Indonesiainside.id, Jakarta – Menteri Agama (Menag) Jenderal (Purn) Fachrul Razi didapuk sebagai khatib shalat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (1/11). Dalam khutbahnya, ia mengingatkan bahwa dengan bekal takwa, manusia tidak akan merugi dalam hidupnya.
Menag menyitir surat Al Hujarat ayat 13 di mana Allah SWT menciptakan manusia dengan beragam suku agar saling mengenal. Kata Menag, jika Allah mau, maka dapat menciptakan manusia dalam umat yang satu seperti dalam surat Hud ayat 18.
“Kalau dijadikan umat yang satu, senantiasa mereka berselisih. Pertanyannya, mengapa Tuhan menciptakan bangsa ini berbeda-beda, supaya saling mengenal satu sama lain,” kata Menag Fachrul.
Namun, pada situasi yang berbeda-beda itu justru Allah memerintahkan umat-Nya untuk bersatu dan jangan bercerai-berai seperti dalam surat Ali Imran ayat 103. Oleh sebab itu, Allah menciptakan manusia berbeda-beda.
“Nah, di sini kemudian letaknya pelajaran tentang toleransi, kasih sayang, rahmat, hubungan silaturahmi antar satu sama lain,” ujarnya.
Allah SWT membantu umat manusia dengan menurunkan Rasulullah sebagai rahmat bagi seluruh alam. Islam juga memberi pelajaran kepada pemimpin, jika pemimpin tidak adil, maka rakyat tidak bahagia.
“Oleh sebab itu, Allah menunjukkan lagi di surat An Nisa ayat 58, di mana pemimpin yang ditunjuk harus dapat menentukan hukum dan berlaku adil,” katanya.
Kemudian ia mencontohkan di mana seseorang yang berbuat kejahatan dan maksiat kemudian tidak diketahui Allah. Padahal Allah selalu memperhatikan setiap perbuatan hamba-Nya sesuai dengan surat Ibrahim ayat 42 bahwa Allah tidak pernah lalai kepada perbuatan orang yang zalim.
“Begitu banyak pelajaran yang Allah berikan,” ujarnya.
Lebih jauh, dalam konteks dunia, Menag menyebutkan bahwa Indonesia adalah miniatur dunia dengan beragam perbedaan. Bahkan dalam sejarah, generasi muda telah sepakat untuk bersatu di bawah naungan Sumpah Pemuda.
“Kemudian para pendiri bangsa juga menyusun Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, UUD 1945, dan kesepakatan untuk membangun negara,” katanya.
Jadi, jika negara mengacu pada PBB, maka Indonesia mengacu pada hukum-hukum tersebut.
Pada khutbah keduanya, ia menegaskan agar umat Islam tidak terpecah-belah dan bersatu dalam bingkai NKRI. Karenanya, umat Islam harus mencerminkan nilai-nilai keislaman di Indonesia.
“Kita harus berterima kasih kepada pengamat dunia yang menjadikan Indonesia sebagai sumber rujukan bagi Islam rahmatan lil alamin,” katanya. (Aza)