Indonesiainside.id, Jerusalem–Kelompok perlawanan Palestina Hamas pada hari Ahad memilih kembali Ismail Haniyah sebagai kepala biro politik gerakan itu untuk masa jabatan empat tahun kedua, kata seorang sumber Hamas kepada Anadolu Agency. Haniyah memimpin pemimpin Gerakan Perjuangan Islam Palestina (Hamas) untuk masa jabatan kedua dari empat tahun.
Dewan Syura Hamas bersidang pada hari Ahad dan memilih Haniyah sebagai kepala biro politik gerakan itu, otoritas eksekutif tertinggi kelompok itu, kata sumber itu, tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Sebuah sumber informasi sebelumnya mengatakan kepada Anadolu bahwa mantan pemimpin kelompok Khalid Misyal telah menolak untuk mencalonkan diri melawan Haniyah untuk jabatan tersebut.
Misyal saat ini adalah kepala Hamas di diaspora dan Yehya Sinwar mengepalai Hamas di Gaza. Selain Haniyah, Dewan Syura juga memilih kembali Saleh al-Arouri sebagai wakil kepala Hamas untuk masa jabatan kedua, kata sumber itu.
Al-Arouri, yang juga kepala Hamas di Tepi Barat yang diduduki, terpilih untuk jabatan itu untuk pertama kalinya pada Oktober 2017. Hamas mengadakan pemilihan internal setiap empat tahun secara rahasia karena tindakan keras keamanan Israel terhadap kelompok tersebut.
“Saudara Ismail Haniyah terpilih kembali sebagai kepala kantor politik gerakan untuk kedua kalinya,” kata seorang pejabat Palestina kepada Reuters setelah pemilihan internal oleh anggota partai.
Haniyah – pemimpin Hamas sejak 2017 – telah mengendalikan kegiatan politik di beberapa konfrontasi bersenjata dengan negara teroris Israel – termasuk serangan 11 hari Mei lalu. Dia adalah salah satu kade Syeikh Ahmed Yassin di Gaza, sebelum ulama kharismatik itu dibunuh Israel pada tahun 2004.
Haniyah, 58, memimpin Hamas ke dalam politik pada tahun 2006 – ketika mereka memenangkan pemilihan parlemen Palestina – mengalahkan Partai Fatah, kelompok sekuler yang dipimpin oleh Presiden Mahmoud Abbas.
Haniyah menjadi Perdana Menteri tak lama setelah kemenangannya pada Januari 2006. Setelah perang saudara yang singkat, Hamas merebut Gaza dari Otoritas Palestina yang dikendalikan Fatah, yang membatasi pemerintahannya sendiri di Tepi Barat yang diduduki Israel, pada tahun 2007.
Israel telah mengendalikan blokade di Gaza sejak itu, dengan dalih dugaan ancaman dari Hamas. (NE)