Pada 10 Januari 1995 silam, Presiden kedua RI HM Soeharto menyatakan, pemerintah yang bersikeras hendak melaksanakan segala-galanya seperti dalam sistem komunisme akan runtuh sendiri karena keberatan beban.
Pak Harto kembali menegaskan, tugas utama negara adalah menyediakan prasarana-prasarana utama serta memberi arah menciptakan peluang, memberi dorongan dan mengayomi prakarsa serta kreativitas rakyatnya. Demikian pesan Pak Harto di mana upaya paham komunisme tak pernah berhenti ingin merongrong bangsa ini. (Buku berjudul “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Antara Pustaka Utama, hal 411-412)
Kemudian Pak Harto melanjutkan, sebab itu, dalam menghadapi pasar terbuka pada tahun 2020, “Kita jelas harus siap secara teknis dan profesional di mana lebih dari itu juga harus siap secara ideologis, politis, ekonomis dan sosial budaya.”
Seperti disampaikan dalam pidato Pak Harto saat membuka penataran Calon Penatar P4 tingkat Nasional/Manggala di Istana Bogor itu, tantangan masa depan (baca: masa kini) tidak lepas dari ancaman ideologis. Fakta hari ini, terjadi upaya pembelokan sejarah dalam sebuah artikel yang dilansir di laman Wikipedia.
Dalam artikel Wikipedia dengan judul “Pembantaian di Indonesia 1965-1966” memiliki pesan jika PKI adalah korban. Dalam artikel itu ditulis bahwa pembantaian di Indonesia 1965–1966 adalah peristiwa pembantaian terhadap orang-orang yang dituduh komunis di Indonesia pada masa setelah terjadinya Gerakan 30 September (G30S/PKI). Ini yang kemudian menjadi masalah, sebuah distorsi sejarah.
Artikel itu pun memantik protes dari berbagai kalangan dan elemen bangsa. Salah satunya, pra sejarawan diminta kembali mendengungkan fakta-fakta sejarah agar generasi saat ini tidak mengalami distorsi atau pembelokan sejarah.
Dilansir Soeharto.co, berikut ini wasiat-wasiat penting kebangsaan yang disampaikan Pak Harto mengenai komunisme, dikumpulkan oleh Abdul Rohman:
Pada kesempatan berdialog, Bung Karno menegaskan “Har, saya ini sudah diakui sebagai pemimpin dunia, konsep Nasakom sudah saya jual kepada bangsa-bangsa di dunia ini. Sekarang saya harus membubarkan PKI, di mana, Har, saya harus menyembunyikan muka saya.” Dengan tenang dan hormat tetapi sungguh-sungguh saya menjawab, “Pak, kalau masalahnya untuk konsumsi dunia luar, gampang, jadikan saya bumper, saya yang akan membubarkan PKI, bukan Bapak, tetapi ke dalam negeri Bapak harus ngegongi (menyetujui).” —Presiden Soeharto
***
Kita menumpas pemberontakan G.30.S/PKI bukan karena alasan-alasan balas dendam, melainkan karena alasan-alasan prinsipil. Tujuan kita yang utama ialah menyelamatkan Pancasila —“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 342
***
Kita menghendaki dan melarang partai komunis di bumi Indonesia, karena PKI telah dua kali memberontak dan bertujuan mengubah Pancasila dengan kekerasan — Presiden Soeharto
***
Penyelesaian tahanan PKI kita lakukan sesuai dengan kebesaran jiwa Pancasila, dengan tetap memperhatikan keamanan nasional dan berdasarkan hukum. Mereka yang nyata-nyata tidak bersalah dan dapat kita bawa kembali menjadi warganegara Pancasilais, harus kita terima kembali dalam masyarakat — “Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 342
***
Terhadap siapa pun yang akan mengembalikan PKI di Indonesia, alat-alat negara akan bertindak dengan tegas —“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 343
***
Sekali lagi, setelah sekian banyak kali, saya menyerukan agar kita hati-hati dengan paham-paham yang ekstrem, yang ekstrem kiri dan yang ekstrem kanan. —“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”
***
Hati-hati dengan pengaruh-pengaruh yang datang dari luar! Kita tidak menginginkan yang lain selain daripada Pancasila dan UUD’45 —“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 370
***
Melaksanakan keyakinan dan syariat agama yang dianutnya, tentunya boleh saja. Tetapi jangan sekali-kali menghasut rakyat untuk memberontak. — “Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 406
***
Paham Komunisme bertentangan dengan dasar-dasar Pancasila, harus kita larang penyebarannya dalam masyarakat (Presiden Soeharto, Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 1967)
***
Keseluruhan konsep dasar dan cara-cara mencapai masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila, yaitu masyarakat Indonesia yang berkeadilan sosial, berlainan sama sekali dengan konsep PKI yang berdasarkan komunis (Presiden Soeharto, Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 1967)
***
Pemberontakan PKI yang kedua kalinya, tanggal 1 Oktober 1965, pada hakekatnya adalah pemberontakan terhadap prinsip-prinsip dasar kita Pancasila. Merupakan permulaan babak akhir dari rangkaian usaha PKI mengkhianati, merombak dan akhirnya menghancurkan Pancasila itu sendiri(Presiden Soeharto, Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 1967) (Aza/ Sumber: Soeharto.co)