Indonesiainside.id, Tunis – Kesenjangan generasi dalam ketaatan beragama bukanlah hal baru di Tunisia, tetapi mengambil dimensi baru tahun ini karena bulan puasa bertepatan dengan pembatasan sosial yang ketat untuk menghentikan penyebaran virus corona. Konstitusi negara pasca-revolusi di Afrika Utara telah menjamin kebebasan hati nurani, dan tidak ada hukum konkret yang melarang untuk makan di depan umum selama bulan suci Ramadhan.
Banyak remaja Tunisia menghadapi tekanan keluarga untuk berpuasa, dan menjadi lebih sulit untuk dihindari tahun ini. Adanya aturan lockdown untuk memerangi penyebaran virus corona, yang berarti mereka tidak bisa kemana-kemana.
Menyembunyikan makanan di bawah tempat tidur atau di balik tumpukan pakaian, pemuda Tunisia akan menemukan berbagai cara untuk membatalkan puasa Ramadhan, meskipun selalu bersama dengan orang tua di rumah karena aturan pembatasan.
“Saya biasanya makan sambil mandi atau, bersembunyi di kamar untuk makan,” kata Zahra, seorang mahasiswa berusia 23 tahun dan anggota kelompok Fater.
Fater adalah sebuah Grup Facebook bagi warga Tunisia yang berusaha menghindari tekanan sosial dan makan di siang hari selama Ramadhan, menarik sekitar 12.000 orang yang menjadi anggota. Pendiri grup bernama Abdelkarim Benadballah.
Dilansir dari laman english.alaraby.co.uk, Tunisia memiliki debat publik yang hebat tentang kebebasan individu sejak revolusi 2011, bersama dengan demonstrasi untuk hak makan di depan umum.
“Namun sembilan tahun kemudian, polisi masih dapat “menangkap orang yang tidak berpuasa karena menyerang moral publik”, kata Anoir Zayani dari Asosiasi untuk Pertahanan Kebebasan Individu.
“Kami dituduh ingin mengganggu cara hidup orang Tunisia,” kata Zayani. “Menjalankan kebebasan tidak akan memengaruhi cara hidup orang Tunisia, tetapi akan menciptakan keragaman yang memperkaya”.
Pada tahun-tahun normal, beberapa kafe di Tunis ada yang tetap buka selama bulan Ramadhan, dengan koran menutupi jendela untuk memberikan privasi kepada pelanggan.
Tetapi setiap Ramadhan, polisi menangkap orang-orang yang tertangkap makan atau merokok pada siang hari, mengutip undang-undang kesopanan publik yang tidak jelas atau arahan yang telah berlangsung selama beberapa dekade. (CK)