JAKARTA – Amazon dikabarkan bakal memberhentikan sebanyak 10.000 karyawan. Surat kabar The New York Times melaporkan pada hari Senin (14/11), bahwa rencana ini bakal menjadikan raksasa e-commerce itu menjadi yang terbesar setelah Twitter merumahkan karyawannya.
Jumlah itu setara dengan satu persen dari total karyawannya. Hal ini karena Amazon memiliki 1,54 juta karyawan di seluruh dunia pada akhir September, tidak termasuk pekerja musiman yang direkrut selama periode peningkatan aktivitas seperti liburan Natal.
Jabatan yang bakal dikurangi di departemen perangkat Amazon, divisi ritel, dan sumber daya manusia.
Laporan itu mengatakan bahwa jumlah total karyawan yang diberhentikan dapat berubah, tetapi jika dikonfirmasi, itu akan menjadi putaran pemecatan terbesar dalam sejarah perusahaan berusia 28 tahun yang didirikan oleh Jeff Bezos.
PHK besar-besaran ini diduga terjadi akibat gelombang perekrutan yang agresif. Dengan booming bisnis karena pandemi virus corona, ketika orang-orang yang terkurung beralih ke belanja online, Amazon menggandakan tenaga kerjanya dari kuartal pertama 2020 menjadi 1,62 juta karyawan dua tahun kemudian.
Tetapi dengan ekonomi yang memburuk, dua minggu lalu Amazon mengumumkan pembekuan perekrutan dan tenaga kerjanya telah menurun dibandingkan dengan awal tahun.
Pekan lalu, Meta, perusahaan induk Facebook, mengumumkan akan memangkas 11.000 pekerjaan, atau sekitar 13 persen dari tenaga kerjanya.
Perusahaan pembayaran online Stripe dan aplikasi panggilan mobil Lyft, juga baru-baru ini melaporkan PHK besar-besaran. Twitter, yang baru saja diakuisisi oleh Elon Musk, awal bulan ini memecat sekitar setengah dari 7.500 karyawannya.(Nto)