Pelaksanaan ibadah haji 2022 memiliki sisi baik tetapi juga menjadi tantangan berat bagi Kementerian Agama (Kemenag). Kementerian di bawah pimpinan Yaqut Cholil Qoumas tidak lengah.
Memang, cuaca panas akibat tingginya suhu udara di Arab Saudi melebihi 40 derajat celsius. Bahkan bisa sampai 50 derajat celsius pada puncak ibadah haji yaitu wukuf di Arafah, 9 Zuhllhijjah. Namun, tingginya suhu panas di Arab berbeda dengan Indonesia.
Pada suhu udara 50 derajat celsius di Arab, belum tentu menyengat seperti Indonesia pada temperatur udara yang sama. Hanya saja, yang perlu diwaspadai adalah penyesuaian cuaca bagi jamaah haji Indonesia. Indonesia yang tropis beda dengan iklim di Arab Saudi dalam segala cuaca.
Karena itu, kekuatan fisik dan ketahanan tubuh menjadi faktor penting dalam menghadapi situasi cuaca baik di Makkah maupun Madinah. Boleh waspada, tapi jangan berlebihan. Siapkan saja berbagai suplemen pendukung baik dari Tanah Air maupun persiapan tim kesehatan haji di dua kota suci tersebut.
Jangan lupa banyak minum air putih, rutin minum madu, makan buah, dan tetap pakai masker. Jika kurang sehat, jangan paksakan diri keluar dari hotel. Karena kondisi prima yang paling dibutuhkan adalah pelaksanaan wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, dan melontar jumrah di Mina. Ketiga tempat ini butuh kekuatan fisik karena semuanya berada di lapangan terbuka. Hanya tenda-tenda jadi tempat berteduh
Di luar itu, ada banyak karunia atau kenyamanan yang menanti jamaah haji dan para petugas di Makkah dan Madinah.
Pertama, kondisi jamaah haji tahun ini tidak bakal berdesakan sesesak pada ibadah haji yang normal seperti tahun-tahun sebelumnya. Di situasi normal, lebih dari 2,5 juta jamaah dari berbagai negara dipastikan akan berdesakan terutama di Mina.
Untuk wukuf dan mabit di Muzdalifah, relatif aman karena di dua tempat ini tidak ada pergerakan atau mobilitas jamaah. Di Arafah, jamaah wukuf di dalam tenda atau tempat terpisah diari jamaah negara lain. Di Muzdalifah, jamaah berkumpul beberapa saat hingga melewati tengah malam lalu bergerak ke tenda masing-masing di Mina.
Nah di Mina, jamaah pasti berdesakan saat berjalan menuju Jamarat untuk melontar jumrah pada hari pertama, kedua, dan ketiga. Meski kapasitas Mina cukup untuk menampung 2,5 juta orang. Tapi di jalan menuju Jamarat, di sinilah terjadi penumpukan.
Khusus tahun ini, kondisinya akan berbeda dengan sebelumnya karena jamaah dibatasi hanya 1 juta orang dari kapasitas untuk 2,5 juta orang lebih. Meski begitu, tetap dibutuhkan keteraturan dan pengelolaan massa oleh Arab Saudi dan petugas haji Indonesia. Sebab, jika 1 juta orang tumpah dalam satu waktu, tetap saja sesak.
Seharusnya, jamaah haji tahun ini jauh lebih nyaman karena terjadi pembatasan kuota haji. Selain itu, jamaah di atas 65 tahun juga dibatasi alias tidak diizinkan berangkat haji. Pembatasan usia sebenarnya sudah pernah dibahas jauh sebelumnya. Namun, tidak mungkin Arab Saudi atau pemerintah Indonesia bisa membatasi usia jamaah kalau bukan karena faktor pandemi Covid-19 yang meniscayakan pembatasan mobilitas dan usia rentan.
Tahun ini kuota haji untuk Indonesia hanya 46 persen dari biasanya. “Tahun sebelumnya jamaah di Arab Saudi tumpah ruah, tahun ini hanya 1 juta sehingga jamaah haji bisa ibadah dengan nyaman. Maka, gunakan waktu sebaik mungkin untuk meraih ridla Allah SWT,” pesan Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Nizar Ali, pada Sabtu (4/6/2022).
Berkurangnya jumlah jamaah dan pembatasan usia 65 tahun mutlak memberikan ruang lebih baik bagi Kemenag menata pelaksanaan haji agar lebih baik. Namun, Kemenag tidak boleh lengah karena pandemi Covid-19 belum berakhir. Protokol Kesehatan tetap menjadi protokol utama yang harus tegak dan ketat. Jika tidak, Kemenag bisa “kebobolan”.
Ibadah haji juga diketahui sebagai ibadah fisik. Semua ritual haji, mulai dari perjalanan jauh dari tanah air ke tanah suci, tawaf, sa’i, wukuf dan mabit di Muzdalifah di ruang terbuka, hingga pelontaran jumrah dari tenda-tenda ke Gedung Jamaarat. Semuanya butuh ketahanan tubuh dan fisik yang prima.
Karena itu, usia turut menentukan kesempurnaan ibadah haji dari kesiapan fisik. Meski itu bukan jaminan karena kadang juga orang tua lebih sehat selama di Makkah dibandingkan anaj-anak muda. Dengan pembatasan usia 65 tahun, semoga terjadi pengurangan risiko dalam pelaksanaan dan pengaturan ibadah haji di Makkah dan Madinah.
Lalu lintas atau mobilitas jamaah baik dari pemondokan atau hotel ke Masjidil Haram, dan pelaksanaan Jamarat di Mina, harus betul-betul diatur agar tidak menimbulkan ekses yang tak diinginkan.
Kita doakan, tidak terjadi peristiwa di luar dugaan selama proses ibadah haji di Makkah. Segala sesuatunya bisa kita antisipasi dan persiapkan dengan baik, namun Alah SWT yang menentukan semua kondisi bagi ummat manusia, di mana pun mereka berada. Selamat menunaikan ibadah haji 2022. (Aza)