Indonesiainside.id, Dhaka – Bangladesh akhirnya mencabut larangan selama sebulan untuk pertemuan massal dan salat di masjid-masjid, Kamis (7/5). Namun, warga diminta untuk tetap mempertahankan pedoman kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona.
Langkah ini mengikuti pemberitahuan yang dikeluarkan oleh Kementerian Urusan Agama negara itu seblumnya, yang menetapkan pedoman untuk jamaah yang akan beraktivitas di masjid.
Bangladesh mengadopsi langkah-langkah pembatasan sosial yang ketat pada awal April, setelah wabah virus corona mulai merebak. Pembatasan itu termasuk larangan pertemuan keagamaan dan salat bersama di masjid-masjid, dengan salat Jumat terbatas maksimal untuk 12 orang. Pembatasan serupa diberlakukan pada salat Tarawih selama bulan Ramadhan.
Menyusul pembukaan kembali masjid selama Ramadhan, jamaah wajib mengenakan masker, dan menjaga jarak kurang lebih 2 meter satu sama lain. Pengurus Masjid juga diberitahu untuk mendisinfeksi lantai sebelum shalat, mengeluarkan karpet dan menyediakan fasilitas mencuci tangan bersama sabun atau pembersih tangan.
Abdul Hamid Jomaddar, Sekretaris Kementerian Agama, mengatakan bahwa pemerintah melonggarkan pembatasan karena sentimen keagamaan dari umat Muslim selama bulan Ramadhan. Namun dia memperingatkan bahwa masjid harus memastikan pedoman pemerintah diikuti dengan benar.
“Staf Yayasan Islam kami waspada di seluruh negeri untuk memantau jika ada pelanggaran pedoman kesehatan,” katanya kepada Arab News.
Namun, para ahli kesehatan masyarakat menyuarakan keprihatinan atas keputusan untuk membuka kembali masjid karena tingkat infeksi virus corona di Bangladesh masih terus meningkat. Benazir Ahmed, seorang spesialis penyakit menular yang bermarkas di Dhaka, mengatakan bahwa ada lebih dari 250.000 masjid di Bangladesh, yang biasa diisi oleh hingga 25 juta jamaah, dan semuanya berisiko terinfeksi virus corona.
“Kita harus berdiri sangat rapat, dan siapa pun yang terinfeksi virus corona dapat dengan mudah menularkan infeksi kepada orang lain,” kata Ahmed, mantan direktur Pusat Pengendalian Penyakit, kepada Arab News.
“Mengingat jumlah virus yang tinggi di negara itu, pemerintah harus memperpanjang penguncian sampai kurva turun dan kemudian mengangkat pembatasan di zona hijau yang tidak memiliki infeksi,” kata Ahmed.
Pada hari Senin, pemerintah memutuskan untuk membuka kembali pasar dan pusat perbelanjaan pada skala terbatas, yang memungkinkan bisnis beroperasi dari jam 10 pagi hingga jam 4 sore. Tetapi dua pusat perbelanjaan terbesar di Dhaka pada hari Rabu memutuskan untuk tidak beroperasi sebelum Idul Fitri karena meningkatnya ancaman virus.
“Banyak pemilik toko tidak punya pilihan selain membuka. Ini masalah kelangsungan hidup karena kami tidak memiliki penghasilan selama hampir enam minggu,” kata Mohammed Helal Uddin, Presiden Asosiasi Pemilik Toko.
“Tapi kami tidak ingin membahayakan nyawa orang. Jika manajemen pasar dan pemilik toko dapat memastikan keselamatan publik dan tindakan menjaga jarak sosial, maka mereka dapat membuka toko,” katanya.
Hingga hari Kamis, Bangladesh melaporkan total 12.425 kasus Covid-19 dengan sekitar 200 kasus kematian. (CK)