Irjen Ferdy Sambo menangis. Istrinya, Putri Chandrawathi (PC) menangis. Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J juga menangis lalu pergi untuk selamanya.
Judith Kay Nelson, PhD, seorang psikoterapis dalam bukunya “Seeing Through Tears: Crying and Attachment” menangis kerap dilakukan di dekat orang yang kita anggap dekat. Menangis merupakan emosi yang normal dan sehat. Seseorang yang memiliki masalah insecurity dengan dirinya sendiri kerap kali tak mampu menangis dengan wajar. Bagi beberapa orang yang susah menunjukkan emosi dan tertutup, lebih suka menyembunyikan perasaannya dan tak lagi mampu menangis karena menganggapnya sebagai tanda kelemahan.
Dikutip dari dosenpsikologi.com, sedih, kecewa, dan sakit hati adalah energi negatiif. Jika dipendam akan menjadi racun dalam tubuh. Racun ini hilang bersamaan dengan keluarnya air mata saat menangis. Menangis adalah sifat alamiah, terutama saat mendapati kenyataan tak sesuai harapan. Bisa juga, orang menangis karena rasa haru dan bangga atas hasil yang telah dicapainya. Intiinya, semua orang di dunia pernah meneteskan air mata entah itu karena sedih atau haru bahagia.
Begitu dahsyatnya pembunuhan di rumah sang jenderal ini, Irjen Pol Ferdy Sambo, pada Jumat, 8 Juli 2022. Dalam kasus pembunuhan Brgadir J di rumah Ferdy Sambo, bukan hanya Sambo, istrinya, dan Brigadir J yang menangis. Terlebih pada hari kematian Brigadir J. Air mata tumpah ke bumi, tangisan sakit, perih, dan kecewa, pecah. Terutama saat peti mayat tiba di kediaman orang tuanya, rumah duka di Sungai Bahar, Muarojambi, Jambi.
Sebulan lebih berlalu. Air mata tragedi kematian Brigadir J belum juga kering. Tak hanya keluarga korban. Pelaku yang sudah dipastikan sebagai dalang insiden penembakan sadis ini juga dikabarkan menangis pascakejadian.
Sebelum eksekusi mati yang direncanakan, Brigadir J dikabarkan sudah menangis dalam panggilan video dengan kekasihnya. Bukan karena ia meminta sang kekasih mencari lelaki lain. Tetapi ia tahu dirinya akan dieksekusi. Dikutip dari tayangan YouTube Kompas TV, kuasa hukum keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak, mengungkap adanya ancaman pembunuhan terhadap Brigadir J.
Sekira satu minggu sebelum hari eksekusi, Brigadir J curhat kepada kekasihnya, Vera Simanjuntak. Dia akan pergi meninggalkan orang tersayangnya itu. Brigadir J pamit dan minta maaf atas kesalahan sambil menangis. Bagi Vera, ini tangisan misterius.
Besarnya kasus ini, membuat Presiden hingga anak bangsa senada meneriakkan tegakkan hukum, ungkap kasus itu seterang-terangnya, jangan ada yang ditutup-tutupi. Polri harus menjaga marwah lembaga dan martabat bangsa ini. Kini, kasusnya sudah mulai terang tetapi belum benderang. Masih ada selaput tangis yang membuat kasus ini tak pernah kering.
“Kalau ada orang mati terbunuh di rumah pejabat tinggi Polri, dan tidak dibuka secara terang benderang, negara ini akan hancur. Padahal Polri itu, satkernya ribuan. Sehari itu lebih dari 100 ribu pengamanan di seluruh Indonesia. Lalu ada satu kasus seperti ini masak tidak bisa dibuka. Yang ratusan ribu saja diamankan, diselesaikan dengan baik…” Demikian diungkapkan oleh Menko Polhukam Mahfud MD, dikutip dari video Youtube Satu Meja The Forum, episode “Setelah Jenderal Sambo Jadi Tersangka“, Rabu 10 Agustus 2022, live di Kompas TV.
Tak hanya Brigadir J menangis dan meratapi hari-hari terakhirnya menjelang kematian. Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Benny Mamoto mengungkapkan, Irjen Ferdy Sambo pun menangis di hadapan anggota Kompolnas Poengky Indarti beberapa hari setelah pembunuhan Brigadir J. “Beliau (Poengky) datang kemudian ketemu, yang bersangkutan (Sambo) nangis-nangis curhat seperti ceritanya itu,” kata Benny di acara Rosi Kompas TV, Kamis (11/8/2022), dikutip dari Kompas.com.
Selain ke Kompolnas, curhat sambil menangis juga dilakoni Sambo ke pihak Komnas HAM dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Kisah haru biru dalam skenario buatan Ferdy Sambo seolah membius sosok-sosok penting di negeri ini. Nyatanya, Sambo tega menghabisi nyawa ajudannya sendiri, 8 Juli 2022.
“Kompolnas itu hari Senin (11/7/2022) dipanggil oleh Pak Sambo diundang ke kantornya. Hanya untuk nangis di depan Kompolnas. Nangis (bilang) ‘saya teraniaya. Kalau saya sendiri ada di situ, saya tembak habis dia’. (tanya Kompolnas ke Sambo) ‘apa yang terjadi pak ?’ (jawab Sambo) ‘saya terhina, saya dizolimi’. Nangis gitu, jawab gitu aja,” kata Menko Polhukam Mahfud MD.
Kenapa Ferdy Sambo menangis. Ini juga misterius karena dalam kasus tersebut, dialah pelakunya. Dia juga punya kekuatan dan relasi yang luas. Beda dengan Brigadir J yang berada dalam tekanan dan tak punya kekuatan. Dia hanya bisa menangis kepada kekasihnya. Kepada orang tuanya pun, menurut kuasa hukum keluarga, tidak disampaikan. Begitulah, kadang kebenaran tak punya tempat untuk dicurahkan, sementara kebatilan terlalu banyak ruang yang dikuasainya.
Dua sosok dengan jarak status, kepangkatan, hingga kemapanan dan kesenioran, bagaikan bumi dan langit. Keduanya disatukan dalam tugas kedinasan. Hubungannya erat sekali seperti keluarga sendiri. Lalu, masalah muncul. Brigadir J hilang dalam kabut misteri. Sang ajudan jadi korban pembunuhan. Sang atasan sempat “menari-nari” sebelum akhirnya ditetapkan menjadi tersangka dengan ancaman maksimal hukuman mati. Penetapan itu disampaikan langsung Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, Selasa malam (9/8/2022).
Kini, tamat sudah hubungan baik keduanya. Dulunya yang seperti bapak dan anak. Lalu beranjak dewasa. Sayang, berakhir dengan pertikaian motif orang dewasa, sebagaiman diklaim pihak Ferdy Sambo. Meski kebenarannya harus diuji. Karena publik terlanjur jemu dengan skenario awal Sambo yang disertai tangisan itu.
Sambo saja bisa menangis. Terlebih istrinya, Putri Chandrawathi. Sang istri mantan Kadiv Propam Polri ini bahkan tak berhenti menangis sampai sekarang. Dari keterangan berbagai pihak yang menemui untuk kepentingan pemeriksaan atau pendampingan, hanya dua kata: Putri menangis dan bungkam. Tak mau bercerita sama sekali. Itu terjadi sejak pecahnya kasus penembakan sang ajudan kesayangan pada Jumat (8/7).
Terbaru, pengakuan Ketua RT 07 RW 02 Jalan Saguling III, Duren Tiga, Jakarta Selatan, Yosef. Dia melihat langsung kondisi Putri yang masih terpukul di rumahnya. Saat proses penggeledahan rumah Ferdy Sambo, Selasa (9/8), diwarnai isak tangis Putri yang berdiam diri di kamar. Putri tak berhenti menangis hari itu. Dia juga enggan berkomunikasi dengan siapa pun.
Pihak LPSK sudah beberapa kali menemui Putri Candrawathi untuk proses asesmen (pemeriksaan). Sampai saat ini, belum ada perkembangan signifikan. Wakil Ketua LPSK Edwin Partogi Pasaribu hanya memahami kondisi PC masih terguncang. “Memang secara penampakan, disampaikan psikiater ibu masih terguncang, lebih banyak diam, beberapa kali menangis dan sedikit informasi kami peroleh baik wawancara atau instruksi tertulis. Itu seharusnya pemohon lakukan, tapi tidak dikerjakan,” ujar Edwin.
Tangisan Putri bukan baru-baru ini saja. Pihak Bharada E, melalui mantan kuasa hukumnya, Muhammad Boerhanuddin, mengatakan Putri sebenarnya sudah menangis sejak di Magelang, 7 Juli 2022. Dari sinilah muara masalah itu muncul. Namun, belum ada kejelasan, apa motif yang membuat ia menangis.
Inilah tangisan tiga sisi dalam tragedi pembunuhan Brigadir J. Ferdy Sambo, Putri, dan Josua atau J. Nyaris semuanya tidak jelas, apa motif di balik tangisan itu? Yang pasti, menangis itu sehat. Yang tidak sehat adalah menangis dalam kepura-puraan. (Aza)