Indonesiainside.id, Jakarta – Negara bekas jajahan Prancis yakni Republik Demokratik Kongo (DRC), situasinya semakin mengenaskan. Kini negeri yang dilanda kemelut berkepanjangan itu semakin dicengkeram para pemberontak.
Uni Afrika pada Minggu (30/10) mengatakan sangat prihatin akan semakin memburuknya situasi keamanan di Kongo.
Dalam pernyataan gabungan, pemimpin Uni Afrika (AU) Macky Sall dan ketua Komisi AU Moussa Faki Mahamat mengatakan mereka “mengekspresikan keprihatinan mendalam” akan gagalnya keamanan serta menyerukan ketenangan dan dialog.
“Mereka menyerukan semua pihak untuk segera menerapkan gencatan senjata, menghormati hukum internasional, keselamatan dan keamanan warga sipil,” tulis pernyataan itu.
Para pemberontak M23 merebut lebih banyak wilayah di DRC yang kaya akan mineral pada Sabtu (29/10).
Hal itu memicu misi penjaga perdamaian PBB untuk meningkatkan kesiagaan dan menambah dukungan kepada angkatan bersenjata.
Perkembangan terbaru itu terjadi ketika hubungan diplomatik antara DRC dan Rwanda yang bertetangga memburuk sehubungan dukungan kepada pemberontak.
Pihak berwenang di Kinshasa, yang menuduh Rwanda mendukung para pemberontak M23, pada Sabtu (29/10), mengumumkan duta besar Rwanda akan diusir, sebuah langkah yang disesalkan oleh Kigali.
Uni Afrika juga mengimbau semua pihak untuk berdialog untuk menjamin perdamaian di kawasan yang bergejolak. (Nto)
