Indonesiainside.id, Jakarta – Konflik antara Rusia dan Ukraina membuat produsen senjata Amerika tersenyum lebar. Pasalnya, mereka menikmati keuntungan yang besar akibat melonjaknya penjualan alat pertahanan.
Konflik antara Ukraina dan Rusia telah membuat mereka menjadi pemenang terbesar dalam situasi yang kacau ini.
Hal ini karena sekutu Barat Ukraina berjanji untuk memperlengkapi negeri itu dengan beberapa senjata canggih yang diinginkan Kiev, termasuk berbagai senjata ringan dan berat, kendaraan militer lapis baja dan sistem roket canggih.
AS sendiri telah memberikan bantuan militer senilai USD 4,6 miliar kepada pemerintah Kiev sejak Rusia meluncurkan “operasi militer khusus” pada Februari 2022.
Senjata yang dibuat oleh produsen AS termasuk 108 howitzer 155mm, 90 kendaraan untuk mendereknya, 220.000 butir artileri 155mm, dan 121 drone taktis “Phoenix Ghost” yang baru-baru ini dikembangkan oleh Angkatan Udara AS khusus untuk memenuhi kebutuhan Ukraina.
AS akan mentransfer sistem roket jarak jauh ke Ukraina, menandakan “eskalasi yang tidak dapat diterima” dalam perang melawan Rusia di wilayah Donbas.
AS juga telah menjanjikan 20 helikopter Mi-17, 200 pengangkut personel lapis baja, 1.400 sistem anti-pesawat Stinger, lebih dari 6.500 rudal anti-tank Javelin, beberapa ribu senapan dengan amunisi dan berbagai peralatan lainnya.
Inggris, Uni Eropa dan negara-negara NATO juga telah menyediakan senjata untuk pasukan Kiev yang memerangi pasukan Rusia yang beroperasi di wilayah timur Ukraina.
Sementara itu, peningkatan permintaan senjata mengakibatkan peningkatan pesanan ke perusahaan senjata.
Produsen senjata terbesar dunia, Lockheed Martin Corporation yang berbasis di AS, melaporkan pada bulan April bahwa operasi pasukan Rusia di Ukraina telah “meningkatkan permintaan” untuk sistem pertahanan misilnya.
“Kami mendapat sinyal permintaan untuk THAAD dan PAC-3 dari seluruh dunia,” kepala eksekutif Lockheed Jim Taiclet melaporkan bulan lalu.(Nto)