Indonesiainside.id, Yerusalem – Pendeta Katolik terkemuka di Yerusalem mengutuk pemukulan polisi terhadap pelayat yang membawa peti mati jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh yang dibunuh oleh pasukan Israel Rabu lalu. Dia menuduh pihak berwenang Israel melanggar hak asasi manusia dan tidak menghormati Gereja Katolik.
Pierbattista Pizzaballa mengatakan kepada wartawan pada hari Senin di Rumah Sakit St Joseph bahwa insiden itu, yang disiarkan ke seluruh dunia, adalah “penggunaan kekuatan yang tidak proporsional” terhadap kerumunan ribuan orang yang mengibarkan bendera Palestina yang berjalan dari rumah sakit ke gereja Katolik terdekat di Kota Tua Yerusalem.
“Serangan polisi, merupakan pelanggaran berat terhadap norma dan peraturan internasional, termasuk hak asasi manusia untuk kebebasan beragama, yang harus diperhatikan juga di ruang publik,” katanya dilansir Al Jazeera, Senin (16/5).
“Invasi polisi Israel dan penggunaan kekuatan yang tidak proporsional, menyerang pelayat, memukul mereka dengan tongkat, menggunakan granat asap, menembakkan peluru karet, menakut-nakuti pasien rumah sakit, adalah pelanggaran berat terhadap norma dan peraturan internasional,” kata Pizzaballa.
Rumah Sakit St Joseph juga merilis rekaman kamera keamanan yang menunjukkan pasukan Israel menyerbu gedung tempat jenazah Abu Akleh terbaring, dan mengatakan 13 orang terluka akibat serangan itu.
Imran Khan dari Al Jazeera mengatakan rumah sakit, bersama dengan otoritas gereja, akan mengambil tindakan hukum terhadap otoritas Israel atas apa yang terjadi.
“Kami mendengar dari direktur jenderal [rumah sakit] mengatakan bahwa dalam 31 tahun, dia belum pernah melihat hal yang seperti itu,” katanya.
Serangan pada hari Jumat menarik kecaman di seluruh dunia dan menambah keterkejutan dan kemarahan terhadap pembunuhan Abu Akleh saat dia meliput serangan Israel di Tepi Barat yang diduduki.
Abu Akleh, seorang Amerika Palestina yang menjadi koresponden Al Jazeera selama 25 tahun, terbunuh saat meliput serangan militer Israel di kamp pengungsi Jenin. Dia dikenal karena mendokumentasikan kesulitan hidup Palestina di bawah kekuasaan Israel.(Nto)