Setelah kisah ‘penyembelihan’ Ismail, masih terdapat kisah-kisah Ibrahim dan putranya itu, terutama ketika hendak meninggikan kembali bangunan kakbah.
Terdapat juga hadis panjang yang bersumber dari Abu Hurairah, diriwayatkan Al-Bukhari dalam “Sahihnya: Kitab Al-Anbiya’, Bab Wat-Takhazallahu Ibrahima Halila. Nomor 3113.”
Setelah Ismail tumbuh dewasa, ia dinikahkan dengan seorang wanita, kala itu Hajar telah wafat. Suatu ketika Ibrahim datang, ingin ketemu anaknya, namun dia tidak ada, hanya menjumpai seorang wanita. Ibrahim bertanya tentang Ismail, istrinya menjawab bahwa ia keluar berburu. Bagaimana keadaan hidupmu? Tanya Ibrahim. “Kami dalam keadaan susah, kehidupan begitu sempit!”
Keluh-kesah istri Ismail. Nanti kalau datang suamimu, sampaikan salamku, beri tau dia agar mengganti palang pintunya. Setelah datang Ismail, seakan-akan ia lupa sesuatu, lalu bertanya pada istrinya. Adakah seseoran tadi yang datang? Iya, tadi ada orang yang datang, bentuknya begini, mukanya begini, dia bertanya tentang kamu dan saya sampaikan, dia juga bertanya keadaan hidup kita, saya berkeluh kesah, kita dalam keadaan susah sekali, terang Istri Ismail. ‘Adakah pesan untuk saya?’, tanya Sang suami. Ada, katanya kamu disuruh ganti palang pintu rumahmu, jawab istrinya.

Berkata Ismail, ‘Itu ayahku, dia memerintahkan aku untuk menceraikanmu. Pulangkah kembali pada keluargamu!’. Ismail menceraikan istrinya, lalu menikah dengan wanita lain. Setelah berjalannya waktu sekian lama, Ibrahim kembali datang. Ia bertanya kepada menantu barunya, ke mana Ismail? “Keluar berburu, mencari makan untuk kami!”, Jawabnya.
Bagaimana keadaan kalian? Bagaimana keadaan hidup kalian? Tanya Ibrahim. “Kami baik-baik, hidup bahagia, dan dalam keadaan lapang, Alhamdulillah!” Jawab istri Ismail. Apa makanan dan minumanmu? Tanya Ibrahim. “Kami makan daging, dan kami minum air!”.
“Ya Allah berkahi mereka, dengan makanan dari daging dan minuman dari air!” Itu doa Ibrahim untuk mereka berdua, lalu berpesan, ‘Kalau suamimu datang ucapkan salam, dan beritau agar dijaga dengan baik palang pintu rumahnya’.
Ketika Ismail datang, ia bertanya, apakah ada seseorang yang datang? Iya, ada yang orang tua yang berparas baik, ia bertanya tentang kamu, dan saya informasikan. Ia juga bertanya tentang keadaan hidup kita, saya katakan bahwa kami baik-baik saja, kata sang istri.
Adakah pesan yang dia sampaikan? ‘Ada, dia bilang agar engkau mengokohkan palang pintu rumahmu!’ jawab istrinya. Itulah ayahku, dia memerintahkan supaya saya menjagamu baik-baik!
Lanjutan dari kisah ini adalah pembangunan kembali kakbah, Ibrahim dan Ismail bekerja keras membangun rumah Allah itu. Ibrahim menata bangunan dan Ismail mengambil batu sebagai bahan baku utama. Setelah pembangunan tuntas, termasuk terpasangnya hajar aswad, mereka berdua mengelilingi kakbah yang baru saja selesai mereka bangun, lalu berdoa, ‘Rabbana taqabbal minna, innaka antas-sami’ul ‘aliim’. Ya Tuhan kami terimalah daripada kami [amalan kami], sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, (QS. Al-Baqarah: 127).

Para nabi adalah golongan yang paling berat cobaannya. Orang yang paling keras ujiannya, kemudian yang semisalnya dan yang semisalnya, diuji seseorang sesuai dengan kadar agamanya, kalau kuat agamanya maka semakin keras ujiannya, kalau lemah agamanya maka diuji sesuai dengan kadar agamanya. Maka senantiasa seorang hamba diuji oleh Allah sehingga dia dibiarkan berjalan di atas permukaan bumi tanpa memiliki dosa.” (HR. At-Tirmidzy, Ibnu Majah, berkata Syeikh Al-Albany, Hasan Shahih). Ibnu Taimiyyah dalam “Majmu’ al-Fatawa 25/302,” berkata, Kedudukan yang tinggi tidaklah bisa didapatkan kecuali dengan cobaan yang berat.
Keistimewaan lain Nabi Ibrahim karena disebut hingga 69 kali dalam Al-Qur’an, dan pada surah keempat belas pada juz ketiga belas bernama “Surah Ibrahim”. Kedudukannya sangat istimewa sehingga mendapat julukan ‘khalilullah’ atau ‘kekasih Allah’, julukan lain adalah ‘abul-‘anbiya”, atau ‘bapak para nabi’. Dari keturunan Ibrahim lahir nabi-nabi yang merubah aliran air peradaban manusia, dari dulu, hingga kini, dan akan datang.
Ibrahim melakukan hijrah untuk terakhir kalinya dari Hijar ke Palestina setelah menegakkan kembali bagunan kakbah, ia wafat pada usia 200 tahun, dan dimakamkan di sisi pusara istri pertamanya, Sarah yang berlokasi di area Perkebunan Hebron. Setelah semua rintangan dan cobaan dihadapi dengan tenang, Ibrahim pun sukses besar dalam berdakwah, mengajarkan nilai-nilai tauhid dan kemanusiaan pada anaknya, sebagai penerusnya. Baik dari jalur Hajar dan Ismail yang kelak mehirkan nabi pamungkas, Muhammad bin Abdullah, maupun lewat istrinya Sarah yang melahirkan begitu banyak nabi lewat jalur, Nabi Ishak, Ya’qub, Yusuf, Musa, hingga Nabi Isa ‘alaihimussalam. Selamat Tahun Baru, 1 Muharram 1444 Hijriah. (Aza/Selesai)
Enrekang, 29 Juli 2022