Al Ijabat Al Bahiyyah,18; Al Muntaqa,4/49-51]
Dan Nabi SAW tidak membatasi shalat di malam hari, melainkan dia menyebutnya demikian, maka barang siapa yang suka shalat 11 rakaaat atau 13 rakaat, atau 23 rakaat, atau lebih dari itu atau kurang, di sana tidak ada larangan sama sekali.
Tetapi sebaik-baik apa yang Rasulullah SAW kerjakan dan beliau kerjakan sebagian besar malamnya, yaitu 11 rakaat dengan ketenangan dalam berdiri, duduk, rukuk, sujud, membaca bacaan, dan tidak terburu-buru, karena ruh shalat adalah menghadapnya dengan hati dan kekhidmatan di dalamnya, dan melaksanakannya sebagaimana yang telah Allah tetapkan dengan keikhlasan, kejujuran, keinginan, kekaguman dan kehadiran hati. (Aza/bersambung)