Indonesiainside.id, Jakarta – Pasukan militer Israel kembali menggerebek kompleks Masjid al-Aqsa di Kota Tua al-Quds yang diduduki ketika para jamaah berkumpul untuk sholat subuh, dengan petugas medis melaporkan bahwa lebih dari empat puluh warga Palestina terluka akibat kekerasan Israel .
Sumber-sumber lokal, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan pasukan Israel mulai menjalankan aksi sebelum fajar pada hari Jumat, ketika ribuan jemaah berkumpul di masjid untuk salat subuh.
Sumber tersebut menambahkan bahwa tentara Israel menembakkan gas air mata dan granat kejut ketika jamaah membarikade diri mereka di dalam masjid di tengah apa yang tampak seperti awan gas air mata.
Media Palestina mengatakan setidaknya 43 warga Palestina terluka dalam serangan itu.
Perkembangan itu terjadi sehari setelah sebanyak 30 warga Palestina terluka setelah pasukan Israel melanjutkan serangan kekerasan mereka terhadap jamaah di kompleks Masjid al-Aqsa di al-Quds yang diduduki.
Pasukan menyerang jemaah Palestina, yang berkumpul untuk salat Subuh di kompleks tersebut pada hari Kamis.
“Satu orang dipindahkan ke rumah sakit dengan peluru karet [luka] di punggungnya,” kata sumber medis.
Pasukan Israel menggunakan peluru karet, tabung gas air mata, granat kejut, dan semprotan merica terhadap para jamaah, yang telah meningkatkan agresi yang diperintahkan oleh rezim Israel sejak awal bulan suci Ramadhan.
Warga Palestina membalas kekerasan dengan melemparkan batu dan bom molotov.
Dalam serangan agresi paling serius mereka terhadap Palestina selama Ramadhan, pasukan Israel melukai lebih dari 150 jemaah di kompleks itu Sabtu lalu.
Sementara itu, seorang pemuda Palestina telah meninggal setelah menderita luka beberapa hari sebelumnya setelah puluhan pasukan militer Israel terlibat dalam konfrontasi dengan sekelompok demonstran Palestina di bagian utara Tepi Barat yang diduduki dan menembakkan peluru tajam untuk menekan protes.
Kantor berita resmi Palestina Wafa, mengutip sumber-sumber medis, melaporkan bahwa Lutfi Ibrahim Labadi, 20 tahun, seorang penduduk kota al-Yamun, meninggal karena luka seriusnya pada Jumat pagi.
Sumber-sumber lokal, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan pasukan Israel menembak pemuda itu dengan peluru tajam minggu lalu selama pertempuran yang meletus ketika pasukan menyerbu kota Jenin dan menembaki ratusan orang yang memprotes penodaan al-Aqsa. Kompleks masjid di Kota Tua al-Quds dan serangan kekerasan terhadap jamaah.
Sementara itu, juru bicara gerakan perlawanan Jihad Islam Palestina mengatakan kelompoknya telah belajar bagaimana menghadapi rezim Israel, yang hanya mengerti bahasa kekerasan.
“Kelompok perlawanan, sambil meningkatkan kesiapan mereka, menindaklanjuti perkembangan di Tepi Barat yang diduduki dan al-Quds dan tidak akan tetap acuh tak acuh terhadap kejahatan penjajah,” kata Tariq Salmi.
“Pendudukan Israel adalah garis merah bagi rakyat Palestina. Negara-negara Muslim dan kelompok-kelompok perlawanan akan terus berjuang sampai ancaman itu benar-benar diberantas, dan hak-hak historis Palestina dipulihkan,” katanya.
“Ancaman musuh tidak akan menghentikan kelompok perlawanan [Palestina] dari menapaki jalan perjuangan dan kemartiran saat mereka menghadapi kebijakan penjajah. Ancaman seperti itu adalah tanda ketidakberdayaan rezim Zionis di hadapan bangsa Palestina,” tambah juru bicara itu.(Nto)