KANSAS – Sanksi Barat terhadap Rusia atas operasi di Ukraina telah berdampak buruk bagi ekonomi Eropa. Dr Linwood Tauheed, profesor ekonomi di University of Missouri-Kansas City, menghubungkan kondisi itu dengan aksi protes masyarakat yang sekarang melanda benua itu.
Gelombang pemogokan dan protes yang melanda Eropa adalah sebagai tanggapan atas kebijakan penghematan yang didorong oleh sanksi terhadap Rusia, kata Linwood Tauheed.
Dikatakannya kepada Sputnik, bahwa penduduk Eropa tidak mau lagi bersikap sabar lagi tentang hal ini.
“Gelombang protes itu menunjukkan bahwa beberapa masalah yang disebabkan langsung oleh sanksi, yang tentu saja disebabkan oleh perang, sangat mempengaruhi mereka,” katanya.
Sanksi tersebut telah dikoordinasikan secara terpusat oleh Komisi Eropa, eksekutif Uni Eropa (UE) yang tidak terpilih, yang juga telah mengalihkan miliaran euro dari dana Fasilitas Perdamaian Eropa yang ironisnya malah digunakan untuk membeli senjata bagi rezim Kiev.
Negara-negara anggota UE harus meminta persetujuan raksasa ekonomi Jerman sebelum mengambil tindakan apa pun untuk mendukung rakyat mereka sendiri – seperti yang ditemukan di Yunani dan Italia.
Linwood menambahkan sanksi terhadap Rusia, pengurangan impor energi, deindustrialisasi, dan penurunan standar hidup telah mempersatukan publik melawan penghematan yang diserukan masing-masing negara Eropa.
“Pemimpin mereka bersedia mengambil sumber daya euro yang terbatas dan memasukkannya ke dalam mesin perang dan mengirimnya ke Ukraina,” tegas Tauheed.
Krisis tidak terbatas pada pengeluaran publik dan pemogokan atas upah. Raksasa keuangan Jerman Deutsche Bank sekarang menghadapi kehancuran setelah kehilangan 11 persen dari nilai sahamnya pada hari Jumat, dan 29 persen sejak awal bulan.
“Bank-bank di negara-negara besar di Eropa sedang menghadapi krisis tetapi opsi AS untuk bail-out bank sentral tidak tersedia bagi mereka,” kata akademisi tersebut.(Nto)