ISTANBUL – Ledakan bom yang terjadi di Istanbul Turki diduga dari bahan peledak yang dipicu dari jarak jauh atau remot. Sebanyak enam orang meninggal dan melukai 81 lainnya.
“Dugaan sementara, ada bahan peledak diledakkan secara otomatis atau melalui remote control dari kejauhan,” kata Menteri Kehakiman Bekir Bozdag dilansir Anadolu, Senin (14/11).
Ditambahkannya, seorang wanita duduk di salah satu bangku di jalan selama lebih dari 40 menit, dan ledakan terjadi hanya beberapa menit setelah dia berdiri dari sana.
Bozdag menambahkan bahwa penyelidikan terkait serangan itu sedang berlangsung. Sedangkan, Menteri Kesehatan Fahrettin Koca memberikan informasi terbaru terkait kondisi mereka yang terluka.
“Sekitar 39 dari yang terluka telah dipulangkan,” katanya.
Dari pasien yang dirawat di rumah sakit, lima tengah dirawat secara intensif, sedangkan dua lainnya berada dalam kondisi kritis, tambah Koca.
Menurut Gubernur Istanbul Ali Yerlikaya, ledakan itu terjadi sekitar pukul 16.20 waktu setempat, dan polisi dan petugas penanggulangan kondisi darurat dikerahkan ke lokasi kejadian pasca ledakan.
Fuat Oktay, yang mengunjungi lokasi kejadian, mengatakan kepada wartawan di Taksim Square bahwa ledakan itu merupakan aksi terorisme, dan seorang penyerang wanita meledakkan bom di tengah kerumunan.
Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, sesaat sebelum berangkat ke Bali untuk menghadiri KTT G20 ke-17, mengatakan serangan bom itu “berpotensi bermotif terorisme.”
Dia mengatakan negaranya tidak akan tunduk pada terorisme, dan semua pelakunya akan diidentifikasi dan dihukum seberat-beratnya.(Nto)