Ahibbaai fillah… Inilah yang terakhir dari tujuh tulisan tentang “bagaimana setelah bulan Ramadhan berlalu?” Istilah ini dikenal dengan “Famaadzaa ba’da Ramadhan”.
Ingat, setan tak akan berhenti menggoda dan tak pernah diam melihat kita menjadi hamba yang taat. Nah, bagaimana setelah Ramadhan ini? Apakah kita memilih melanjutkan amalan-amalan yang telah terbiasa dilakukan selama Ramadhan? Atau amalan-amalan dan ibadah kepada Allah hanya ringan dilakukan selama Ramadhan, dan setelahnya begitu beratnya? Tentu kita ingin yang lebih baik dan meninggal dunia dalam keadaan husnul khatimah.
Karenanya, melanjutkan dan meneruskan ibadah dan amalan-amalan baik di bulan Ramadhan adalah satu-satunya pilihan. Selain itu, banyak berdoa dan berharap agar amalan Ramadhan kita diterima semuanya. Amin Ya Rabbal Alamin. Berikut ini, di antara tanda-tanda diterimanya amalan kita, dikutip dari saaid.net:
- Kebaikan setelah kebaikan, agar kaum muslimin melakukan ibadah dan amal ibadah setelah Ramadhan dan memeliharanya adalah bukti keridhaan Allah terhadap hamba, dan jika Allah meridhoi hamba, dia membimbingnya kepada ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan.
- Keterbukaan hati untuk beribadah, merasakan nikmatnya ketaatan dan manisnya iman, serta nikmatnya beramal, karena orang mukmin adalah orang yang ridha dengan kebaikannya dan keburukannya dengan keburukannya.
- Pertobatan dari dosa masa lalu adalah salah satu tanda terbesar dari kesukaan Allah SWT.
- Takut tidak diterima amalannya di bulan Ramadhan.
- Kecemburuan terhadap agama dan kemarahan jika larangan Allah dilanggar, bekerja untuk Islam dengan sungguh-sungguh, dan menghabiskan tenaga dan uang dalam panggilan kepada Allah SWT.
Karena itu, waspadalah terhadap kesombongan dan keangkuhan, dan berkomitmenlah untuk tunduk dan kalah terhadap Keagungan dan Kekuasaaan Allah SWT Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Ahibbai fillah, para kekasih karena Allah. Waspadalah terhadap kesombongan setelah Ramadhan! Anda mungkin telah mengatakan pada diri sendiri bahwa Anda memiliki keseimbangan yang baik dari perbuatan baik. Atau bahwa dosa-dosamu telah diampuni dan kamu kembali seperti hari ibumu melahirkanmu.
Setan terus menggoda Anda, dan jiwa mengalihkan perhatian Anda, sampai Anda melipatgandakan dosa dan ketidaktaatan Anda. Boleh jadi kamu menyukai dirimu sendiri dengan apa yang telah kamu hadirkan selama Ramadhan. Maka berhati-hatilah dengan apa yang telah kamu lakukan dan apa yang telah kamu lakukan.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Muddassir, Ayat 6-7:
وَلَا تَمْنُن تَسْتَكْثِرُ
“Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.”
وَلِرَبِّكَ فَٱصْبِرْ
“Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.”
Di ayat lain, Allah SWT memberikan kepada kita peringatan:
وَلَوْ أَنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ مَا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُۥ مَعَهُۥ لَٱفْتَدَوْا۟ بِهِۦ مِن سُوٓءِ ٱلْعَذَابِ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۚ وَبَدَا لَهُم مِّنَ ٱللَّهِ مَا لَمْ يَكُونُوا۟ يَحْتَسِبُونَ
“Dan sekiranya orang-orang yang zalim mempunyai apa yang ada di bumi semuanya dan (ada pula) sebanyak itu besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu dari siksa yang buruk pada hari kiamat. Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan.” (QS Az-Zumar: 47)
Semoga Allah menerima amal kita, mengampuni kita, dan menetapkan kita di antara hamba-hamba-Nya yang saleh pada hari kiamat. Dan Allah Yang Maha Esa mengetahui yang terbaik, mari memohon pengampunan Allah atas segala kesalahan dan kekhilafan. (Aza/ Selesai, Sumber: Said.net)