Indonesiainside.id, Makkah – Mengenang peristiwa jatuhnya crane di Masjidil Haram tujuh tahun lalu. Saat itu, siang yang panas dan lembab, para tamu Ar-Rahman sedang sibuk menjalankan ibadah di Masjidil Haram.
Allah menurunkan rahmat-Nya berupa hujan dan angin sejuk yang menurunkan suhu kota hingga hampir 15 derajat. Sesaat setelah Shalat Ashar ketika suara “Labaik Allahumma Labaik” bergema di Masjidil Haram bersamaan dengan hujan lebat, Masjidil Haram tiba-tiba bergetar hebat disertai suara benturan seolah-olah petir menyambar Masjidil Haram.
Sayangnya ketika puing-puing menyebar ke seluruh Mataaf, kenyataan menjadi jelas. Sebuah crane runtuh di tengah angin kencang dan menghantam Masjid Al Haram.
Masjidil Haram berada di bawah fase perluasan ketika insiden itu terjadi. Peristiwa mengerikan di area Mataaf (tempat tawaf) dan Masa’a (Tempat sai) segera ditemukan di media sosial. Kaum Muslimin di dunia jatuh dalam kesedihan.
Insiden jatuhnya alat berat crane di Masjidil Haram terjadi pada tahun 2015 lalu. Insiden ini mengakibatkan ratusan jamaah haji meninggal dunia.
Dari Indonesia, puluhan jamaah jadi korban. Sebanyak 11 orang jamaah Indonesia meninggal dunia dan puluhan lagi luka. Alat berat (crane) di Masjidil Haram ambruk pada Jumat, 11 September 2015.
Crane menimpa lantai dua Masa’a dan Mataaf l, tidak jauh dari jembatan mataaf sementara. Sebanyak 111 Hujjaj (bentuk jamak dari haji, dalam bahasa Arab) mati syahid dan 394 terluka, serta beberapa jamaah cacat permanen.
Penjaga Dua Masjid Suci Raja Salman memerintahkan penyelidikan segera untuk menentukan penyebab kecelakaan dan juga memberikan kompensasi kepada para korban insiden tersebut.
Pengadilan dalam putusannya menyatakan insiden itu sebagai “kecelakaan.” (Aza)
Sumber: Haramainsyarifain.com