Indonesiainside.id
No Result
View All Result
  • Home
  • Populer
  • Haji 2022
  • News
  • Ekonomi
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Risalah
  • Khazanah
  • Narasi
  • Home
  • Populer
  • Haji 2022
  • News
  • Ekonomi
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Risalah
  • Khazanah
  • Narasi
Indonesiainside.id
  • Home
  • Populer
  • Haji 2022
  • News
  • Ekonomi
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Risalah
  • Khazanah
  • Narasi
Home Headline

Disangka Gila, Ternyata Dia Prajurit Utsmani Terakhir Penjaga Al-Aqsha

Eko Pujianto
Sabtu, 24/04/2021 12:45
Kopral Hasan

Kopral Hasan

Indonesiainside.id, Jakarta – Kisah ini diceritakan seorang ahli sejarah dan wartawan Turki bernama Ilham Bardakci yang telah meninggal dunia 27 Februari 2004 silam.

Kisah Ilham Bardakci ini ditulis dalam cerita berjudul “Saya Mengenalnya di Masjid al-Aqsha”.

“Itu kejadian beberapa tahun lalu, tepatnya tahun 1972. Kala itu saya seorang jurnalis muda. Beberapa politisi dan pengusaha dari Turki berada di Israel untuk sebuah kunjungan kehormatan,” ujarnya dikutip laman IHH.

Ilham Bardakci menceritakan, pada hari keempat kunjungan, dia sedang berjalan-jalan di sekitar Al-Quds asy Syarif sampai tiba tepat di depan pintu Masjid al-Aqsha, tepatnya di “Area 12 Ribu Obor” yang dibangun oleh Sultan Khilafah Utsmaniyah Yavus Sultan Selim yang berkuasa mulai 1512 hingga 1520. Pemerintahannya terkenal karena ekspansi besar-besaran, khususnya penaklukannya antara 1516 – 1517 dari seluruh Dinasti Mamluk, Mesir, yang mencakup; Syam, Hijaz, Tihamah, dan Mesir itu sendiri.

Baca Juga:

Sedikitnya 11 Orang Remaja Palestina Ditahan Israel

Remaja Palestina Ini Dijadikan Tameng Hidup Pasukan Israel

Sultan Selim, ketika menggabungkan al-Quds ke dalam otoritasnya pada 30 Desember 1517, dirinya hadir langsung di Masjid Al-Aqsha dan mendapati shalat isya’ dalam keadaan gelap gulita. Kemudian dia perintahkan pasukannya masing-masing prajurit menyalakan obor, jumlah mereka ada 12.000 tentara.

Mereka semua kemudian shalat isya di area tersebut di bawah penerangan obor. Maka dinamai lah area atau halaman tersebut dengan sebutan, ‘Area 12 Ribu Obor’.

Dikisahkan saat itu tanggal 21 Mei 1972, Ilham Bardakci dan Said Terzioglu sedang berada di daerah Masjid Al Aqsha. Dirinya sedang berjalan di halaman Masjid Al- Aqsha saat matanya melihat seorang pria berusia 90 tahunan.

Tinggi sang pria tua itu kurang lebih dua meter dengan wajah yang penuh bekas luka, sorot mata yang tajam, dia berdiri dengan tegap mengawasi rombongan ahli sejarah tersebut.

Seragam pada diri laki-laki itu bahkan sepertinya lebih tua dari usianya, semuanya ditambal, dan tambalan dijahit lagi secara merata. Seolah-olah tambalan-tambalan itu menjadi saksi waktu seperti cincin pohon seratus tahun. Pria itu berdiri tegak mengawasi Masjid Al-Aqsha.

Ilham melewatkan pertanyaan ‘kenapa dia berdiri di bawah sinar matahari’. Dia bertanya ke pemandu wisata siapa orang itu dan sang pemandu berkata: “Sejak aku kecil, aku sudah melihat laki-laki itu berdiri di sana seperti patung menghadap ke masjid dari pagi sampai sore. Dia tidak pernah berbicara kepada siapapun. Aku rasa dia orang gila”.

“Dia tidak berbicara atau mendengarkan siapa pun. Dia hanya menunggu. Aku sudah cukup dewasa untuk tahu tidak ada yang akan melihat halaman tanpa alasan yang jelas. Apa yang tidak bisa saya dapatkan adalah, kilauan pada jenggot putihnya karena tiupan angin atau beban berat selama bertahun-tahun itu. Dia berdiri seperti burung merpati, akan menyiram dengan kalpak tua di kepalanya,” ujar sang pemandu.

Ilham Bardakci pun kemudian mendekati pria tua tersebut, namun pria itu tak bergerak. Lalu Ilham mengucapkan salam dengan bahasa Turki, “Selamu Aleykum baba (ayah).” Disapa demikian, lelaki tua itu menggerakkan kepalanya sedikit disertai sorot mata berbinar lalu dengan suara berat bergetar menjawab salam dengan bahasa Anatolia yang fasih, “Aleykum Selam oğul (wahai anakku)!” Sang wartawan kaget dengan jawabannya menggunakan bahasa tersebut, lantas bertanya tentang identitasnya.

Disangka Gila, Ternyata Dia Prajurit Utsmani Terakhir Penjaga Al-Aqsha

“Saya adalah Kopral Hasan dari Korps ke-20, Brigade ke-36, Batalyon ke-8, komandan Resimen senapan mesin ke-11,” ujarnya.

“Saya dari wilayah Igdir di Anatolia. Pasukan kami menyerbu Inggris di depan Terusan Suez dalam Perang Besar. Tentara kami yang mulia dikalahkan di Terusan Suez. Diperintahkan untuk mundur segera. Tanah pusaka nenek moyang kami akan hilang satu per satu. Dan kemudian, orang Inggris mendesak hingga gerbang kota suci Al-Quds, menduduki kota. Kami ditinggalkan sebagai pasukan barisan belakang di Quds.”

“Ketika Negara Utsmani jatuh, dan agar tidak terjadi penjarahan dan perampokan di kota – al-Quds – pasukan Turki meninggalkan satu unit tentara sampai pasukan Inggris memasuki al-Quds, (biasanya pasukan yang menang tidak memperlakukan unit tentara yang kalah sebagai tawanan seperti ketika bertemu mereka). Saya bersikeras agar saya menjadi salah satu anggota unit ini dan menolak untuk kembali ke Turki.”

Dia melanjutkan: “Pasukan barisan belakang saya terdiri dari lima puluh tiga prajurit. Kami mendapat kabar bahwa setelah gencatan senjata (Mondros Armistice), tentara diberhentikan. Letnan pemimpin kami mengatakan, “Singa-singaku, negara kita berada dalam situasi yang sulit. Mereka memberhentikan pasukan kita yang mulia dan memanggil saya ke Istanbul. Saya harus pergi, jika tidak artinya saya menentang otoritas, gagal mematuhi perintah. Siapa pun dapat kembali ke tanah air jika dia mau, tetapi jika Anda mengikuti kata-kata saya, saya punya permintaan untuk Anda:

“Al-Quds adalah Pusaka Sultan Selim Han (Sultan Ottoman ke-9 dan Khalifah Utsmaniyah pertama). Tetap bertugas jaga di sini. Jangan biarkan orang-orang khawatir tentang ‘Ottoman (Utsmaniyah) telah mundur; apa yang akan kita lakukan sekarang”. Orang-orang Barat akan bersukacita jika Ottoman meninggalkan kiblat pertama umat Islam dari nabi kita tercinta. Jangan biarkan kehormatan Islam dan kemuliaan Ottoman diinjak-injak,”

“Kami kemudian tinggal di al-Quds karena kami takut saudara-saudara kami di Palestina akan mengatakan bahwa Utsmani meninggalkan mereka. Kami ingin Masjid al-Aqsha tidak menangis setelah 4 Abad. Kami ingin sultannya para nabi, Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, tidak bersedih. Kami tidak ingin dunia Islam berduka dan berkabung,” ujar Kopral Hasan.

Kopral Hasan melanjutkan, “Kemudian setelah itu tahun-tahun yang panjang berlalu seperti kejapan mata. Semua teman-temanku sudah berpulang ke rahmat Allah satu demi satu (jumlah mereka ada lima puluh tiga orang), dan musuh-musuh tidak bisa menghabisi kami, tetapi taqdir dan ketetapan ilahi yang mengakhirinya,” ujarnya.

Kopral Hasan lantas menyampaikan permintaan terakhir kepada Bardakci dan berkata, “Anakku, ketika kamu pulang ke Turki, pergilah ke Desa Tokat Sanjak (daerah ini sekarang bernama Pontus, red). Di sana ada komandan saya, Kapten Mustafa. Beliau yang menempatkan saya di sini sebagai penjaga di tempat suci ini, Masjid al-Aqsha dan meletakkan amanah di pundak saya. Cium tangannya untukku, katakan kepadanya bahwa Kopral Hasan, Komandan Resimen Senapan Mesin ke-11, masih tegap berdiri menjaga Masjid al-Aqsha. Masih berdiri berjaga di tempat yang Anda tinggalkan sejak waktu itu. Dia belum pernah meninggalkan tugasnya untuk selamanya. Dia menginginkan doa-doa keberkahan Anda, komandan!”

Bardakci menyanggupi permintaannya sembari menyembunyikan air matanya yang telah meleleh. Bardakchi meraih kepala Kakek Hasan dan berkali-kali menciumi keningnya.

”Saya kembali ke rombongan, seolah semua sejarah dihidupkan kembali dari buku dan didirikan di depanku. Saya mengatakan situasi itu kepada pemandu wisata dan dia tidak bisa percaya. Saya memberinya alamat rumah dan mengatakan: “tolong kabari saya jika terjadi sesuatu”.

Saat kembali ke Turki, Bardakci segera menuju wilayah Tokat untuk menyampaikan amanah Kopral Hasan. “Saya menelusuri nama Letnan Mustafa Efendi dari catatan militer. Rupanya dia sudah meninggal beberapa tahun lalu. Saya tidak bisa mematuhi janji yang telah saya berikan. Dan tahun-tahun berlalu, sampai pada tahun 1982, mereka memberi tahu ada telegraf di tempat saya bekerja. Ada satu baris tertulis: “Wali Utsmaniyah terakhir yang menjaga dan menunggu Masjid Al-Aqsa telah meninggal hari ini”.

Beberapa tahun kemudian, tepatnya 2017, Yayasan Bantuan Kemanusiaan Turki (IHH) meresmikan sebuah masjid megah di lingkungan Tel al-Hawa di Jalur Gaza.

Pembangunan Masjid ‘Onbaşı Hasan’ (Kopral Hasan), diambil dari nama Kopral Hasan yang setia bersama rekan-rekannya menjaga Masjid Al-Aqsha selama pendudukan Inggris di Yerusalem (Baitul Maqdis), hingga akhir hayatnya.

“IHH telah menyediakan sejumlah besar layanan dan bantuan kemanusiaan ke Gaza sejak serangan 2008 dan hingga saat ini. Namun, saya pikir bantuan terbesar yang kami berikan adalah membangun masjid ini,” kata perwakilan IHH di Gaza, Muhammad Kaya.

Kopral Hasan tetap menjadi penjaga masjid al-Aqsha, meninggalkan tanah air dan rakyatnya. Di hatinya ada keberanian, kesetiaan dan kebanggaan yang hanya diketahui oleh orang-orang terhormat.(EP)

Sumber: IHH, Hidayatullah

 

Tags: Khalifah Ustmaniyyahmasjid al aqsaMasjid al AqshaMasjid al QudspalestinaUtsmani
ShareTweetSend
Berita Sebelumnya

Perdana Menteri Malaysia Tiba di Jakarta Hadiri ASEAN Leaders Meeting

Berita Selanjutnya

Tertangkap Basah Berduaan di Ranjang, Dua Sejoli Mengaku Hendak Menikah

Rekomendasi Berita

PKS Akan Putihkan Istora Senayan: Hari Ini Kita Kolaborasi, Besok Kita Berjodoh
Headline

PKS Akan Putihkan Istora Senayan: Hari Ini Kita Kolaborasi, Besok Kita Berjodoh

27/05/2022
Salim Segaf: Syariat Islam di Aceh Harus Jadi Teladan bagi Daerah Lain
Headline

Salim Segaf: Syariat Islam di Aceh Harus Jadi Teladan bagi Daerah Lain

27/05/2022
Ribuan Warga dan Tokoh Lintas Agama Tak Putus Datang Melayat Buya Syafii Maarif
Headline

Ribuan Warga dan Tokoh Lintas Agama Tak Putus Datang Melayat Buya Syafii Maarif

27/05/2022
Presiden Jokowi: Buya Syafii Maarif Guru Bangsa yang Sederhana
Headline

Presiden Jokowi: Buya Syafii Maarif Guru Bangsa yang Sederhana

27/05/2022
Romo Santo: Saat Gereja Kami Diserang, Buya Syafii Pertama Kali Datang Naik Sepeda Pancal
Headline

Romo Santo: Saat Gereja Kami Diserang, Buya Syafii Pertama Kali Datang Naik Sepeda Pancal

27/05/2022
Din Syamsuddin: Kita Kehilangan Tokoh Pemikir Indonesia dan Dunia Islam
Nasional

Din Syamsuddin: Kita Kehilangan Tokoh Pemikir Indonesia dan Dunia Islam

27/05/2022

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Populer

Romo Santo: Saat Gereja Kami Diserang, Buya Syafii Pertama Kali Datang Naik Sepeda Pancal

Romo Santo: Saat Gereja Kami Diserang, Buya Syafii Pertama Kali Datang Naik Sepeda Pancal

27/05/2022 15:38 WIB
Kecintaan Buya Syafii Ma’arif ke NKRI: Negara Ini Harus Tetap Ada, Minimal Satu Hari Sebelum Kiamat

Kecintaan Buya Syafii Ma’arif ke NKRI: Negara Ini Harus Tetap Ada, Minimal Satu Hari Sebelum Kiamat

27/05/2022 14:23 WIB
Presiden Jokowi Dijadwalkan Lepas Pemakaman Buya Syafii Maarif di Yogyakarta

Presiden Jokowi Dijadwalkan Lepas Pemakaman Buya Syafii Maarif di Yogyakarta

27/05/2022 14:00 WIB
Putra Sulungnya Hilang, Ridwan Kamil Tiba di Swiss

Putra Sulungnya Hilang, Ridwan Kamil Tiba di Swiss

27/05/2022 11:05 WIB

Risalah

Foto-Foto Hajar Aswad dan Baitullah dari Dekat
Headline

Tak Perlu Memaksakan Diri untuk Mencium Hajar Aswad

23/05/2022
Foto-Foto Hajar Aswad dan Baitullah dari Dekat
Headline

Mencium Hajar Aswad karena Cinta

22/05/2022
Arab Saudi Bolehkan Ibadah Haji, Indonesia Siap Kirim Jamaah
Headline

Agar Haji Kita Mabrur (1)

21/05/2022
Saya Muslim, Bolehkah Bergaya Hidup Modern?
Headline

Istiqamah (2): Meniti Syariat di Atas Jalan Lurus  

20/05/2022

Berita Terkini

PKS Akan Putihkan Istora Senayan: Hari Ini Kita Kolaborasi, Besok Kita Berjodoh

PKS Akan Putihkan Istora Senayan: Hari Ini Kita Kolaborasi, Besok Kita Berjodoh

27/05/2022 17:52
Salim Segaf: Syariat Islam di Aceh Harus Jadi Teladan bagi Daerah Lain

Salim Segaf: Syariat Islam di Aceh Harus Jadi Teladan bagi Daerah Lain

27/05/2022 17:32
Ribuan Warga dan Tokoh Lintas Agama Tak Putus Datang Melayat Buya Syafii Maarif

Ribuan Warga dan Tokoh Lintas Agama Tak Putus Datang Melayat Buya Syafii Maarif

27/05/2022 16:46
Presiden Jokowi: Buya Syafii Maarif Guru Bangsa yang Sederhana

Presiden Jokowi: Buya Syafii Maarif Guru Bangsa yang Sederhana

27/05/2022 16:32
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Media Monitoring
  • Iklan
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
Indonesiainside.id

© 2022 MediatrustPR. All right reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Nasional
    • Politik
    • Hukum
    • Humaniora
    • Internasional
    • Nusantara
  • Ekonomi
  • Metropolitan
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Tekno
  • Risalah
  • Khazanah
  • Narasi
  • Serba-serbi
    • Foto
    • Pojok
    • Infografis
    • Videografis
  • Media Monitoring
  • Berita Populer
  • Indeks Berita
  • Download Apps

© 2022 MediatrustPR. All right reserved