Kejadian gempa bumi pernah terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn al-Khattab RA. Apa yang beliau lakukan saat kejadian yang mengguncang bumi ini dengan dahsyatnya?
Saat itu, Khalifah Umar ibn al-Khattab RA mengumpulkan orang-orang dan berkata kepada mereka:
والله ما اهتزَّت إلا لأمرٍ أحدثته، أو أحدثتموه ، والله لأن عادت، لا أساكنكم فيها أبداً
“Demi Allah, aku tidak terguncang kecuali oleh sesuatu yang aku lakukan, atau kamu lakukan. Demi Allah, karena itu datang kembali, aku tidak akan pernah tinggal bersamamu di dalamnya.”
Khalifah Umar takut akan murka Allah Ta’ala, dan ia adalah pemimpin bangsa dan panglima ummat Islam dan orang-orang yang beriman.
Jika dikaitkan dengan kondisi masa kini, kebanyakan orang menerima situasi seperti itu dengan gelak tawa dan canda. Hanya sedikit orang yang mau mengambil kesempatan untuk berpikir.
Gempa bumi adalah salah satu tanda-tanda dari Allah SWT yang mengandung pesan Ilahi. Yang terkuat di antaranya adalah pesan bahwa Allah yang menggerakkan bumi, dan lebih mampu menggerakkan yang ada di atasnya.
Gempa bumi ini mingkin tidak melebihi satu dua menit. Namun, apakah penduduk dunia ini takut akan hal itu? Bagaimana jika kita membayangkan betapa dahsyatnya hari kiamat, yaitu ketika sangkakala pertama ditiup, sebagaimana firman Allah SWT, Surat An-Naml Ayat 87:
وَيَوْمَ يُنفَخُ فِى ٱلصُّورِ فَفَزِعَ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَن فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا مَن شَآءَ ٱللَّهُ ۚ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَٰخِرِينَ
“Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.”
Di Surat Al-Isra Ayat 59, Allah Yang Maha Esa berfirman:
وَمَا مَنَعَنَآ أَن نُّرْسِلَ بِٱلْءَايَٰتِ إِلَّآ أَن كَذَّبَ بِهَا ٱلْأَوَّلُونَ ۚ وَءَاتَيْنَا ثَمُودَ ٱلنَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا۟ بِهَا ۚ وَمَا نُرْسِلُ بِٱلْءَايَٰتِ إِلَّا تَخْوِيفًا
“Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.”
Dalam tadabbur Li Yaddabbaru Ayatih oleh Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari’ah Universitas Qashim – Saudi Arabia, menjelaskan:
- Qatadah memberi penjelasan tentang ayat ini: Sesungguhnya Allah SWT menakuti manusia dengan ayat-ayat Nya sesuai kehendak-Nya; boleh jadi mereka sadar diri dan kembali kepada-Nya dan kembali mengingat keesaan Allah SWT, telah diriwayatkan kepada kita bahwa Kufah pernah bernah berguncang pada masa Ibnu Mas’ud kemudian beliau berkata : wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah memberi kita peringatan, maka terimalah peringatan itu dengan sebaik-baiknya.
- SesungguhnyaRasulullah pernah terjatuh sorbannya karena takut setelah menerima ayat tentang matahari; sungguh itulah hati yang benar-benar memahami tanda-tanda kebesaran Allah ini { وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا } “Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti”, maka apakah hati kita sudah bergetar wahai ahli Qur’an, tatkala melihat ayat-ayat ini?
- Sesungguhnya gempa dan gunung-gunung merapi adalah bagian dari peristiwa alam yang dikirim oleh Allah sebagai peringatan bagi hamba-hamba-Nya, dan makna ini tidak menyalahi penafsiran ilmiyah apapun, sebagaimana yang juga terjadi pada gerhana bulan dan matahari.
- Suatu ketika beberapa surat kabar memberitakan adanya guncangan yang terjadi di wilayah Kota Madinah, maka sebagian penduduk menyerukan untuk intropeksi hal-hal yang bisa menjadi penyebab kejadian tersebut. Namun, seketika muncul berita lain tentang keberadaan sekelompok wanita di kota itu yang tidak mengindahkan akhlak mereka sebagai seorang wanita. Maka dari itu apakah menjadi bagian dari agama ini ketika Allah menurunkan peringatan-Nya lalu kita tidak menunjukkan rasa kehawatiran dan rasa takut kita kepada Allah SWT?
Dalam Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir, Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah, menulis:
وَمَا مَنَعَنَآ أَن نُّرْسِلَ بِالْاٰيٰتِ إِلَّآ أَن كَذَّبَ بِهَا الْأَوَّلُونَ ۚ
(Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu)
Para penduduk Makkah meminta Rasulullah agar ia mengubah bukit Shafa menjadi emas dan menjauhkan dari mereka gunung-gunung yang ada di Makkah, kemudian malaikat Jibril mendatangi Rasulullah seraya berkata: “jika kamu menghendaki, apa yang diminta kaummu akan dikabulkan, namun jika mereka tidak juga beriman maka mereka akan segera diazab; dan jika kamu menghendaki, bersabarlah dan memberi mereka kesempatan.”
Maka turunlah ayat ini. Yakni jika Kami mengirimkan mukjizat itu namun mereka tetap mendustainya maka mereka akan segera diazab dan tidak ditangguhkan lagi, sebagaimana sunnatullah yang berlaku bagi hamba-hamba-Nya.
Di akhir ayat di atas:
وَمَا نُرْسِلُ بِالْاٰيٰتِ إِلَّا تَخْوِيفًا
(Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti)
Yakni Allah SWT tidak mengirim berbagai mukjizat kepada para rasul, atau kejadian yang mengguncang penduduk bumi ini, kecuali untuk memberi rasa takut pada orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah agar mereka beriman. (Aza)