Indonesiainside.id, Jakarta – Rusia membuka diri untuk melakukan perdamaian dengan Ukraina. Hal ini disampaikan oleh ketua Dewan Federasi Rusia (majelis tinggi parlemen) Valentina Matviyenko pada pertemuan dengan Presiden Mozambik Filipe Nyusi, Selasa (31/5).
Delegasi Dewan Federasi yang dipimpin oleh Matviyenko sedang melakukan kunjungan resmi ke Mozambik dari 30 Mei hingga 1 Juni.
“Kami terbuka untuk pembicaraan. Saya benar-benar setuju dengan posisi Anda bahwa solusi diplomatik dan damai diperlukan. Tetapi kemauan untuk itu diperlukan di kedua belah pihak,” kata Matviyenko.
Ditegaskannya, Rusia sangat terbuka untuk perundingan dan untuk menandatangani perjanjian yang akan mengevakuasi warga sipil berada di Ukraina dan mengarah pada perdamaian.
“Tetapi kami tidak melihat reaksi dari Kiev (Ukraina),” katanya.
Dia ingat bahwa sebelum dimulainya operasi militer khusus di Ukraina, Rusia telah melakukan pembicaraan dengan mitra Barat dan Amerika Serikat yang menuntut keamanan bersama dan tak terpisahkan untuk dipastikan di benua Eropa, “karena komitmen tersebut tertulis di semua dokumen internasional.”
“Sayangnya, kami tidak menerima tanggapan yang memadai. Dan setelah Ukraina mengatakan ingin menjadi lokasi senjata nuklir dan ketika kami melihat bagaimana itu dibanjiri dengan senjata, termasuk senjata ofensif, mengetahui bahwa itu merencanakan serangan bersenjata ketiga di Donetsk. dan wilayah Lugansk, tentu saja, kami tidak punya jalan keluar lain, tidak ada pilihan lain untuk memastikan keamanan kami,” tegasnya.
Presiden Ukraina Vladimir Zelensky sebelumnya mengatakan kepada mitranya dari Turki, Recep Tayyip Erdogan, bahwa ia ingin bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Perundingan Rusia-Ukraina telah dilakukan sejak 28 Februari. Beberapa pertemuan diselenggarakan di Belarus, kemudian kedua pihak melanjutkan negosiasi dalam format konferensi video.
Putaran pembicaraan offline berikutnya berlangsung di Istanbul pada 29 Maret. Namun pada 12 April, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada wartawan bahwa Ukraina telah menyimpang dari perjanjian sebelumnya dan mendorong proses itu ke jalan buntu.
Pada tanggal 20 April, sekretaris pers Putin Dmitry Peskov mengatakan bahwa Moskow telah menyerahkan ke Kiev draf dokumen perjanjian yang ditulis dengan jelas dan sedang menunggu tanggapan.(Nto)