Keutamaan dan pahala mempelajari al-Qur’an tidaklah sebanding dengan seekor atau dua ekor unta. Bahkan dengan kerajaan seluas tujuh benua sekali pun. Karena semua itu pasti akan ditinggalkan saat maut menjemput.
Kala maut menjemput, entah hari ini atau esok, maka semuanya terpaksa harus berpisah. Karena semua kemewahan dunia dan segala isinya tak mungkin dibawa ke liang kubur yang sempit.
Sebaliknya, pahala membaca satu ayat Al-Qur’an akan bermanfaat untuk selama-lamanya. Membaca dan mempelajari satu ayat saja, lebih baik dari seekor unta. Hanya saja, bentuk fisiknya tidak kelihatan sehingga tak semua orang mau bergerak meraihnya.
Dari Uqbah bin Amir r.a., ia menceritakan bahwa Rasulullah SAW datang menemui kami di Shuffah, lalu beliau bertanya, “Siapakah di antara kalian yang suka pergi setiap hari ke pasar Buth-han atau Aqiq lalu ia pulang dengan membawa dua ekor unta betina dari jenis yang terbaik tanpa melakukan satu dosa atau memutuskan tali silaturahmi?”
Kami menjawab, “Ya Rasulullah, kami semua menyukai hal itu.” Rasulullah SAW bersabda, “Mengapa salah seorang dari kalian tidak ke masjid lalu mempelajari atau membaca dua buah ayat al Qur’an (padahal yang demikian itu) lebih baik baginya dari pada dua ekor unta betina, tiga ayat lebih baik dari tiga ekor unta betina, dan begitu pula membaca empat ayat lebih baik baginya daripada empat ekor unta betina, dan seterusnya sejumlah ayat yang dibaca mendapat sejumlah yang sama dari unta-unta.”
(HR Muslim dan Abu Dawud)
Shuffah adalah sebuah lantai khusus di Masjid Nabawi tempat orang-orang miskin Muhajirin tinggal. Mereka dikenal dengan sebutan Ahlu Shuffah (orang-orang Shuffah). Jumlah sahabat ahlu Shuffah selalu berubah dari waktu ke waktu. ‘Allama Suyuti rah.a. telah menyusun seratus satu nama sahabat yang tinggal di Shuffah, dan ia menulis tentang mereka di dalam risalah tersendiri. Sedangkan Buth-han dan Aqiq adalah nama dua buah tempat di Madinah sebagai pasar perdagangan unta. Orang Arab sangat menyukai unta, terutama unta betina yang berpunuk besar.
Maksud ‘tanpa melakukan suatu dosa’ adalah mendapatkan sesuatu dari orang lain tanpa usaha atau mengambil paksa. Tidak seperti harta yang bertambah melalui pemerasan, pencurian, atau merampas warisan sesama saudara.
Karena itu, Rasulullah SAW menyatakan dalam sabdanya, bahwa unta itu diperoleh tanpa bersusah payah sama sekali dan tanpa berbuat suatu dosa pun. Memperoleh harta dengan cara demikian lebih disenangi oleh semua orang. Akan tetapi Nabi SAW menyatakan bahwa mempelajari beberapa ayat al-Qur’an itu lebih baik dan lebih utama daripada mendapatkan semua itu.
Hadits di atas intinya adalah mengingatkan kita akan perbandingan sesuatu yang fana dengan sesuatu yang abadi. Ketika seseorang sedang sedang diam atau bergerak, hendaknya selalu berfikir apakah ia sedang berbuat sesuatu yang hasilnya sementara dan sia-sia atau sesuatu yang hasilnya kekal dan bermanfaat? Betapa rugi jika kita gunakan waktu hanya untuk menghasilkan bencana yang abadi.
Kalimat terakhir dalam hadits di atas menyebutkan bahwa jumlah ayat yang sama tetapi lebih utama daripada jumlah untanya. Kalimat itu mengandung tiga maksud, yaitu:
1. Walau empat ayat yang disebutkan secara terperinci, tetapi maksudnya adalah semakin banyak jumlah ayat yang dibaca akan semakin semakin banyak pahala yang diperoleh. Dalam pengertian ini, semua unta sama, baik jantan maupun betina. Jumlah untanya sama dengan jumlah yang disebutkan dalam hadits di atas, tetapi untanya bergantung pada selera masing-masing. Ada yang menyukai unta betina ada yang menyukai unta jantan. Oleh sebab itu, Nabi SAW menegaskan bahwa satu ayat lebih berharga daripada seekor unta betina. Jika seseorang menyukai unta jantan, maka satu ayat lebih baik daripada unta jantan.
Jumlahnya tidak lebih dari empat, tetapi pengertiannya bukan saja lebih baik daripada unta betina atau unta jantan, tetapi lebih baik daripada keduanya. Jelasnya, membaca satu ayat lebih baik daripada sepasang unta jantan dan unta betina. Demikianlah seterusnya, setiap ayat lebih utama daripada sepasang unta.
Meski demikian, tetap tidak dapat disamakan antara membaca satu ayat al Qur’an dengan satu ekor atau dua ekor unta. Ungkapan ini sekedar gambaran dan contoh. Sebelumnya telah jelaskan bahwa satu ayat al-Qur’an akan memperoleh pahala abadi yang lebih utama dan lebih baik daripada kerajaan seluas tujuh benua yang fana ini.
Mulla Ali Qari menulis tentang seorang syekh yang sedang safar. Ketika tiba di Jeddah, ia diminta para pengusaha kaya agar tinggal lebih lama di tempat mereka, agar harta dan perniagaannya mendapat berkah karena kehadiran seorang syekh.
Pada mulanya syekh menolak tawaran mereka, tetapi setelah didesak akhirnya syekh berkata, “Berapakah keuntungan tertinggi dari perniagaan kalian?” jawab mereka, “penghasilan kami berbeda, setidaknya kami bisa mendapatkan keuntungan dua kali lipat.”
Syekh itu berkata, “kalian ini bersusah payah untuk mendapat keuntungan yang sedikit. Aku tidak menghendaki karena sesuatu yang sedikit ini aku harus kehilangan shalatku di Masjidil Haram yang pahalanya dilipatgandakan hingga 100 ribu kali.”
Hakikat inilah yang harus dipikirkan setiap kaum muslimin, sehingga mereka tidak mengorbankan keuntungan agama demi mendapatkan keuntungan dunia yang sedikit ini. (Acha)