Ahibbaai fillah… Perbuatan baik itu setiap saat dan setiap waktu. Maka teruslah berjuang (jihad) karena Allah dalam ketaatan dan kebaikan. Waspadalah terhadap kemalasan dan sikap apatis.
Misalnya dalam hal membaca dan merenungkan makna-makna Al-Qur’an, tidak khusus pada bulan Ramadhan saja, tetapi sepanjang waktu. Allah adalah Tuhan dalam kebenaran dan keteguhan agama di setiap saat.
Kita tidak pernah tahu kapan malaikat maut akan menemui kita, jadi waspadalah. Jangan sampai datang kepadamu saat kamu melakukan kemaksiatan. Perbanyaklah memohon ampun karena itu adalah penutup dari perbuatan baik. Seperti shalat, haji, puasa, dan amal saleh, juga diakhiri dengan banyak memohon ampun.
Umar bin Abdul-Aziz menulis kepada Al-Amsar: Dia memerintahkan mereka untuk mengakhiri bulan Ramadhan dengan mencari pengampunan dan sedekah, dan dia berkata:
“Katakanlah seperti ayahmu Adam berkata,
رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ
“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Al-A’raf: 23)
Dan sebagaimana Nabi Ibrahim AS berkata:
وَٱلَّذِىٓ أَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لِى خَطِيٓـَٔتِى يَوْمَ ٱلدِّينِ
رَبِّ هَبْ لِى حُكْمًا وَأَلْحِقْنِى بِٱلصَّٰلِحِينَ
“Dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat”. (Ibrahim berdoa): “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh.” (QS Asy-Syu’ara: 82-83)
Dan sebagaimana Nabi Musa AS berkata:
رَبِّ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى فَٱغْفِرْ لِى فَغَفَرَ لَهُۥٓ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku”. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Qashas: 16)
Dan sebagaimana Dzul-Nun berkata:
وَذَا ٱلنُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَٰضِبًا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِى ٱلظُّلُمَٰتِ أَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”. (QS Al-Anbiya: 87)
Karenanya, marilah kita bersyukur lebih banyak kepada Allah SWT karena Dia memberi kesuksesan dalam puasa dan qiyamullail. Syukur bukan dengan lisan, tapi dengan hati, perkataan dan perbuatan, dan tidak berbalik setelah berpaling. (Aza)