Indonesiainside.id, Kolombo – Pasukan militer bersenjata berat telah mengevakuasi Perdana Menteri Sri Lanka Mahinda Rajapaksa dari kediaman resminya setelah ribuan pengunjuk rasa menerobos gerbang utama di tengah kekerasan terburuk dalam beberapa pekan protes atas krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Para pengunjuk rasa yang memaksa masuk ke kediaman resmi Perdana Menteri di Kolombo kemudian berusaha menyerbu gedung utama dua lantai pada hari Selasa di mana Rajapaksa bersembunyi bersama keluarga dekatnya.
“Setelah operasi sebelum fajar, mantan PM dan keluarganya dievakuasi ke tempat yang aman oleh tentara,” kata seorang pejabat tinggi keamanan kepada kantor berita AFP. “Setidaknya 10 bom molotov dilemparkan ke dalam kompleks.”
Pemimpin berusia 76 tahun yang dipaksa mengundurkan diri pada hari Senin setelah protes selama berminggu-minggu atas krisis ekonomi terburuk yang dihadapi negara pulau itu sejak kemerdekaannya pada tahun 1948.
Pengunduran diri itu menandai kejatuhan mendadak bagi klan Rajapaksa yang sangat berkuasa yang telah mendominasi politik Sri Lanka selama hampir 20 tahun.
Evakuasi Rajapaksa ke sebuah lokasi yang dirahasiakan menyusul protes yang diwarnai kekerasan selama satu hari di mana sedikitnya lima orang, termasuk seorang anggota parlemen, tewas dan hampir 200 orang terluka.
Pejabat keamanan itu mengatakan polisi terus menembakkan gas air mata dan melepaskan tembakan peringatan ke udara untuk menahan pengunjuk rasa di ketiga pintu masuk ke gedung era kolonial, simbol utama kekuasaan negara.
Di tempat lain, lusinan properti yang terkait dengan loyalis Rajapaksa dibakar dan massa menyerang museum Rajapaksa yang kontroversial di desa leluhur keluarga di selatan pulau itu, meratakannya dengan tanah, kata polisi.
Klan Rajapaksa memegang kekuasaan telah terguncang oleh krisis ekonomi dan kekurangan listrik selama berbulan-bulan di Sri Lanka.(Nto)