“Pandemi ini luar biasa. Kita, para tenaga medis saling menguatkan, apalagi jika ada teman (tim medis) yang down. Walaupun saat ini (ada tren hastag) Indonesia terserah, kami tidak akan menyerah. Tetap semangat dalam bekerja.”
Testimoni tersebut disampaikan seorang perawat, Lina Melati. Dia tergabung dalam tim kesehatan yang menangani pasien Covid-19 di Rumah Sakit Siti Khadijah di Jawa Timur. Sehari-harinya, dia memang bertugas melayani pasien.
Meskipun tercatat sudah 16 tahun bekerja di RS Khadijah, dia mengakui penanganan pasien akibat wabah virus corona jenis baru penuh tantangan. Sejak berhadapan dengan pasien Covid-19 pada 22 Maret lalu, semangatnya tidak pernah kendor untuk misi kemanusiaan.
Karena itu, dia dan teman-temannya merasa penting untuk mengedukasi masyarakat agar paham bahaya yang ditimbulkan dari Covid-19 ini. Jika semua masyarakat dapat menyaksikan penanganan Covid-19, mungkin tidak ada yang mau keluar rumah.
Makanya tidak heran jika muncul hastag #Indonesiaterserah dan menjadi trending topic. Lalu, apakah dengan hastag itu para tim medis menyerah? Ternyata tidak. Ini hanya bentuk keprihatinan dan kritik kepeda pemerintah di balik perjuangan tim medis untuk misi kemanusiaan.
Testimoni tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit Muhammadiyah itu dilansir kanal Lazismu, dengan tema “Haedar Menyapa Idul Fitri”. Pada video yang telah beredar beberapa hari lalu itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyapa beberapa tenaga medis yang bertugas di rumah sakit Islam dan rumah sakit Muhammadiyah.
Dalam video yang tayang sehari setelah lebaran, Senin (25/5) itu, ada beberapa tim medis yang berbagi kisah penanganan Covid-19 kepada pimpinan Muhammadiyah. Selain kisah Lina Melati di atas, ada beberapa perawat lainnya yang menyampaikan suka dan duka.
dr Nining dari RS Muhammadiyah Sidoarjo, dr Nining menceritakan, sejak rumah sakit tempatnya bekerja dibuka untuk melayani pasien Covid-19, ada rasa khawatir yang dirasakannya. Terlebih lagi, sudah berusia 48 tahun. Banyak hal yang dipikirkan terutama keluarga di rumah.
Namun, dia tertantang untuk melayani pasien Covid-19. bahkan dia memang berharap bisa ditugaskan di ruang isolasi. Suka duka dirasakan, tetapi dia ingin menghilangkan dukanya.
“Memakai APD, saya merasakan gerah selama tiga jam, menahan makan, minum dan menahan buang air kecil tetapi kami tetap semangat,” katanya.
Hal berbeda dirasakan dr Sri Widianingsih. Dia bertugas di rumah sakit Siti Khadijah, Jawa Timur. Ada pengalaman yang tidak berkenan di hatinya saat merawat pasien Covid-19. Ada pasien yang sulit menerima penyakit yang diderita, sehingga tidak mau dirawat sampai mereka kabur dari rumah sakit.
Dokter yang berkerja di Pantologi Klinik ini juga tidak nyaman saat pertama kali memakai Alat Pelindung Diri (APD). Dia sempat merasakan sesak napas karena tidak terbiasa. Namun, ala bisa karena biasa, sekarang sudah mulai nyaman seiring berjalannya waktu. (Aza)