Haji adalah rukun Islam yang agung yang diwajibkan Allah SWT bagi Muslim yang mampu. Haji tidak terputus selama masih ada orang yang beriman di muka bumi ini.
Perintah haji sudah dimulai sejak Nabi Ibrahim AS selesai membangun Kakbah. Perintah tersebut kemudian berlanjut kepada Nabi Muhammad SAW dan ummatnya hingga akhir zaman. Allah SWT berfirman:
وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS Ali Imran: 97)
Ketika orang-orang arab mempersekutukan Allah dengan haji dan talbiyah yang mereka kerjakan, Allah kemudian mendatangkan ayat-ayat-Nya tentang haji sebagai penegasan pentingnya ikhlas dalam melaksanakan haji. Allah SWT herfirman dalam surah Ali-Imran: { وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ } “mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah” , dan dalam surah al-baqarah : { وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ } “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah” [196], Allah juga berfirman dalam surah al-Hajj : { وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لَا تُشْرِكْ بِي شَيْئًا } “Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku” [26].
Keutamaan haji banyak dan beragam. Di antaranya, adalah:
- Haji adalah salah satu perbuatan terbaik dan tindakan ibadah dengan Allah, sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah ra, yang mengatakan: Rasulullah SAW ditanya: Amalan apa yang lebih baik? Dia berkata: “Iman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Dikatakan: Lalu apa? Jihad demi Allah”. Dikatakan: “Lalu apa?” Dia berkata: “Haji yang diterima (mabrur).”
- Haji setara dengan jihad di jalan Allah. Dari Aisyah Ra, dia berkata: “Wahai Rasulullah, kami melihat jihad sebagai amalan terbaik, tidakkah kami harus berjuang? Dia berkata: “Tidak, tetapi jihad terbaik adalah haji yang diterima (mabrur).” {Al-Bukhari, Kitab Haji, Hadis No. 1423} Dalam sebuah riwayat: Aku berkata: Ya Rasulullah, tidakkah kami akan menyerbu dan berjihad denganmu? Dia berkata: “Tetapi jihad yang terbaik dan terindah adalah haji, haji yang mabrur.” Aisyah berkata: Saya tidak akan meninggalkan haji setelah saya mendengar ini dari Rasulullah SAW. {Al-Bukhari, Kitab Haji, Hadis 1728}. Dan dalam riwayat Al-Nisa’i: Aku berkata: Wahai Rasulullah, apakah kami tidak akan pergi berperang denganmu, karena aku tidak melihat amal apa pun di dalam Al-Qur’an selain jihad. Dia berkata: “Tidak, tapi jihad yang terbaik dan terindah adalah haji ke Baitullah, haji yang diterima.”
- Haji yang diterima tidak ada pahalanya kecuali surga. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Umrah ke umrah adalah penghapus apa yang ada di antara mereka, dan haji yang diterima tidak ada balasannya kecuali surga.” (Disepakati, Al-Bukhari, Kitab Haji (1650), dan Muslim (2403).
- Haji mabrur (yang diterima) adalah alasan untuk diampuni dosa. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW mengatakan من أتى هذا البيت فلم يرفث ولم يفسق رجع كما ولدته أمه (“Barang siapa yang melakukan haji karena Allah, dan tidak cabul atau tidak bermoral, kemungkinan seperti hari ibunya melahirkan dia.”) {Bukhari 1424} Menurut Muslim: “Barangsiapa datang ke rumah ini (baitullah) dan tidak berkata kotor (cabul) atau tidak berbuat fasik, maka ia kembali seperti ibunya melahirkan dia.” {H 2404}. Menurut At-Tirmidzi: “Barangsiapa yang melakukan haji dan tidak cabul atau maksiat, dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” {j 739}.
- Haji dan memperbanyak umrah akan menghilangkan kemiskinan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Lanjutkan antara haji dan umrah, karena mengikuti di antara keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa seperti embusan menghilangkan kotoran besi. {Al-Tirmidzi H. 738 dari Ibnu Mas`ud, Ibnu Majah H. 2887 dari Umar, dan Shahih dari tahun 1200}.
- Peziarah adalah Tamu Allah dan siapa pun yang mengunjungi Allah, maka Allah akan menghormatinya. Dalam sebuah hadits, “Para peziarah adalah utusan Allah. Jika mereka berdoa kepada-Nya, Dia menjawab mereka, dan jika mereka meminta pengampunan-Nya, Dia mengampuni mereka.” {Ibn Majah h 2883}.
Kewajiban haji adalah permanen dan berlanjut: “Biarkan dia pergi ke Rumah ini, dan melakukan umrah setelah kepergian Ya’juj dan Ma’juj.” {Sahih Al-Jami` 5361}.
Jika Allah mengambil jiwa orang-orang mukmin di akhir zaman, dan tidak ada yang tersisa di bumi kecuali makhluk yang paling jahat, yang akan mengejar Hari Kiamat ketika mereka masih hidup, maka haji akan berhenti. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak akan datang hari Kiamat hingga Baitullah tidak menunaikan haji.” {Sahih Al-Jami` 7419}.
Oleh karena itu, setiap muslim yang mampu menunaikan haji harus bersegera menunaikan haji, karena bisa jadi akan datang suatu hari di mana dia tidak mampu menunaikan haji: “Barang siapa yang ingin menunaikan haji hendaknya bergegas, karena orang yang sakit bisa sakit, orang yang terhilang bisa tersesat, dan kebutuhannya akan terungkap.” {Sahih Al-Jami`.
Kabar Gembira
Kabar gembira bagi yang tidak mampu menunaikan haji dan bagi kaum muslimin untuk mengambil pahala yang sama dengan jamaah haji. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang shalat Subuh berjamaah, kemudian duduk berdzikir kepada Allah hingga terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat, maka baginya pahala haji dan umrah. lengkap, lengkap, lengkap.” {Al-Tirmidzi atas otoritas Anas, Sahih Al-Jami` 7346}.
Manfaat Haji
Pertama: Memuliakan Baitullah, karena itu adalah salah satu ritual dan pengagungan Allah SWT. Yang Mahakuasa berfirman: Rumah pertama yang didirikan untuk orang-orang adalah untuk orang yang ada di Bakkah, diberkati dan petunjuk bagi alam semesta (QS Ali Imran: 96) yang di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas dari maqam Ibrahim. (QS Ali Imran: 97). Yang Mahakuasa berfirman: Dan siapa yang memuliakan ritual-ritual Allah, itu adalah dari ketakwaan hati (Al-Hajj: 32).
Kedua: Mencapai keakraban dan persatuan, sehingga umat Islam yang berbeda bahasa, warna kulit, dan tanah air berkumpul pada satu tingkat, berdoa kepada satu Tuhan, dan pergi ke satu rumah, sehingga tujuan dan tujuan bersatu, dan bangsa menjadi satu hati.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencintai dan bersimpati adalah seperti tubuh. {Muslim: 20/8}.
Ketiga: Menyetujui apa yang diwarisi Nabi Ibrahim dan putranya Ismail, dan nabi Muhammad SAW.
Keempat: Menyatakan tauhid yang dengannya Allah mengutus para Rasul-Nya dan mewujudkannya dalam perkataan dan perbuatan.
Dalam Talbiyah, peziarah mengatakan: Untuk-Mu ya Tuhan, untuk-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu. Segala puji bagi-Mu, dan kerajaan adalah milik-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu.
Orang-orang zaman pra-Islam biasa menanggapi kemusyrikan, dengan mengatakan: Kecuali untuk pasangan, dia adalah milikmu untuk dimiliki dan apa yang dia miliki. Dan dalam semua situasi dan perasaan lainnya, hamba dilucuti dari tauhid dan ketaatannya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan janji kesetiaannya kepada Nabi SAW.
Ya Allah, beri kami haji ke rumah-Mu, dan beri kami kesuksesan dalam apa yang Anda sukai dan senangi. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam. Aza)