Ahibbaai fillah, setelah beberapa hari dari akhir bulan Ramadhan yang diberkati ini. Bagaimana kabarmu setelah Ramadhan? Mari kita bandingkan keadaan kita di bulan Ramadhan dengan keadaan kita setelah Ramadhan.
Kita telah merasakan manisnya iman dan kita telah mengetahui hakikat puasa, dan kita telah merasakan manisnya air mata, dan manisnya percakapan mesra di pagi hari. Kami biasa shalat dan puasa sebagaimana orang yang merasakan manisnya dan mengetahui rasa shalat dan puasa. Kami juga menafkahkan harta sebagamana orang-orang yang tidak takut miskin.
Alangkah indahnya andai saja aku mati dalam keadaan seperti ini. Dekat kepada Allah dan tak ada ibadah yang terlewatkan kecuali ditinggikan dengan iklhas, sabar, dan istiqamah. Saya berharap akhir saya adalah di bulan Ramadhan. Namun, Ramadhan tekah meninggalan kami. Manisnya ibadah di bulan Ramadhan ini tidak bisa berlalu begitu saja.
Ramadhan berlalu, bisa saja meninggalkan bekas yang baik dan pembiasaaan baik dalam ibadah. Namun, tentu juga ada yang tidak mengambil kebaikan Ramadhan itu. Boleh jadi, ada orang yang kembali meninggalkan shalat, kembali memakan riba untuk konsumsinya, kembali menonton dan berkata kecabulan, dan parahnya jika kembali lagi pada kemaksiatan.
Kami tidak mengatakan, semua kebiasaan Ramadhan harus berlanjut persis seperti di bulan yang diberkahi ini. Tapi kami katakan, janganlah memutus kebaikan dari kebiasaan berpuasa, shalat, berdoa, dan bersedekah, meskipun hanya sedikit. (Aza)