Indonesiainside.id, Yogjakarta – Lima orang mahasiswa UGM yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Eksakta (PKM-RE) mengembangkan riset pemanfaatan mikroalga sebagai bahan alternatif bahan pokok minyak goreng komersial di Indonesia.
Riset ini dilakukan Jody Ashrib Satriayudistira (Jurusan Biologi angkatan 2019), Fikri Ramadhan (Jurusan Biologi angkatan 2019), Lathief Al Umami (Jurusan Biologi angkatan 2019), Anindya Destifany Salsabila (Jurusan Kimia angkatan 2019), dan Mohammad Yuzer Irosoneri (Jurusan Teknik Kimia angkatan 2020) melalui pelaksanaan Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Eksakta (PKM-RE) dengan sumber dana dari Kemendikbud Ristek.
Produk riset mereka diberi nama Choil atau Chlorella Healthy Frying Oil.
Pengembangan mikroalga ini bukan kali yang pertama. Tim peneliti UGM sejak 2008 telah mengembangkan mikroalga sebagai sumber bahan bakar alternatif ramah lingkungan.
Riset yang melibatkan kolaborasi antar peneliti dari Fakultas Biologi, Fakultas Teknik dan Pusat Studi Energi UGM ini bertujuan untuk memanfaatkan potensi mikroalga di perairan Indonesia yang jumlahnya cukup melimpah dan belum teridentifikasi.
Kandungan lipid dan karbohidrat sebagai sumber bahan bakar layaknya senyawa karbon ini ternyata menarik minat perusahaan Jepang dan badan penelitian Jepang untuk bekerja sama.
Dua orang peneliti UGM, Dr. Eko Agus Suyono dari Fakultas Biologi UGM dan Prof. Dr. Arief Budiman dari Fakultas Teknik dan Perusahaan dari Jepang (Euglena Co., Ltd) telah ditunjuk oleh badan penelitian dan pengembangan nasional Jepang, NEDO atau New Energy and Industrial Technology Development Organization: Japanese National Research and Development Agency untuk pengembangan Teknologi Produksi Bahan Bakar Biojet dengan Teknologi berbasis Mikroalga.
Eko Agus Suyono menuturkan proyek kerja sama riset ini maka nantinya UGM dan Jepang akan mengembangkan pengembangan mikroalga Euglena sebagai bahan bakar pesawat terbang yang bisa diproduksi secara massal.
Menurutnya, UGM selama ini terus mengoleksi mikroalga lokal yang hidup di lingkungan alam Indonesia dan memilih strain yang tumbuh paling efisien dalam kondisi cuaca di Indonesia.
UGM juga telah mengevaluasi kandungan dan sifat lemak serta minyak yang terakumulasi pada mikroalga terpilih.
“Mikroalga ini potensial sebagai bahan bakar pesawat terbang karena sumbernya dari organisme hidup, dimana tingkat produktivitasnya tinggi, cepat panen, kaya sumber bahan bakar nabati, hemat lahan, dan bisa menyerap CO2,” paparnya.
Lantas Apa Itu Mikroalga?
Mikroalga merupakan mikroorganisme bersel tunggal yang memiliki pigmen dan dapat melakukan fotosintesis untuk memproduksi makanan dan oksigen (wikipedia).
Memiliki ukuran beragam dari 1 hingga 50 mikrometer dengan bentuk yang bervariasi, seperti bulat, oval, memanjang, dan menyerupai rantai. Mikroalga dapat ditemui hampir di semua tempat di bumi dan berperan penting dalam berbagai ekosistem.
Mikroalga juga dapat ditemukan pada perairan ekstrem, seperti di sumber air panas yang memiliki pH rendah ataupun tinggi dengan mencapai suhu 56 C.
Mikroalga hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop, namun jika perairan mengalami eutrifikasi, perkembangan mikroalga akan terjadi secara massal. Hal ini mengakibatkan perairan tersebut berwarna hijau toska atau merah, sesuai dengan warna pigmen mikroalga yang tumbuh di dalamnya.
Jenis mikroalga ada empat macam, yaitu Bacillariophyceae (diatom), Chlorophyceae (ganggang hijau), Chrysophyceae, (ganggang emas) dan Cyanophyceae (ganggang biru).
Lingkungan perairan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati mikroalga yang sangat tinggi, tetapi potensinya belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal, di banyak negara, mikroalga telah dimanfaatkan untuk agen produksi biofuel. Sebab, mikroalga mampu menghasilkan asam lemak dan karbohidrat yang tinggi. Melalui proses esterifikasi, asam lemak mikroalga dapat dikonversi menjadi biodiesel.(Nto)