Inggris sedang digentayangi krisis ekonomi. Dampaknya, membuat warga Inggris kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Koresponden Indonesiainside.id Rafkha Gibrani melaporkan dari London, Inggris.
Harga pangan dan energi yang mulai naik menjadi kekhawatiran utama warga Inggris. 1 poundsterling tercatat ada pada angka Rp16.279 pada Minggu (25/9). Sedangkan pada akhir 2021 menjelang awal 2022 poundsterling masih ada di angka Rp18.000.
Setelah dilanda kekeringan dan bencana kebakaran lahan hingga meninggalnya Ratu Elizabeth II, kali ini Inggris dilanda krisis ekonomi yang cukup parah. Setelah pertumbuhan ekonomi Inggris pulih dari pandemi pada akhir tahun 2021. Bank of England mencatat kenaikan sebanyak 9,1 persen pada inflasi indeks harga konsumen (IHK) di Mei 2022.
Inflasi menyebabkan kenaikan pada harga kebutuhan pokok hingga energi, seperti listrik, air, dan gas. Menjelang musim dingin, warga Inggris yang bersiap menghadapi krisis ekonomi berusaha untuk menghemat energi dengan banyak cara.
Salah satunya tidak menggunakan mesin pengering pakaian jika tidak sangat diperlukan.
Selama ada matahari menjemur baju di halaman masih menjadi pilihan utama. Penggunaan penghangat ruangan yang biasanya sudah mulai banyak di akhir bulan September kini warga Inggris menghemat energi dengan menyalakan penghangat ruangan mulai akhir Oktober. Selain itu, masak di rumah dan mengurangi pergi makan diluar untuk menghemat.
Sebuah laporan mengatakan bahwa ada anak-anak yang kelaparan hingga mengunyah penghapus karet dengan sembunyi-sembunyi di taman bermain karena keluarga mereka tidak mampu menyediakan makan siang.
Data terbaru dari English Collective of Prostitutes melaporkan bahwa sejumlah besar wanita Inggris yang memutuskan untuk menjadi pekerja seks komersial (PSK). Di awal musim panas negara itu saja, pada Juni dan berakhir September, ada tambahan jumlah PSK hingga 1/3.
Pemerintah Inggris sendiri sedang melakukan usaha untuk mencari jalan keluar dari krisis ini, salah satunya dengan menerapkan subsidi energi untuk membatasi tagihan energi rumah tangga tahunan di angka 2.500 pound atau Rp 42,7 juta per tahun. (Aza)