Indonesiainside.id, Jakarta – Rusia menepis spekulasi bahwa mereka mungkin menggunakan senjata nuklir di Ukraina, dengan mengatakan hanya akan menggunakan persenjataan nuklirnya sebagai tanggapan atas “agresi langsung” oleh negara-negara NATO atas konflik yang sedang berlangsung di bekas negara Soviet itu.
Diplomat Rusia Alexander Trofimov membuat pernyataan itu pada Konferensi Tinjauan Kesepuluh untuk Perjanjian tentang Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT), yang diadakan di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Selasa (2/8), dilansir PressTV.
Dia mengatakan konflik di Ukraina tidak menjamin penggunaan senjata nuklir oleh Rusia, tetapi Moskow dapat memutuskan untuk menggunakannya sebagai tanggapan atas penggunaan senjata pemusnah massal atau serangan senjata konvensional yang mengancam keberadaan negara Rusia.
“Tak satu pun dari dua skenario hipotetis ini yang relevan dengan situasi di Ukraina,” kata diplomat Rusia itu.
Trofimov lebih lanjut menuduh negara-negara NATO melakukan “konfrontasi hibrida yang sengit” terhadap Rusia yang sekarang “secara berbahaya menyeimbangkan di tepi bentrokan militer terbuka.”
“Langkah seperti itu akan dapat memicu salah satu dari dua skenario darurat yang dijelaskan dalam doktrin kami,” katanya. “Kami jelas berdiri untuk mencegah ini, tetapi jika negara-negara Barat mencoba menguji tekad kami, Rusia tidak akan mundur.”
Rusia memulai serangan militer di Ukraina pada 24 Februari. Sejak itu, Amerika Serikat dan sekutu Baratnya telah meningkatkan dukungan militer untuk Ukraina, mengirimkan beragam senjata ke negara itu.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Selasa bahwa Amerika Serikat terlibat langsung dalam konflik yang sedang berlangsung antara Ukraina dan Rusia. Rusia juga sebelumnya menuduh Amerika Serikat mengoordinasikan operasi militer di Ukraina, dengan mengatakan langkah itu merupakan keterlibatan langsung Washington dalam aksi militer terhadap Moskow.(Nto)