Jika ingin mendapatkan haji mabrur maka hendaklah keluar kepadanya dengan niat taat kepada Allah SWT dan mendekatkan diri kepada-Nya. Bukan dengan niat urusan duniawi atau dorongan hawa nafsu.
Di antara dorongan hawa nafsu adalah riya’, sombong atau angkuh, prestise dan mengejar gelar haji, atau sekadar wisata rohani. Jika muncul dorongan semacam itu, maka berhentilah sebelum melangkah dan keluar dari pintu menuju Tanah Suci. Hilangkan semua rasa itu. Perbarui niat, ikhlaskan dan sucikan hati bahwa berhaji adalah semata-mata karena taat kepada Allah SWT, menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan mendekat kepada-Nya dengan sebenar-benarnya taqwa.
Apa haji mabrur itu? Syekh Mustafa Al-Zarqa berkata tentang haji mabrur atau haji yang diterima. Haji adalah kewajiban agama, dan salah satu dasar Islam. Dasar pelaksanaan ibadah haji adalah keikhlasan sehingga diterima Allah, diridhai-Nya, dan dapat pahala besar. Itulah yang disebut haji mabrur atau haji yang diterima.
Agar haji itu sah, seseorang harus menyelesaikan hajinya semata-mata karena taat kepada Allah SWT. Allah yang memerintahkan haji kepada manusia dalam Kitab-Nya. Allah SWT juga menunjukkan bahwa perintah haji hanya untuk-Nya. Allah SWT berfirman:
وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS Ali ‘Imra: 97)
Oleh karena itu, barang siapa yang ingin hajinya mabrur maka hendaklah keluar kepadanya dengan niat taat kepada Allah SWT dan mendekatkan diri kepada-Nya, bukan dengan niat urusan duniawi yang lain atau keinginan dari hawa nafsu.
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak seorang pun keluar dari rumahnya kecuali di depan pintunya ada dua panji, panji di tangan malaikat, dan panji di tangan setan. Jika dia keluar untuk yang dicintai Allah Azza wa Jalla, maka malaikat akan terus mengikuti dengan benderanya (panjinya), dan dia akan dinaungi panji malaikat sampai dia kembali ke rumahnya. Jika dia keluar ketika dengan kemarahan Allah, Setan akan mengikuti dengan benderanya, dan dia terus berada di bawah panji Setan.”
Untuk mendapatkan haji mabrur, jamaah haji harus menghadap kepada Allah SWT dengan ikhlas, doa, harapan (berharap kepada Allah SWT), bertobat dan mohon pengampunan. Salah satu doa saat meninggalkan rumah menuju Tanah Suci, yakni:
اللهم أنت الصاحب في السفر، والخليفة في الأهل، اللهم إني أعوذ بك من سوء الرفقة في السفر، والكآبة في المنقلَب، اللهم اطوِ لنا الأرض، وهوّن علينا السفر.
“Ya Allah, Engkaulah pendamping dalam perjalanan, dan penerus dalam keluarga. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari persahabatan yang buruk dalam perjalanan, dan kesuraman dalam perjalanan. Ya Allah, luaskan bumi untuk kami, dan mudahkan bagi kita untuk bepergian.”
Bacalah doa seperti di atas di berbagai tempat dan kesempatan, karena doa yang murni, tulus dan ikhlas adalah inti dari ibadah. Agar haji kita mabrur, tunaikan haji dengan uang yang baik dan halal, tidak haram dan tidak buruk, karena Rasulullah SAW bersabda: “Allah itu baik dan menerima hanya yang baik.”
Rasulullah SAW bersabda: Jika peziarah pergi haji dengan uang halal dan baik, dan meletakkan kakinya di jahitan dan memanggil: Labbaik, Ya Allah, Labbaik, sebuah jawaban datang dari langit memanggilnya: Labbaik wa Sa’daik (yaitu Allah telah menjawab hajimu), rezekimu halal, kenyamananmu (kendaraanmu) halal, dan hajimu mabrur, bukan tertolak. Dan jika dia keluar dengan membawa rizki yang buruk dan kakinya dijahit, maka dia memanggil: Labbaik, maka datang kepadanya suara dari langit memanggilnya: Laa Labbaik walaa Sa`daik (panggilanmu tidak dijawab karena), bekalmu (hartamu) haram, belanjaannmu (nafkahmu) haram, hajimu tertolak dan tidak diberi pahala.
Salah satu haji yang diterima (mabrur) adalah pemiliknya tidak mengabaikan kewajibannya, dan tidak mengabaikan adab dan sunnah. Kemudian memperbanyak amalan ketaatan, ibadah, sedekah, dan itu menjadi contoh yang baik dari akhlak yang mulia, bahwa dia memberinya makan sebanyak yang dia bisa.
Selain itu, dia berbicara dengan lembut, serta memohon ampunan dan bertobat. Dia kembali dari haji dengan menghilangkan keinginan dunianya serta hanya menginginkan ketaatan untuk akhiratnya. Jangan lupa, bentengi diri dengan niat taubat dan kebajikan yang terus-menerus. Dan kebaikan apa pun yang Anda kerjakan, Allah mengetahui dan memberikannya karena rezeki yang terbaik adalah takwa. Firman Allah SWT:
ٱلْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَٰتٌ ۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ ٱلْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِى ٱلْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا۟ مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ ٱللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ ۚ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ
(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (QS Al-Baqarah 197)
Secara keseluruhan, ibadah-ibadah yang diwajibkan dan dianjurkan dalam haji mulai dari thawaf, sa’i, dan melempar jumrah adalah ibadah zahirah, tetapi ada banyak ibadah-ibadah rahasia yang mungkin dilakukan oleh seorang hamba dengan tuhannya : mulai dari ibadah-ibadah nawafil, dzikir dan tilawah, mengajarkan kebaikan kepada orang jahil, memberikan keamanan bagi orang yang sedang dalam kekhawatiran, mambantu orang yang membutuhkan. Semua kebaikan-kebaikan ini masuk dalam cakupan ayat ini : { وما تفعلوا من خير يعلمه الله} ungkapan yang membarikan manfaat yang tidak dapat dibatasi, ayat yang senantiasa memberi semangat untuk meningkatkan kebaikan dan ketaatan kepada Allah. (Aza)