Indonesiainside.id, Jakarta — Dai kondang Ustaz Abdul Somad tak hanya mendapatkan tempat khusus di hati ummat. Jebolan Al-Azhar, Kairo, itu juga mendapat tempat khusus di hati pimpinan dan elite Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
“Alhamdulillah. Terima kasih Ustaz Abdul Somad. UAS menempati tempat khusus di hati kita semua, di hati ummat”, kata Ketua Majelis Syura PKS, Dr. Salim Segaf Al Jufri, saat menerima kunjungan UAS di bilangan Pejaten, Jakarta Selatan, dikutip dari situs web DPP PKS, Sabtu (20/8/2022).
Salim menyebut masyarakat menantikan dakwah dari UAS yang penuh keikhlasan dan perjuangan. Karena keikhlasan itulah, kata dia, ummat mencintainya.
“Masyarakat menantikan dakwahnya dia selalu berkeliling untuk berdakwah, semoga Allah berikan taufiq hidayah dan mahabbah, kita mencintainya karena keikhlasan dan perjuangannya”, kata mantan menteri sosial itu.
UAS sendiri mengaku kunjungannya ke kediaman Dr. Salim dalam rangka silaturahim. Dia juga mengakui kedatangannya sebagai wujud cinta kepada habaib. Begitu ada waktu, dia pun meluncur ke rumah pimpinan PKS itu.
“Di waktu luang saya datang berkunjung ke beliau, saya tidak ingin mengganggu waktu beliau jadi ketika beliau ada waktu luang saya berkunjung,” katanya.
UAS menyatakan dirinya mencintai para habaib termasuk Sayyid al Habib Salim Segaf Al Jufri yang dianggapnya sebagai guru. Bagi dia, ini bukan pertemuan yang pertama.
“Di dunia kami bertemu semoga di akhirat bertemu dengan datuk beliau Rasulullah SAW, mudah-mudahan silaturahim ini memperpanjang umur, menambah keberkahan usia. Dulu sebelum ke Sudan, saya berkunjung ke beliau untuk memohon doa,” katanya.
Selain itu, UAS juga menyebut, peran kakek dari Dr. Salim yakni Sayyid Idrus Al Jufri dalam kemerdekaan Republik Indonesia, dalam peringatan HUT RI, UAS menyebut sebagai memontum untuk mengenang jasa para pahlawan di antaranya Sayyid Idrus Al Jufri. Dia pun menyitir pernyataan Sayyid Idrus Al Jufri atau Guru Tua bahwa “Setiap bangsa punya simbol kemulian dan simbol kemuliaan kita adalah merah putih”.
“Ucapan itu dari Guru Tua yang merupakan kakek dari Habib Salim, meneriakkan takbir mengajarkan kita bahwa merdeka atau mati, momentum 17 Agustus menyegarkan kembali ingatan kita. Saya tidak ketemu dengan Guru Tua tapi saya bertemu Habib Salim untuk mengikatkan hati, dalam satu embusan napas anak bangsa ini mencintai bangsa dan agamanya,” kata UAS. (Aza)