Berhaji ke Baitullah bukan aksesori untuk meraih kemuliaan dunia di mata manusia.
Haji ke Baitullah adalah semata-mata memenuhi panggilan Allah SWT dengan niat ikhlas, menggunakan biaya dan bekal dari harta halal, taat, dan menjauhi larangan-larangan dalam syariat.
Empat bekal bagi jamaah haji agar meraih haji mabrur disampaikan Konsultan Ibadah Haji 2022, Imam Khoiri, dalam kunjungan untuk bimbingan ibadah bagi jamaah kloter BDJ 02 Embarkasi Banjarmasin di Musholla Tower 2 Hotel Kiswah, Jarwal, Makkah, Senin (27/6/2022).
Berikut penjelasannya, dikutip dari laman resmi Kemenag:
1. Niat Ikhlas
Niat ikhlas dan ketaqwaan tidak ada niat selain meraih ridha Allah, tidak tercampuri oleh riya’, sum’ah, berbangga diri atau kesombongan. Haji harus dilaksanakan dengan tawadhu’, tenang, dan khusyu”.
Mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Majah nomor 2890, Imam menyampaikan, dari Anas bin Malik ra., dia berkata, “Nabi Muhammad SAW. menunaikan haji dengan mengendarai unta dan menghamparkan sehelai kain yang harganya kurang dari empat dirham, lalu beliau berdoa: ‘Ya Allah, jadikanlah haji ini tanpa riya dan mencari kemasyhuran’. (HR. Ibn Majah).
Bekal terbaik bagi orang yang melaksanakan haji adalah bekal taqwa (bukan koper, uang atau makanan). Doa terbaik untuk orang yang akan berhaji adalah doa agar dibekali dengan taqwa.
2. Bekal dan Biaya Halal
Allah Azza wa Jalla adalah dzat yang thayyib dan tidak menerima kecuali yang thayyib. Karena itu, bekal haji harus bersih dari hal-hal syubhat dan haram.
“Jika dalam bekalnya ada barang yang syubhat, harta ghashab atau haram, secara hukum hajinya sah, namun tidak diterima. Cermati semua hal dengan detail, dan memastikan kehalalannya,” ujarnya.
3. Rukun, Wajib, dan Sunnah Haji
Bekal ketiga adalah melaksanakan rukun, wajib, sunnah haji, dan menghindari semua larangan. Oleh karenanya, kata Imam, setiap jamaah haji wajib memahami ilmu manasik. Sebab, kesuksesan sebuah amal bergantung terhadap ilmu.
“Sebab itu, waktu dan kesempatan yang ada sebelum datang masa Armuzna, agar digunakan semaksimal mungkin untuk memperdalam ilmu manasik,” kata Imam.
Jamaah didorong untuk membaca buku manasik dan mengikuti Majelis Manasik yang diselenggarakan di masing masing hotel.
4. Taat dan Jauhi Kemaksiatan
Bekal keempat adalah menjaga diri dalam ketaatan dan menjauhi kemaksiatan, khususnya rofats (kata kotor), fusuq (perbuatan kotor) dan jidal (berkelahi atau berdebat). Ia mendorong jemaah mengisi seluruh rangkaian ibadah hajinya dengan banyak berdzikir.
“Selama diperjalanan tidak boleh lupa bahwa dirinya sedang dan akan berhaji. Maka sepanjang perjalanan hendaknya selalu belajar manasik. Selain itu, selama melaksanakan haji tidak boleh lupa berdoa agar menjadi haji mabrur,” kata Imam.
Visitasi dan edukasi diisi oleh tim konsultan ibadah dan bimbad serta tim kesehatan kepada jemaah haji Indonesia.
“Respon jamaah merasakan hal ini sangat penting. Walaupun ada juga jemaah yang sudah belajar manasik, tetapi kadang ada bagian-bagian tertentu yang lupa. Sehingga bimbingan dan edukasi tersebut menjadi penting. Selain itu banyak juga yang belum paham manasik dan menjaga keamanan dan keselamatan saat di Tanah Suci,” jelas Nur Achmad yang juga pembimbing ibadah di Sektor IV.
Cak Mad, sapaan akrabnya, jemaah juga diingatkan untuk tidak selfie atau ambil foto dan video di lokasi sekitar ka’bah. “Apalagi membawa gambar atau benda-benda yang tidak relevan, misalnya bawa foto sapi dan lainnya, yang bisa ditindak oleh polisi di Masjidil Haram,” tambahnya.
Selain itu, tim bimbad di Sektor IV, terus mengingatkan jemaah untuk tetap menjaga kesehatan, minum air yang cukup, tidak lupa bawa semprotan air buat basahi wajah, dan jika keluar pemondokan, membawa sandal atau sepatu plus plastiknya sendiri, tanpa menitip ke orang lain, terutama saat ke Masjidil Haram.
Tim konsultan ibadah dan Bimbad sektor 4 terdiri dari KH.Imam Khoiri, Nur Achmad, KH. Ahmad Nadhif, KH. Shidqon, KH. Shonhaji, dan KH. Hilman. (Aza)