Hal terbesar bagi seorang Muslim adalah mengisi waktunya di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini dengan membaca Al-Qur’an yang Mulia, mendalami maknanya, dan mentadabburi. Inilah contoh mulia dari Nabi yang mulia.
Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA:
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ شِهَابٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ “كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِي رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ.” رواه البخاري
Dari Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah (W. 98 H) bahwasanya Ibnu Abbas (W. 68 H) RA berkata: “Nabi SAW adalah orang yang paling dermawan memberikan kebaikan. Beliau paling dermawan ketika di bulan Ramadhan yaitu ketika Jibril menemuinya. Jibril AS biasa menemuinya setiap malam di bulan Ramadhan sampai apabila Jibril telah selesai -menyampaikan wahyu- maka Nabi SAW menyetorkan hafalan al-Qur’annya kepada Jibril. Apabila Jibril AS menemuinya, maka beliau adalah orang yang paling ringan dalam berderma lebih daripada angin yang bertiup.” HR Bukhari (w. 256 H)
Terkait hadits di atas, Ibnu Hajar RA mengatakan, “Hikmah dari mempelajari dan membaca Al-Qur’an adalah memperbaharui komitmen untuk meningkatkan kekayaan jiwa, dan kekayaan jiwa adalah penyebab dari kedermawanan.”
Sudah menjadi kebiasaan para pendahulu (salafus salih) dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan dibandingkan dengan waktu-waktu lainnya. Misalnya, Imam Syafi’i biasa mengkhatamkan Al-Qur’an dalam bulan Ramadhan 60 kali. Imam Malik, jika Ramadhan datang, dia menutup bukunya, dan meninggalkan majelis ilmu. Dia lebih memilih untuk membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya.
Berburu malam seribu bulan, nah apa saja amalannya? Berikut ini amalan-amalan yang harus diutamakan pada bulan Ramadhan dibandingkan dengan pekerjaan lainnya:
Shalat Malam
Shalat malam adalah sebuah kehormatan bagi orang yang beriman. Kedekatan seorang hamba dengan Allah meberikan pahala besar dan dia akan ditolong dalam menghadapi masalah hidup. Sudah pasti bahwa shalat malam dilakukan di waktu yang diberkati, seperti bulan Ramadhan dan Malam Lailatul Qadar. Rasulullah SAW bersabda:
مَن قَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ له ما تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِهِ
“Barangsiapa bangun (shalat malam) di malam Ramadhan karena iman dan penuh harap, dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
Perbanyak Zikir dan Doa
Ganjaran pahala di bulan Ramadhan berlipat ganda. Allah SWT mengabulkan doa-doa selama bulan penuh berkah ini. Untuk itu, disunnahkan bagi seorang muslim untuk memanfaatkan bulan Ramadhan dengan banyak memperbanyak berdoa, dan banyak mengingat Allah SWT dengan mengharap rahmat dan ampunan-Nya. Yaitu bersikir seteah shalat, menjelang tidur, serta zikir pagi dan sore. Sebaik-baik zikir adalah amalan-amalan yang kekal lagi saleh (al-bâqiyat ash-shâlihât). Apa itu?
Dalam Surat Al-Kahfi ayat ke-46, kita menemukan amalan yang ganjarannya lebih utama dibanding perhiasan dunia yang berupa anak dan harta. Amalan itu adalah al-bâqiyat ash-shâlihât, adapun ayatnya adalah:
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh (al-bâqiyat ash-shâlihât) adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
Makna al-bâqiyat ash-shâlihât dalam ayat ini, ditemukan dalam kitab tafsir Jalalain, yakni:
وَالبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ (هي سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر زاد بعضهم ولا حول ولا قوة إلا بالله) خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا (أي ما يأمله الإنسان ويرجوه عند الله تعالى
“Dan al-bâqiyat ash-shâlihât yaitu subhânallâh, wal hamdulillâh, wa lâ Ilâha illallâh, wa Allâhu akbar, sebagian ulama menambahkan: wa lâ hawla walâ quwwata illâ billâh, adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan—tegasnya: sesuatu di mana manusia mencita-citakan dan mengharapkannya di sisi Allah ta’ala. (Imam Jalaluddin as-Suyuthi dan Imam Jalaluddin al-Mahalli, Tafsir Jalâlain, Kairo, Daarul Hadits, halaman 386)
Baca Doa Ini
Lailatul Qadar adalah salah satu waktu di mana Allah SWT menjawab doa. Aisha RA bertanya kepada Nabi SAW, “Apa yang Anda katakan pada Malam Lailatul Qadar jika saya berada di dalamnya, maka Rasulullah berkata:
قولي: اللَّهمَّ إنَّك عفُوٌّ كريمٌ تُحِبُّ العفْوَ، فاعْفُ عنِّي
“Saya katakan: Ya Allah, Engkau Maha Penyayang, Anda menyukai pengampunan, jadi maafkan saya.”
Juga doa-doa dikabulkan selama puasa dan ketika berbuka. Karena itu, hal ini menjadi sunnah untuk memperbanyaknya.
Sedekah
Sedekah itu mustahab sepanjang hari-hari Ramadhan. Dan yang lebih kuat dan lebih baik adalah di sepuluh hari terakhirnya, dan lebih utama daripada hari-hari sebelumnya. Memperbanyak sedekah merupakan implementasi dari firman Allah SWT:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS al-Qadar: 3)
Amal saleh pada malam-malam Lailatul Qadar lebih baik daripada amal saleh dalam seribu bulan sehingga ada Sunnah untuk memanfaatkan pahala yang besar ini dengan meningkatkan amal dan kebajikan kepada orang lain.
I’tikaf
I’tikaf berlaku sepanjang tahun, tetapi paling pasti di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Karena itu adalah malam keputusan dan ketetapan, dan itu dikuatkan dari Aisyah RA:
أنَّ النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، كانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأوَاخِرَ مِن رَمَضَانَ حتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أزْوَاجُهُ مِن بَعْدِهِ
“Nabi SAW senantiasa beri’tikaf sepuluh akhir dari bulan Ramadhan hingga Beliau diwafatkan oleh Allah. Kemudian setelah Beliau wafat, para istrinya –pun melaksanakan I’tikaf.” (HR. Bukhari)
I’tikaf adalah ibadah yang sangat ditekankan di bulan Ramadhan, yaitu bagi orang-orang yang memiliki kelapangan dan tidak berhalangan. Imam az Zuhri –rahimahullah- berkata;
عَجَبًا مِنْ النَّاسِ كَيْفَ تَرَكُوا الِاعْتِكَافَ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَفْعَلُ الشَّيْءَ وَيَتْرُكُهُ وَمَا تَرَكَ الِاعْتِكَافَ حَتَّى قُبِضَ
“Sungguh aneh manusia, bagaimana mungkin mereka meninggalkan I’tikaf, sedangkan Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- terkadang melakukan sesuatu dan terkadang pula meninggalkannya. Namun tidak demikian dengan I’tikaf, Beliau terus melaksanakannya hingga wafatnya.”.
I’tikaf merupakan wasilah (cara) yang digunakan oleh Nabi SAW untuk mendapatkan Lailatul Qadr. Abu Sa’id al Khudri RA:
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اعْتَكَفَ الْعَشْرَ الْأَوَّلَ مِنْ رَمَضَانَ ثُمَّ اعْتَكَفَ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ … قَالَ إِنِّي اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الْأَوَّلَ أَلْتَمِسُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ ثُمَّ اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ ثُمَّ أُتِيتُ فَقِيلَ لِي إِنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ أَحَبَّ مِنْكُمْ أَنْ يَعْتَكِفَ فَلْيَعْتَكِفْ فَاعْتَكَفَ النَّاسُ مَعَهُ
“Rasulullah SAW pernah beri’tikaf pada sepuluh hari pertama di bulan Ramadhan. Kemudian Beliau beri’tikaf pada sepeluh hari pertengahan … Beliau SAW berkata; ‘Saya pernah beri’tikaf pada sepuluh hari pertama di bulan Ramadhan agar saya bisa mendapati lailatul qadr. Kemudian saya beri’tikaf pada sepeluh hari pertengahan. Lantas (malaikat) datang mengabariku bahwa lailatul qadr itu jatuh pada sepuluh malam terakhir. Olehnya, siapa di antara kalian yang ingin beri’tikaf, maka lakukanlah.’ Mendengar itu, para sahabat pun beri’tikaf bersama Rasulullah SAW.” (HR. Muslim)
Iktikaf adalah karunia Allah yang besar, dan Allah SWT telah mengatur i’tikaf untuk kaum sebelumnya sebelum ummat Nabi Muhammad SAW. Dengan iktikaf, hati dialihkan dari urusan duniawi. Sehingga mengingat Allah, menggapai cinta-Nya, dan merenungkan keridhaan-Nya, menjadi salah satu tindakan ketaatan yang paling besar bagi orang yang beri’tikaf.
Bimbingan Nabi SAW
Rasulullah SAW melakukan banyak ibadah di bulan Ramadhan, tetapi dia lebih banyak berjuang di sepuluh hari terakhir Ramadhan daripada di hari-hari lainnya. Dari Aisyah RA:
إذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وأَحْيَا لَيْلَهُ، وأَيْقَظَ أهْلَهُ
“Ketika memasuki sepuluh hari terakhir, dia (Rasulullah SAW) mengencangkan kain pinggangnya (sarung), dan dia menghidupkan malam harinya, dan membangunkan keluarganya.” (Aza)