Indonesiainside.id
No Result
View All Result
  • Home
  • Populer
  • Pemilu 2024
  • News
  • Ekonomi
  • Risalah
  • Narasi
  • Home
  • Populer
  • Pemilu 2024
  • News
  • Ekonomi
  • Risalah
  • Narasi
Indonesiainside.id
Home Headline

Jalan Lurus Itu Istiqamah, Agama Jalan Tengah

Oleh Azhar Azis
Senin, 30/01/2023 18:04
Ilustrasi (Foto: Pixabay)

Ilustrasi (Foto: Pixabay)

FacebookTwitterWhatsapp

Realitas hidup adalah bentangan problematika bagi ummat manusia. Setiap kita diberi pilihan menentukan jalan sendiri. Apakah di jalan yang lurus atau yang mana lagi?

Jalan kita pilih itulah yang menentukan derap langkah masa depan kita dalam keabadian di akhirat kelak. Namun ingat, di antara kita yang ingin berada di jalan yang lurus, tetap Allah SWT yang akan menentukan apakah kita berada di jalan itu atau tidak.

Allah Ta’ala berfirman dalam Surat At-Takwir Ayat 28-29:

لِمَن شَآءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ

Baca Juga:

Ketua Majelis Syura PKS: Perbedaan Suku dan Agama Bukan Sumber Perpecahan

Anies Ajak PKS Meniti Jalan Lurus Demokrasi dan Hukum untuk Keadilan Rakyat

Artinya: (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus.

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ

“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan lurus itu) kecuali apabila dikehendaki Allah.”

Tidaklah kita menghendaki sesuatu melainkan itu sudah dikehendaki Allah sebelumnya. Jika kita sudah menghendaki sesuatu, kita tahu itu juga bahwa itu adalah atas kehendak Allah. Kalau bukan karena kehendak-Nya, tidak mungkin bisa kita realisasikan, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ وَمِنْهُمْ مَنْ كَفَرَ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا “

“Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan.”(QS. Al-Baqarah: 253)

Kehendak hamba itu mengikuti kehendak Allah, dan ayat di atas merupakan bantahan atas pemahaman para pengikut “al-qodariyah” dari golongan ”al-mu’tazilah” yang mengatakan: Setiap hamba memiliki keinginan tersendiri, dan keinginan itu tidak ada campur tangan dari Allah.

Dan orang-orang yang berada dalam kebenaran mengatakan: “Setiap hamba memiliki keinginan ataupun kehendak akan tetapi keinginan itu mengikuti keinginan dan kehendak Allah”.

Dalam Tafsir Juz ‘Amma oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H, mengatakan, jika kita melakukan sesuatu maka kita tahu bahwa itu sesuai dengan kehendak dan pilihan kita. Kehendak dan pilihan kita dapat terwujud setelah kehendak Allah ‘Azza Wa Jalla. Kalau bukan karena kehendak-Nya, maka kita tidak bisa berbuat apa pun.

Jika ada yang mengatakan: Kalau begitu kita punya hujjah (alasan) dalam melakukan kemaksiatan, karena kita tidak berkehendak bermaksiat kecuali setelah dikehendaki Allah. Jawabannya: Tidak ada hujjah (alasan) karena kita tidak tahu bahwa Allah telah menghendakinya kecuali setelah kita lakukan, dan kita lakukan berdasarkan pilihan kita. Karena itu, tidak mungkin kita mengatakan Allah telah menghendaki demikian kecuali setalah itu terjadi. Jika telah terjadi maka mengapa itu bisa terjadi? Itu terjadi karena keinginan dan kehendak kita.

Maka dari itu tidak mungkin bagi pelaku maksiat mempunyai hujjah kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, Allah telah membantah hujjah ini dalam firman-Nya:

سَيَقُولُ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكْنَا وَلَا آبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ شَيْءٍ كَذَلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ حَتَّى ذَاقُوا بَأْسَنَا

“Orang-orang yang mempersekutukan Allah, akan mengatakan: “Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) kami mengharamkan barang sesuatu apa pun”. Demikian pulalah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami.” (QS. Al-An’am: 148)

Kalau saja mereka tidak tidak punya hujjah (kalau mereka punya hujjah) maka mereka tidak akan merasakan siksa Allah, dan pasti mereka akan selamat dari siksa Allah. Namun mereka tidak memiliki hujjah, maka mereka akan merasakan siksa Allah.

Kita semua tahu jika ada seseorang ditawarkan bahwa ada negeri aman dan tentram, rezekinya mengalir di seluruh penjuru negeri itu, di dalamnya terdapat mata pencaharian yang tidak didapati di negeri lainnya, dan ada negeri satunya, negeri yang menakutkan tidak tentram, perekonomiannya goncang dan keamanannya tidak stabil, maka ia akan pergi ke negeri yang mana? Tentu pasti dia akan pergi ke negeri yang pertama murni kerena keinginannya sendiri, begitu juga dalam memilih jalan kebaikan dan jalan keburukan.

Allah telah menjelaskan kepada kita, ini jalan ke neraka jahannam, ini jalan ke surga. Allah juga menjelaskan kepada kita tentang kenikmatan yang ada di surga, dan juga tentang azab neraka, maka yang mana yang akan kita tempuh? Tentu sangat jelas pasti kita akan menempuh jalan ke surga tanpa ragu, sebagaimana dalam contoh sebelumnya kita akan menempuh jalan menuju negeri yang aman yang menghasilkan rejeki yang lancar di setiap penjurunya. Jika saja yang kita tempuh adalah jalan ke neraka maka kita akan memperoleh celaan dan kehinaan. Kita akan dipanggil dengan sebutan bodoh, sebagaimana jika kita menempuh jalan ke negeri yang menakutkan, goncang yang tidak ada ketentraman di dalamnya, maka setiap orang akan mencela dan menycibir kita.

Allah Telah berfirman:

لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ

“(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus.”

Terdapat penetapan bahwa manusia melakukan sesuatu dengan kehendak dan keinginannya, namun setelah ia melakukan dan menghendaki sesuatu itu kita tahu bahwa Allah telah menghendakinya sebelumnya. Seandainya Allah berkehendak lain maka tidak mungkin ia dapat mengerjakannya.

Banyak orang bertekad pada sesuatu, dan menuju ke tekadnya itu. Namun tidak lama kemudian dia berpaling darinya atau dipalingkan darinya, karena Allah tidak menghendakinya.

Misalnya, kita ingin pergi ke masjid untuk mendengar ceramah. Tiba-tiba kita tinggalkan karena ada suatu sebab atau tanpa sebab? Terkadang sebabnya kita ingat bahwa kita punya kesibukan lain sehingga kita pulang. Terkadang pula pulang tanpa sebab. Kita tidak tahu melainkan karena Allah telah memalingkan keinginan kita darinya, maka kita pun pulang.

Karena itu, jika orang Arab Badui ditanya: “Dengan apa engkau mengenal Rabb-Mu?” Ia akan menjawab: “Dengan dihilangkannya tekad-tekad dan dipalingkannya keinginan kita.”

Dengan dihilangkannya tekad-tekad: Yakni seorang manusia bertekad sesuatu dengan tekad yang kuat, tiba-tiba tekad itu hilang! Siapa yang menghilangkan tekadnya itu. Dia tidak merasakannya, bahwa di sana yang mendorongnya yang mengharuskan ia meniadakan tekad awalnya itu. Hal itu adalah murni kehendak Allah.

Dipalingkannya keinginan kita, yaitu jika menginginkan sesuatu dan kita menuju kepadanya dengan sempurna, tiba-tiba kita berpaling dari itu, baik yang memalingkannya itu berupa penghalang yang dapat dirasakan dengan indera atau bisa juga hanya sekedar pilihan. Yakni pilihan untuk tidak meneruskannya. Semua itu murni dari Allah ‘Azza Wa Jalla. Kesimpulannya, bahwa Allah berfirman:

لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ

“(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau (istiqamah) menempuh jalan yang lurus.”

Jalan Pertengahan

Istiqamah adalah keadilan (keseimbangan) dan tidak ada keadilan yang lebih lurus daripada keadilan Allah ‘Azza Wa Jalla dalam syari’at-Nya. Syari’at-syari’at terdahulu menyesuaikan dengan kondisi, waktu dan keadaan umat-umat terdahulu. Setelah diutusnya Rasulullah ‘alaihisshalaatu wassalaam, maka syari’at pasti sesuai dengan ummat diutusnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dari sejak awal hingga dunia ini berakhir.

Ada ungkapan yang mengatakan: “Bahwa agama islam baik untuk setiap zaman, tempat dan keadan”. Seandainya manusia berpegang dengannya maka pasti Allah akan memperbaiki manusia.

Misalnya, shalat itu harus berdiri. Jika tidak mampu maka duduk, jika tidak mampu maka berbaring. Dengan begitu syari’at ini berkembang sesuai kondisi seseorang, karena agama baik untuk setiap waktu, tempat dan keadaan.

Seorang yang tidak dalam kondisi suci wajib bersuci dengan air. Kalau tidak mampu menggunakan air karena sakit atau tidak ada air maka ia boleh bertayammum. Jika tidak mampu, tidak ada debu, atau tidak bisa mengenakan debu maka ia tetap shalat tanpa sesuatu, tanpa bersuci dengan air juga tanpa bersuci dengan tayammum.

Semua ini dikarenakan syari’at Allah ‘Azza Wa Jalla dibangun di atas keadilan. Tidak ada unsur semena-mena dan kezaliman di dalamnya. Tanpa ada tekananan dan yang memberatkan. Karenanya, Allah berfirman: أَنْ يَسْتَقِيمَ “yang mau (istiqamah) menempuh jalan yang lurus.”

Kebalikan dari istiqamah adalah inhiraf (menyimpang) yang terbagi menjadi dua:

Pertama, penyimpangan berupa belebihan dan ghuluw, dan kedua, penyimpangan berupa bermudah-mudah dan menyepelekan.

Manusia dalam menyikapi agama Allah ‘Azza Wa Jalla, ada tiga macam:

Pertama, ada yang berlebihan, ghuluw, memaksakan dan memberat-beratkan.

Kedua, ada yang menggampangkan, menyepelekan dan bermudah-mudah.

Ketiga adalah yang tengah-tengah, antara yang berlebihan dengan yang bermudah-mudah. Jalan ini adalah jalan lurus di atas agama Allah, dan inilah yang terpuji.

Adapun yang berlebihan dan yang bermudah-mudah, keduanya binasa sesuai kadar berlebihan dan bermudah-mudahannya. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang berlebihan, melampaui, memaksakan diri (dalam agama) sehingga beliau bersabda:

هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُوْنَ، هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُوْنَ، هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُوْنَ

“Binasalah orang-orang yang memaksakan diri, binasalah orang-orang yang memaksakan diri.”

Orang yang memaksakan diri mengandung unsur memberatkan diri. Di dalamnya terdapat unsur keluar dari agama Allah ‘Azza Wa Jalla. Sebagaimana beliau juga mencela orang yang melalaikan dan bemudah-mudah.

Allah berfirman dalam menyifati orang-orang munafik:

وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى

“Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas.” (QS. An-Nisa: 142)

Agama Allah berada di tengah yaitu pertengahan antara berlebihan dengan bermudah-mudah. Karenanya Allah berfirman: لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ “(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau (istiqomah) menempuh jalan yang lurus.” tidak condong baik ke kiri mau pun ke kanan.

Sehingga berjalanlah dengan seimbang di atas agama Allah ‘Azza Wa Jalla. Selain berlaku saat berinteraksi dengan Al-Khaliq ‘Azza wa Jalla, yaitu dalam ibadah, istiqamah juga harus diterapkan saat bermu’amalah dengan makhluk. Maka hendaknya engkau berinteraksi dengan orang-orang dengan sikap pertengahan, antara sikap keras, kasar dan garang dengan sikap santai, mengalah dan merendah.

Jadilah seorang yang tegas dalam suatu kondisi dan jadilah orang yang lembut pada kondisi yang lain.

Para Fuqaha rahimahumullah berkaitan dengan hakim, mengatakan: “Hendaknya ia lembut tanpa menunjukkan kelemahan, kuat tanpa kekerasan” Sehingga kelembutannya tidak terlampau hingga lemah dan kekuatannya tidak terlampai hingga kasar. Namun pertengahan keduanya, lembut tidak lemah dan kuat tanpa harus kasar sehingga perkaranya lurus.

Sebagian memperlakukan orang lain dengan keras, kasar dan memandang dirinya lebih tinggi dari orang lain, dan orang lain lebih rendah darinya. Ini adalah kekeliruan.

Sebagian orang juga ada yang merendahkan dirinya sampai-sampai kerendahannya itu malampaui batas diremehkan dan tidak peduli, sehingga ia tidak punya kehormatan di hadapan manusia. Ini juga kesalahan.

Seharusnya seseorang memiliki karakter antara dua sifat yang bertentangan tersebut sebagaimana petunjuk Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Sungguh beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam akan tegas di saat yang mengharuskannya tegas, dan bersikap lembut di saat yang semestinya lembut. Beliau mengumpulkan antara sikap tegas, keras dengan sikap lembut, santun dan kasih sayang.
(1) Dikeluarkan Muslim (2670) dari hadits Abdullah Bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu.

Selanjutnya, firman Allah:

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ

“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah,”

Maknanya: Kalian tidak mungkin menghendaki terwujudnya sesuatu kecuali Allah telah menghendakinya sebelumnya, maka kehendak manusia tidak terjadi kecuali setelah kehendak Allah ‘Azza Wa Jalla. Jika Allah menghendaki tidak akan terjadi, dan kalau Allah menghendaki sesuatu tidak terjadi pasti tidak akan terjadi walau pun Anda menghendakinya. KJika  alau anda menghendakinya sedangkan Allah tidak menghendaki maka itu tidak akan pernah terjadi.

Bahkan Allah Ta’ala akan mendatangkan sebab-sebab yang akan menghalangi Anda dengan perkara itu sehingga tidak terjadi. Ini adalah permasalahan yang harus diperhatikan oleh setiap insan. Hendaknya mengetahui bahwa perbuatannya adalah kehendaknya sendiri secara utuh tanpa paksaan, namun kehendaknya ini terkait dengan kehendak Allah. (Aza)

Tags: agamaIslam Wasathiyahistiqamahjalan lurusjalan tengahmoderasiModeratMustaqim
Previous Post

AQC Cetak Puluhan Guru Ngaji untuk Dikirim ke RTQ Pelosok

Next Post

Desa Gembong Wakili Kabupaten Tangerang Ikut Lomba Desa Antikorupsi

Rekomendasi Berita

Rusuh di Lapas Tuminting Manado, Tahanan Nekat Membakar Gedung Lapas
Headline

Lapas Over Kapasitas Jadi Sorotan DPR

30/03/2023
Menaker: THR Wajib Dibayarkan Penuh, Nggak Boleh Nyicil
Headline

Menaker: THR Wajib Dibayarkan Penuh, Nggak Boleh Nyicil

29/03/2023
Pemkab Tangerang Buka Pelatihan Gratis Berbasis Kompetensi, Mulai Desain Grafis hingga Teknisi
Headline

Pemkab Tangerang Buka Pelatihan Gratis Berbasis Kompetensi, Mulai Desain Grafis hingga Teknisi

29/03/2023
KPK Peringatkan 33 Ribu PNS, Segera Lapor Kekayaan
Headline

KPK Peringatkan 33 Ribu PNS, Segera Lapor Kekayaan

29/03/2023
Rusia Kuasai Zona Industri Kota Bakhmut
Headline

Rusia Kuasai Zona Industri Kota Bakhmut

29/03/2023
ILO Selidiki Eksploitasi Pekerja Palestina Oleh Rezim Israel
Headline

ILO Selidiki Eksploitasi Pekerja Palestina Oleh Rezim Israel

29/03/2023

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkini

Rusuh di Lapas Tuminting Manado, Tahanan Nekat Membakar Gedung Lapas

Lapas Over Kapasitas Jadi Sorotan DPR

30/03/2023 05:32
Kerja Sukarela Anggaran Belum Cair, Yakin IKN Siap?

Kerja Sukarela Anggaran Belum Cair, Yakin IKN Siap?

30/03/2023 04:00
Menaker: THR Wajib Dibayarkan Penuh, Nggak Boleh Nyicil

Menaker: THR Wajib Dibayarkan Penuh, Nggak Boleh Nyicil

29/03/2023 20:00
Pemkab Tangerang Buka Pelatihan Gratis Berbasis Kompetensi, Mulai Desain Grafis hingga Teknisi

Pemkab Tangerang Buka Pelatihan Gratis Berbasis Kompetensi, Mulai Desain Grafis hingga Teknisi

29/03/2023 19:55

Berita Populer

Pemkab Tangerang Buka Pelatihan Gratis Berbasis Kompetensi, Mulai Desain Grafis hingga Teknisi

29/03/2023 19:55

Zionis Israel Batasi Warga Palestina ke Masjid Al-Aqsa Selama Ramadan

28/03/2023 13:52

Transaksi Mencurigakan Ratusan Triliun, PKS: Empat Pilar Belum Diamalkan

28/03/2023 06:37

Liga Inggris Izinkan Pemain Berbuka Puasa Selama Ramadan

28/03/2023 13:03

Ikuti Kami

  • Mari sambut bulan mulia dengan sucikan hati, jiwa, dan pikiran.

Selama menunaikan ibadah puasa.

Baca info menarik lainnya di www.indonesiainside.id

#bulanpuasa #puasa #ramadhan #ramadhan2023 #ramadhan1444h #indonesiainside
  • Sejarah mencatat 11 Maret sebagai perubahan besar bangsa Indonesia!

Memperingati Hari Supersemar 
11 Maret 2023

#supersemar #suratperintah11maret #indonesiainside
  • Stop diskriminasi perempuan.
Tanpa mereka kita tak akan mengenal
apa itu kasih sayang.

Selamat Hari Wanita Indonesia

#hariwanitaindonesia #wanita #wanitaindonesia #perempuan #perempuanindonesia #indonesiainside
  • Negara ini tumbuh karena para pekerja yang luar biasa. Terima kasih

Baca info menarik lainnya di www.indonesiainside.id

#haripekerjanasional #pekerjaindonesia #kerja #pekerja #indonesiainside
  • Tahun 2023 adalah Tahun Kelinci Air. Dianggap Memiliki arti khusus
yang dianggap bisa memberikan pesan untuk melewati tahun ini. Apa saja arti dari kelinci air? Simak infografis berikut.

Baca info menarik lainnya di www.indonesiainside.id

#imlek #tahunbaruimlek #imlek2023 #chinesenewyear #tahunkelinci2023 #kelinciair #tahunkelinciair #infografis #indonesiainside
  • Semoga tahun baru imlek membawa berkah, kesehatan dan keberuntungan bagi kita semua.

Baca info menarik lainnya di www.indonesiainside.id

#tahunbaruimlek #chinesenewyear #imlek #imlek2023 #tahunbaruchina #tahunkelinciair #tahunkelinci #indonesiainside
Indonesiainside.id

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
No Result
View All Result
  • Home
  • Pemilu 2024
  • News
    • Nasional
    • Politik
    • Hukum
    • Humaniora
    • Internasional
    • Nusantara
  • Ekonomi
  • Metropolitan
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Tekno
  • Risalah
  • Khazanah
  • Narasi
  • Serba-serbi
    • Podcast
    • Foto
    • Infografis
    • Videografis
  • Media Monitoring
  • Berita Populer
  • Indeks Berita
  • Download Apps

© 2022 MediatrustPR. All right reserved