Indonesiainside.id, Jakarta – Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan didapuk menjadi penceramah utama dalam puncak acara Hari Santri Nasional (HSN) di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Senin (21/10). Dalam kesempatan itu, ia mengingatkan bahwa Rasulullah di utus ke dunia sebagai rahmat bagi seluruh alam dan sebagai muallim (pengajar ilmu) dalam membawa kesempurnaan akhlak.
“Di mana akhlak merupakan terjemahan dari ilmu dan Rasulullah menyatakan bahwa dia orang yang paling berilmu dan takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala,” kata Habib Jindan dalam tausiyahnya.
Maka itu, ia menyebutkan bahwa jika ada ulama yang tidak takut terhadap Allah, dapat dipastikan ulama tersebut bukan ulama yang sebenarnya. Keaslian dan otoritas ilmu ulama tersebut pasti juga dipertanyakan.
“Rasulullah mengatakan di dalam suatu hadis bahwa jika umurku bertambah tapi tidak menambah ilmu, maka hari tersebut tidak berkah,” katanya menirukan salah satu hadits.
Habib Jindan menyebutkan, ada ilmu yang tersimpan di dalam hati, dimana membuat manusia takut kepada Allah, bersifat wara’ dan meningkatkan ketakwaan, sejatinya itulah ilmu yang bermanfaat. Apalagi jika ilmu tersebut ditambah dengan tazkiyah (pembersihan) pada hati manusia.
“Sehingga, orang yang berilmu harus menampilkan adab terbaik sesuai akhlak Rasulullah SAW,” tuturnya.
Ia mengingatkan bahwa ada seseorang yang menimba ilmu selama 20 tahun bersama Imam Malik. Di mana 18 tahun untuk belajar adab dan dua tahun mempelajari ilmu.
“Orang yang penuh tawadhu, instropeksi diri, punya hubungan yang baik dengan Allah dan manusia melalui ilmu dan adabnya, Nabi menyebutkan di dalam hadits seandainya di dunia ini ada satu orang saja yang menangis karena sifat umatnya, maka Allah akan memberikan rahmat. Santri harus punya sikap seperti ini,” ucapnya. (Aza)